Wisata edukasi bojonegoro

Gundana

Liputan6.com, Jakarta Berlibur adalah sebuah kegiatan yang sangat menyenangkan pastinya. Banyak orang yang menyediakan waktu secara khusus untuk menikmati hari libur. 

Jika kamu belum punya daftar tempat yang harus dikunjungi, catat saja provinsi Jawa Timur dalam daftar liburanmu. Jawa Timur kaya akan destinasi wisatanya. Mulai dari wisata alam, sejarah, kuliner hingga wisata edukasi.

Berbicara mengenai tempat wisata di Jawa Timur, Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu wilayah yang layak menjadi salah satu tempat untuk berlibur. Kondisi topografi Bojonegoro didominasi oleh perbukitan di bagian selatan dan utara, serta dataran rendah di sepanjang aliran sungai Bengawan Solo.

Kondisi geografis yang sedemikian rupa menyebabkan Kabupaten Bojonegoro memiliki panorama alam yang indah. Tak hanya itu, di Bojonegoro terdapat beebrapa wisata edukasi yang bisa kamu kunjungi dan pastinya sangat menyenangkan. Berikut 5 wisata edukasi di Bojonegoro yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Minggu (23/9/2019).

Indrajatim.com – Bojonegoro: Tak hanya berbelanja dan berburu oleh-oleh, berwisata sambil belajar membuat kerajinan berbahan tanah liat di Wisata Edukasi Gerabah, Desa Rendeng, Bojonegoro dapat menjadi pilihan yang menarik.

Secara administratif, Kabupaten Bojonegoro memiliki 28 kecamatan dan 419 desa. Salah satu di antaranya, Desa Rendeng, Kecamatan Malo. Total keseluruhan luas wilayah Desa Rendeng 52,8 Ha.

Dari pusat kota (Alun-alun Bojonegoro) untuk menuju Desa Rendeng memakan waktu selama 35 menit jika menggunakan roda empat. Jaraknya sekitar 21,6 kilometer.

Potensi Sumber Daya Alam (SDA) melimpah, sebagian wilayahnya yang dikelilingi Sungai Bengawan Solo, menjadikan kondisi tanah yang berada bantaran dan dasar sungai dapat dimanfaatkan oleh masyarakat lokal Desa Rendeng untuk membuat kerajinan gerabah.

Belum ada sejarah yang dapat menuliskan kapan pertama kali masyarakat Desa Rendeng mulai berprofesi sebagai pengrajin gerabah. Mengutip pada hasil penelitian berjudul “Peran Home Industry Kerajinan Gerabah Dalam Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Di Desa Rendeng Kecamatan Malo Kabupaten Bojonegoro” oleh Silvia Tri Agustina, dituliskan bahwa usaha gerabah di Desa Rendeng sudah berdiri sejak zaman nenek moyang mereka.

BACA JUGA:   Menikmati Liburan Asri di Hotel Kusuma Agrowisata

Pandangan tersebut juga dikuatkan oleh salah satu pengrajin bernama Ismail. “Dari dulu sudah ada (pengrajin) mbah-mbah saya katanya juga sudah mulai bikin gerabah. Terus dilanjutkan sama anak-anaknya,” katanya.

Pada mulanya masyarakat Desa Rendeng membuat gerabah hanya untuk keperluan peralatan dapur seperti wajan, tungku, genton, cobek, dan kendi. Lambat laun, guna memenuhi permintaan pasar, masyarakat setempat sudah mulai berinovasi dalam menciptakaan kerajinan tanah liat yang lebih bervariatif, seperti guci, celengan, patung, pot tanaman, dan masih banyak lagi. Tambahan sentuhan cat membuat karya kerajinan semakin terlihat unik dan menarik.

“Karakter-karakter yang kita buat sebenarnya banyak terinspirasi dari permintaan konsumen,” tutur Ismail.

Untuk membuat satu produk kerajinan gerabah, pengrajin membutuhkan waktu selama kurang lebih selama satu minggu. Pertama-pertama, pengrajin harus menyediakan tanah liat yang bersifat lengket, pasir, semen dan air sebagai campuran, cetakan, kayu bakar, serta cat. Kedua, setelah tanah liat dicampur dengan air didiamkan selama 1-2 hari, kemudian digiling supaya teksturnya menjadi tebal. Ketiga, adonan akan dibentuk sesuai dengan cetakannya. Keempat, dilakukan proses pengeringan yang memakan waktu 2-3 hari. Kelima, menuju proses pembakaran dilakukan selama satu hari penuh. Kemudian yang terakhir menuju finishing, gerabah akan dicat sesuai motif dan karakternya.

Dalam sehari, para pengrajin dapat memproduksi kerajinan gerabah mentah hingga mencapai puluhan biji. Dari cobek, wajan, pot bunga, kendi, pernak-pernik karakter seperti celengan hewan, doraemon, dan sebagainya. Dari data monografi Desa Rendeng, pada tahun 2018 masyarakat yang berprofesi sebagai pengarajin gerabah berjumlah 117 orang.

Kuatnya potensi kerajinan gerabah karya masyarakat Desa Rendeng sehingga dapat berpotensi menunjang perekonomian daerah, menjadikan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) membentuk Desa Wisata Edukasi Gerabah pada tahun 2015.

BACA JUGA:   Wisata edukasi susu batu

Bertajuk “Wisata Edukasi”, para pengunjung dapat belajar untuk membuat kerajinan gerabah sendiri melalui arahan pengrajin Desa Rendeng. Sebagian besar pengunjung, berasal dari pelajar PAUD, TK, dan SD. Selain belajar, tak lupa, membeli karya kerajinan gerabah sebagai buah tangan khas Bojonegoro.

Para pengrajin Desa Rendeng juga membuka jasa pemesanan produk untuk souvenir. Satu kerajinan dibanderol mulai dari Rp4 ribu hingga Rp10 ribu rupiah per bijinya. Sedangkan untuk dijual, kerajinan yang ditawarkan seharga Rp8 ribu hingga ratusan ribu. Harga-harga tersebut menyesuaikan jenis dan ukuran kerajinan.

Eksistensi kerajinan gerabah tidak hanya terdengar oleh masyarakat sekitar Bojonegoro. Pengrajin sudah mampu memenuhi permintaan konsumen dari luar kota seperti Mojokerto, Surabaya, Tuban, bahkan hingga Yogyakarta.

Menurut penuturan Ismail, para pengrajin di Desa Rendeng juga bekerja sama dengan pengrajin di Yogyakarta, terutama terkait pemenuhan produk dan material. “Kita juga suka saling melengkapi produk dan material. Misalnya dari Yogya mengirim produknya ke kita, begitupun sebaliknya,” jelasnya.

Sebagai informasi, Desa Wisata Kasongan berada di Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta juga terkenal dengan penghasil kerajinan gerabah.

Desa Wisata Gerabah yang berada di Desa Rendeng Kecamatan Malo Kabupaten Bojonegoro turut menunjang perekonomian daerah melalui UMKM (Usaha Mikro Kecil Mengenah). [INA]

Also Read

Bagikan: