Memukau 8 Candi Ratu Boko Foto Yang Menakjubkan

Najam Pradana

Tengah, Indonesia. Situs Ratu Boko, terletak di sebuah bukit pada ketinggian 196 meter, dari permukaan laut. Luas keseluruhan kompleks situs candi ratu boko ini adalah . Sekitar 25 . Hektar. . Situs ini menampilkan atribut sebagai tempat berkegiatan atau situs permukiman, namun fungsi tepatnya belum diketahui dengan jelas. Ratu Boko diperkirakan sudah dipergunakan orang – orang zaman dahulu pada abad ke8, pada masa Wangsa Sailendra, ( atau Rakai Panangkaran ) dari Kerajaan Medang ( yaitu Mataram Hindu ). Dilihat dari . Pola peletakan sisasisa bangunan ini, diduga kuat situs ini merupakan bekas keraton (istana raja). Pendapat ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kompleks ini bukan candi, atau bangunan dengan sifat religius, melainkan sebuah istana berbenteng dengan bukti adanya sisa dinding benteng, dan parit kering sebagai struktur pertahanan. bukti sisa sisa jika dahulu . Merupakan bekas permukiman penduduk, .

Juga ditemukan di sekitar lokasi situs ini. Nama . Ratu Boko sendiri berasal dari legenda .

Masyarakat setempat. Ratu Boko (bahasa Jawa, artinya di dalam harafiah, “yaitu raja bangau”) adalah ayah dari . Roro Jonggrang, yang juga menjadi nama candi utama pada kompleks Candi Prambanan. Dan kemudian kompleks bangunan ini dikaitkan dengan legenda . Rakyat setempat yaitu cerita . Tentang Roro .

Jonggrang. Secara administratif, situs ini berada di wilayah dua Dukuh, yakni Dukuh Dawung, Desa Bokoharjo . Dan Dukuh Sumberwatu, Desa Sambireja, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Indonesia. Situs Ratu Boko . Pertama kali dilaporkan oleh Van Boeckholzt pada . Tahun 1790, yang menyatakan terdapat reruntuhan kepurbakalaan .

Di atas bukit Ratu Boko. Bukit ini sendiri merupakan . Cabang dari sistem Pegunungan Sewu, yang membentang dari selatan Yogyakarta, hingga daerah Tulungagung. Seratus tahun kemudian baru dilakukan penelitian yang . Dipimpin oleh FDK Bosch, yang dilaporkan dalam Keraton van Ratoe Boko. Dari sinilah disimpulkan bahwa reruntuhan itu merupakan sisasisa keraton. Prasasti Abhayagiri Wihara yang berangka tahun . 792 Masehi, merupakan bukti tertulis yang ditemukan di situs .

BACA JUGA:   Memukau 11 Foto Menarik Wisata Kabupaten Nduga

Ratu Boko. Dalam prasasti ini menyebut seorang tokoh bernama Tejahpurnapane Panamkarana, atau Rakai Panangkaran ( pada tahun 746784 Masehi ), . Serta menyebut suatu kawasan wihara di atas bukit, yang dinamakan Abhyagiri Wihara, ( yaitu wihara di bukit yang bebas dari bahaya ). Rakai Panangkaran mengundurkan diri . Sebagai Raja, karena menginginkan ketenangan rohani, dan memusatkan pikiran . Pada masalah . Keagamaan, salah satunya dengan mendirikan wihara, yang bernama Abhayagiri Wihara, pada tahun 792 Masehi. Rakai Panangkaran menganut agama Buddha, demikian juga bangunan tersebut disebut Abhayagiri Wihara adalah berlatar belakang agama Buddha, sebagai buktinya adalah adanya Arca Dyani Buddha. .

Namun ditemukan pula unsur–unsur agama .

Hindu .

Di situs Ratu Boko, Seperti adanya Arca Durga, Ganesha dan . Yoni. Tampaknya, kompleks ini kemudian diubah menjadi keraton dilengkapi benteng pertahanan bagi raja bawahan, yang bernama Rakai Walaing Pu Kumbayoni. Menurut prasasti Siwagrha, tempat ini disebut sebagai kubu . Pertahanan yang terdiri atas tumpukan beratusratus batu oleh Balaputra. Bangunan di atas bukit ini . Dijadikan kubu

Also Read

Bagikan: