Makam Waliyyullah Hasan Munadi: Tempat Ziarah Terkenal di Semarang
Makam Waliyyullah Hasan Munadi yang terletak di Dampyak, Nyatnyono, Kecamatan Ungaran Barat, Semarang, merupakan salah satu tempat ziarah yang terkenal di kota Semarang. Saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia, makam ini sempat ditutup selama delapan hari, namun kini sudah dibuka kembali untuk para peziarah.
Ketika Jawa Pos Radar Semarang tiba di lokasi, tampak beberapa motor berjejer rapi di tempat parkir. Di sepanjang jalan menuju ke makam terdapat beberapa ruko yang tutup, namun ruko-ruko tersebut identik dengan warna hijau bertuliskan oleh-oleh, suvenir, dan warung yang menunjukkan barang yang dijual. Di depan ruko-ruko tersebut terdapat tulisan untuk mematuhi protokol kesehatan dan tersedia tiga wastafel beserta sabun untuk mencuci tangan para peziarah.
Di dalam area makam terdapat beberapa peziarah, baik yang berada di dalam maupun di luar musala. Ruang makam ini terletak di tengah-tengah musala yang dilengkapi pintu dan jendela pada setiap sisi dinding makam. Makam Waliyyullah Hasan Munadi ditutupi kain berwarna hijau tua bertulisan Arab dan di sekelilingnya terdapat kitab Yasin, Alquran, dan kotak amal.
Pada saat Ramadan seperti ini, peziarah yang datang tidak seramai hari-hari biasanya. Meski begitu, makam tidak pernah sepi peziarah. Ada saja peziarah yang datang, baik perorangan maupun rombongan kecil menggunakan mobil pribadi. Para peziarah ini biasanya datang untuk meminta keberkahan, ridho, doa, dan pangestu dari Waliyyullah Hasan Munadi.
Setiap Malam Jumat (Kamis malam) atau saat Haul pada 20 Ramadan, para peziarah ramai berdatangan. Peziarah yang datang bisa mencapai ribuan, belum lagi kalau pada hari-hari biasa. “Ribuan orang setiap hari datang. Ada yang dari Bandung, Bali, dan Kalimantan. Orang Malaysia juga sudah pernah sampai sini,” ungkap juru kunci makam, Slamet Rohib.
Meskipun pandemi Covid-19 masih berlangsung, kondisi ini ternyata tidak memengaruhi para peziarah untuk berkunjung ke makam Waliyyullah Hasan Munadi. Asalkan mematuhi protokol kesehatan dan menggunakan masker, diperbolehkan berziarah. Sebagai tempat ziarah yang terkenal di Semarang, Makam Waliyyullah Hasan Munadi tetap menjadi destinasi spiritual bagi para peziarah dari berbagai daerah.
Tersedia Jeriken untuk Ambil Air Sendang Kalimah Toyyibah
Bambang Kartonadi atau yang sekarang dikenal sebagai Waliyyullah Hasan Munadi merupakan keturunan Brawijaya V, kakak dari Raden Patah Demak. Beliau mempunyai anak bernama Waliyyullah Hasan Dipuro yang juga dimakamkan di lokasi setempat, namun berada di bagian bawah.
Slamet Rohib, juru kunci sementara makam Waliyyullah Hasan Munadi bercerita bahwa 400 tahun yang lalu, beliau ditunjuk oleh Sunan Ampel untuk menyebarkan agama Islam selama 3 tahun di Nyatnyono. Tak hanya itu, beliau diperintahkan Sunan Ampel untuk bertapa. Keberhasilannya dalam bertapa di Nyatnyono diberi gelar Waliyyullah Hasan Munadi. “Waktu itu selama 3 tahun bertapa di Nyatnyono. Setelah berhasil, baru dijuluki Waliyyullah Hasan Munadi,” katanya kepada Jawa Pos Radar Semarang, Selasa (20/4/2021).
Waliyyullah Hasan Munadi mempunyai peninggalan berupa Sendang Kalimah Toyyibah yang ditemukan pada tahun 1986. Sendang tersebut ditemukan saat akan membangun Masjid Nyatnyono. Sebelumnya, sungai tersebut kering dan tidak ada air. Lalu juru kunci melakukan tirakat, mulailah keluar air.
Setelah dibangun, kini tempat tersebut menjadi salah satu objek wisata. Kini, sendang dibagi menjadi dua, untuk pria dan wanita. Slamet mengatakan jika sendang tersebut juga ramai dikunjungi. Bahkan pengunjung tidak dipungut biaya masuk. “Di sana disediakan kotak amal untuk biaya perawatan dan pembangunan Sendang Kalimah Toyyibah,” ujarnya
Sendang terletak tak jauh dari makam Waliyyullah Hasan Munadi. Biasanya air sendang digunakan untuk mandi, minum, atau masak oleh para pengunjung. Di sana terdapat jasa sewa sarung dan peralatan mandi. Bahkan, ada toko yang menjual jerigen untuk pengunjung yang akan membawa pulang air sendang tersebut.
Air Sendang Kalimah Toyyibah diyakini mengandung keberkahan yang percaya memiliki khasiat. Slamet mengatakan jika air sendang ini setara dengan air Zam-Zam di Makkah. Ia pernah mendapat cerita dari pengunjung yang membawa pulang air tersebut untuk dicampurkan ke air bak mandi. Ada juaga pengunjung asal Banten yang membawa pulang untuk mematikan hama pada sawah. “Waktu itu saya dapat cerita, air sendang untuk membasmi hama di sawah, hamanya pun hilang. Jadi itu menurut keyakinan saja,” tuturnya. (mg6/mg8/ida)
Hasan Munadi dikenal sebagai salah satu tumenggung di Kerajaan Demak yang cukup terkemuka. Namun, dia memilih untuk meninggalkan jabatannya demi menyebarkan agama Islam di Desa Nyatnyono, Ungaran, Kabupaten Semarang. Peninggalannya pun kini jadi salah satu objek wisata religi populer bagi para peziarah.