20 Wisata Religi Di Solo

Elisa Puspasari

Ki Ageng Henis, yang  berlokasi di dukuh belukan Kelurahan pajang   Kecamatan Laweyan kota Solo atau Surakarta. Ki  ageng henis adalah putra Ki Ageng Selo Syekh   Abdurrahman. Beliau . Adalah keturunan langsung  Brawijaya 5 raja terakhir Kerajaan Majapahit.   Kia ageng henis memiliki dua putra yaitu Ki  Ageng pemanahan dan Ki Ageng karatongan. Ki ageng   pemnahan menikah dengan sepupunya bernama Nyai  .

Sabinah dan mempunyai 26 putra dan putri. putra   sulungnya bernama adipati manduro negoro dan  putra kedua adalah sutowijoyo yang kemudian   menjadi raja Mataram yang pertama yang bergelar  Panembahan Senopati . Ki ageng henis adalah   putra bungsu dari tujuh bersaudara dimana  semua saudaranya adalah perempuan. Ki ageng  henis merupakan guru dari Sultan hadiwijaya  saat belum naik tahta menjadi raja atau yang   masih dikenal dengan nama Joko Tingkir atau Mas  karebet. kemudian setelah itu beliau mengabdi   kepada Sultan hadiwijaya sebagai sesepuh dan orang  penting di kasultanan pajang. dengan demikian Ki   Ageng henis adalah leluhur rajaraja Mataram  yang kemudian melahirkan peradaban kerajaan   baru seperti kasunanan Surakarta . Dan Kesultanan  Yogyakarta hadiningrat. Ki ageng . Henis adalah   seorang ulama atau pendakwah ajaran agama Isla.  beliaulah yang menyebabkan Ki Ageng . Belukan,   seorang tokoh masyarakat Laweyan yang  menganut agama Hindu Syiwa. Ki ageng   beluk lantas menyerahkan tempat ibadah yang  berupa pura kepada Ki ageng henis yang kemudian   diubah pura tersebut menjadi masjid yaitu Masjid  Laweyan yang . Keberadaannya sekarang masih ada. Yang kedua adalah makam Kyai Solo yang berlokasi  di mloyokusuman kelurahan baluwarti Kecamatan   Pasar Kliwon Kota Solo. Kyai Solo merupakan  tokoh penting dalam proses pemindahan Keraton   Mataram . Dari Kartosuro ke desa Solo atau lokasi  Keraton kasunanan Surakarta .

BACA JUGA:   Memukau Wisata Masjid Agung Sang Cipta Rasa Dengan 9 Foto

Hadiningrat yang masih   bertahan hingga sekarang ini. Masyarakat Solo  atau masyarakat Surakarta penyebut ke ageng Solo   sebagai sesepuh yang dahulu berkuasa di desa yang  kini ditempati kraton Surakarta Hadiningrat. Kyai   Solo diyakini banyak orang sebagai pendiri kota  Solo. Makamnya berada di kelurahan .

Baluwarti   Kecamatan Pasar Kliwon atau berjarak kurang lebih  500 meter dari Keraton kasunanan Surakarta. Makam   ini berdempetan dengan rumah . Warga yang tidak  lain adalah sang juru kunci. Selain ki ageng Solo   terdapat pula makam Kyai Carang dan Nyai Sumedang,  keduanya merupakan teman seperguruan Kyai Solo   yang samasama menyebarkan agama Islam di wilayah  Solo saat itu. Semasa hidupnya Kyai Solo dan dua   teman seperguruannya tinggal di desa Solo  yang saat ini ditempati Keraton Surakarta.   Desa Solo awalnya hutan . Rawa. Nama Solo diambil  karena di daerah itu dahulunya banyak ditumbuhi   tanaman atau pohon Solo. Kyai Solo  wafat tidak lama setelah Keraton   Surakarta . Hijrah dari pusat . Pemerintahannya  di Kartosuro ke desa .

Solo pada tahun 1745. Yang ketiga adalah makam Kyai sirodj Solo, yang  . Berlokasi di Kompleks pemakaman Desa Makamhaji   Kecamatan Kartosuro Kabupaten Sukoharjo.Kyai Ahmad  Sirodj bagi masyarakat Solo dan sekitarnya cukup   dikenal dengan sapaan mbah Sirod. Beliau selalu  berpakaian khas dengan memakai iket atau blangkon   berbaju putih berusaha Wulung atau hitam dan  memakai gamparan tinggi walaupun sedang bepergian   jauh. Tidak hanya kekhasan dalam berpakaian  namun beliau dikenal juga sebagai seorang   ulama yang Arif, . Soleh dan mempunyai Karisma.  Setiap ucapan beliau konon memiliki sejumlah   makna bahkan di jajaran Kota . Solo beliau dikenal  sebagai seorang waliyulloh dengan beberapa Karomah   yang dimilikinya. Semasa mudanya Kiai Sirodj  .

BACA JUGA:   Wisata di Pertengahan Perjalanan dari Sunan Bonang ke Sunan Muria

Selalu Ta’dzim pada Gurunya. Bila berjanji selalu   ditepati bila berkesanggupan pasti dijalaninya.  Sejak kecil beliau memang telah kelihatan menonjol   bila dibandingkan dengan . Temanteman seusianya.  Beliau bergaul dengan semua lapisan masyarakat   .

Tanpa membedakan suku agama ras maupun status  sosial dan kelompok .

Array
Photo Via : pariwisatasolo.surakarta.go.id
Array
Photo Via : setapaklangkah.com
Array
Photo Via : travel.tribunnews.com
Array
Photo Via : detik.com
Array
Photo Via : pinterpandai.com
Array
Photo Via : puasa.aspiringkidz.com
Array
Photo Via : wonderfulsolo.com
Array
Photo Via : puasa.aspiringkidz.com
Array
Photo Via : pariwisatasolo.surakarta.go.id
Array
Photo Via : solo.tribunnews.com
Array
Photo Via : setapaklangkah.com
Array
Photo Via : wonderfulsolo.com
Array
Photo Via : christamues1937.blogspot.com
Array
Photo Via : solo.tribunnews.com
Array
Photo Via : turisian.com
Array
Photo Via : solopos.com
Array
Photo Via : charlesutonce.blogspot.com
Array
Photo Via : ngayap.com
Array
Photo Via : klikaktual.com
Array
Photo Via : pingpoint.co.id

Also Read

Bagikan:

Tags