Ki Ageng Henis, yang berlokasi di dukuh belukan Kelurahan pajang Kecamatan Laweyan kota Solo atau Surakarta. Ki ageng henis adalah putra Ki Ageng Selo Syekh Abdurrahman. Beliau . Adalah keturunan langsung Brawijaya 5 raja terakhir Kerajaan Majapahit. Kia ageng henis memiliki dua putra yaitu Ki Ageng pemanahan dan Ki Ageng karatongan. Ki ageng pemnahan menikah dengan sepupunya bernama Nyai .
Sabinah dan mempunyai 26 putra dan putri. putra sulungnya bernama adipati manduro negoro dan putra kedua adalah sutowijoyo yang kemudian menjadi raja Mataram yang pertama yang bergelar Panembahan Senopati . Ki ageng henis adalah putra bungsu dari tujuh bersaudara dimana semua saudaranya adalah perempuan. Ki ageng henis merupakan guru dari Sultan hadiwijaya saat belum naik tahta menjadi raja atau yang masih dikenal dengan nama Joko Tingkir atau Mas karebet. kemudian setelah itu beliau mengabdi kepada Sultan hadiwijaya sebagai sesepuh dan orang penting di kasultanan pajang. dengan demikian Ki Ageng henis adalah leluhur rajaraja Mataram yang kemudian melahirkan peradaban kerajaan baru seperti kasunanan Surakarta . Dan Kesultanan Yogyakarta hadiningrat. Ki ageng . Henis adalah seorang ulama atau pendakwah ajaran agama Isla. beliaulah yang menyebabkan Ki Ageng . Belukan, seorang tokoh masyarakat Laweyan yang menganut agama Hindu Syiwa. Ki ageng beluk lantas menyerahkan tempat ibadah yang berupa pura kepada Ki ageng henis yang kemudian diubah pura tersebut menjadi masjid yaitu Masjid Laweyan yang . Keberadaannya sekarang masih ada. Yang kedua adalah makam Kyai Solo yang berlokasi di mloyokusuman kelurahan baluwarti Kecamatan Pasar Kliwon Kota Solo. Kyai Solo merupakan tokoh penting dalam proses pemindahan Keraton Mataram . Dari Kartosuro ke desa Solo atau lokasi Keraton kasunanan Surakarta .
Hadiningrat yang masih bertahan hingga sekarang ini. Masyarakat Solo atau masyarakat Surakarta penyebut ke ageng Solo sebagai sesepuh yang dahulu berkuasa di desa yang kini ditempati kraton Surakarta Hadiningrat. Kyai Solo diyakini banyak orang sebagai pendiri kota Solo. Makamnya berada di kelurahan .
Baluwarti Kecamatan Pasar Kliwon atau berjarak kurang lebih 500 meter dari Keraton kasunanan Surakarta. Makam ini berdempetan dengan rumah . Warga yang tidak lain adalah sang juru kunci. Selain ki ageng Solo terdapat pula makam Kyai Carang dan Nyai Sumedang, keduanya merupakan teman seperguruan Kyai Solo yang samasama menyebarkan agama Islam di wilayah Solo saat itu. Semasa hidupnya Kyai Solo dan dua teman seperguruannya tinggal di desa Solo yang saat ini ditempati Keraton Surakarta. Desa Solo awalnya hutan . Rawa. Nama Solo diambil karena di daerah itu dahulunya banyak ditumbuhi tanaman atau pohon Solo. Kyai Solo wafat tidak lama setelah Keraton Surakarta . Hijrah dari pusat . Pemerintahannya di Kartosuro ke desa .
Solo pada tahun 1745. Yang ketiga adalah makam Kyai sirodj Solo, yang . Berlokasi di Kompleks pemakaman Desa Makamhaji Kecamatan Kartosuro Kabupaten Sukoharjo.Kyai Ahmad Sirodj bagi masyarakat Solo dan sekitarnya cukup dikenal dengan sapaan mbah Sirod. Beliau selalu berpakaian khas dengan memakai iket atau blangkon berbaju putih berusaha Wulung atau hitam dan memakai gamparan tinggi walaupun sedang bepergian jauh. Tidak hanya kekhasan dalam berpakaian namun beliau dikenal juga sebagai seorang ulama yang Arif, . Soleh dan mempunyai Karisma. Setiap ucapan beliau konon memiliki sejumlah makna bahkan di jajaran Kota . Solo beliau dikenal sebagai seorang waliyulloh dengan beberapa Karomah yang dimilikinya. Semasa mudanya Kiai Sirodj .
Selalu Ta’dzim pada Gurunya. Bila berjanji selalu ditepati bila berkesanggupan pasti dijalaninya. Sejak kecil beliau memang telah kelihatan menonjol bila dibandingkan dengan . Temanteman seusianya. Beliau bergaul dengan semua lapisan masyarakat .
Tanpa membedakan suku agama ras maupun status sosial dan kelompok .