Sebagai salah satu ‘artis’ baru yang lagi naik daun dalam deretan pariwisata Indonesia, kota ini tentu juga memiliki lokasi wisata edukasi Banyuwangi. Dimana wisata ini dapat memberikan Anda pengetahuan lebih banyak tentang sejarah, satwa, fauna, dan berbagai kebudayaan Banyuwangi.
Kelengkapan jenis wisata Banyuwangi ini merupakan bukti melimpahnya potensi pariwisatanya. Tak hanya edukasi tentang alam, potensi sosial budaya yang dimiliki Banyuwangi menjadi salah satu sumber kekayaan intelektual yang sangat berharga. Semuanya berawal dari sejarah, perjuangan, kebiasaan, dan mengerucut hingga menjadi kebudayaan.
Berikut ini 7 tempat wisata edukasi Banyuwangi yang bisa Anda kunjungi untuk memperkaya ilmu pengetahuan.
1# Pendopo Banyuwangi
Selain menjadi rumah dinas Bupati Banyuwangi, Pendopo Sabha Swagata Blambangan juga memiliki pesona yang sangat luar biasa. Selama periode bupati saat ini, Anda diperkenankan masuk ke beberapa bagian area untuk mendapatkan edukasi sejarah. Beberapa barang-barang kuno peninggalan pemerintahan ada di dalam pendopo dan satpol PP yang bertugas siap memberikan penjelasan bagi para pengunjung.
Dengan dibukanya pendopo (rumah dinas bupati) ini untuk umum, seolah-olah kini tabir pembatas antara ningrat dengan rakyat sudah hilang. Pengunjung tak perlu sungkan untuk masuk kesini dengan syarat berpakaian sopan.
2# Pantai Cemara Pakis Banyuwangi
Pantai Cemara Pakis Banyuwangi ini merupakan hutan kota yang memiliki pesona wisata sangat indah. Rimbunnya pohon cemara yang tumbuh subur di area ini menjadikan para wisatawan merasa sejuk segar menikmati alam.
BACA JUGA: Informasi Lengkap Pantai Cemara Banyuwangi
Adapun keberadaan gubug penangkaran penyu dan tukik, menjadikan alasan kenapa wisata di pantai ini layak untuk dijadikan wisata edukasi Banyuwangi. Anda bisa mendapatkan penjelasan detil tentang jenis penyu dan pola hidup satwa langka ini.
3# Desa Adat Osing Kemiren
Potensi sosial yang ada di Desa Adat Osing Kemiren tak akan pernah usai untuk dikupas. Anda bisa menikmati wisata edukasi Banyuwangi di tempat ini untuk memperoleh data sosial budaya masyarakat setempat.
Cukup dengan menginap di homestay-homestay di desa adat, Anda bisa mendapatkan penjelasan lengkap tentang rumah adat Osing, budaya osing, dan sarapan kuliner khas suku Osing. Mewawancarai pemilik homestay yang merupakan suku Osing juga dapat menambah kekayaan pengetahuan Anda lebih luas.
4# Perkebunan Kalibendo
Perkebunan Kalibendo merupakan area daratan tinggi yang mayoritas ditanami tumbuhan kopi. Disini Anda bisa mendapatkan wisata edukasi tentang berbagai jenis kopi khas Banyuwangi. Detil tentang cara perawatan tanaman kopi dan proses pengolahan pabrik hingga packing siap jual, bisa Anda jumpai disini.
Jika berkenan, Anda juga bisa jalan-jalan menyusuri sungai kalibendo untuk menemukan air terjun yang ada di agrowisata ini. Sambil menikmati sejuknya alam dan pohon-pohon besar yang tumbuh, banyak sekali spot-spot yang layak untuk berfoto.
5# Kampung Batik Banyuwangi
Salah satu area pusat produksi kerajinan batik di Banyuwangi berada di Desa Tampo, Cluring – Banyuwangi. Dimana desa ini sebagai penyuplai mayoritas produk batik di seluruh store di Banyuwangi. Mayoritas penduduk yang mengelola UKM batik, dengan senang hati juga berkenan memberikan edukasi tentang batik Banyuwangi. Edukasi tersebut mulai dari cara menggambar pola hingga mencetak batik sampai selesai.
BACA JUGA: 7 Motif Batik Banyuwangi Paling Legendaris
Hingga saat ini, jenis atau varian batik Banyuwangi mencapai 40 pola lebih. Adapun batik yang paling tua dan terkenal di Banyuwangi adalah Batik Gajah Oling.
6# Doesoen Kakao, Glenmore – Banyuwangi
Meski booming akhir-akhir ini, kampung cokelat atau doesoen kakao di Glenmore Banyuwangi sangat menarik perhatian warga dan wisatawan. Potensi alam berupa hasil bumi kakao Banyuwangi yang terkenal (di ekspor) hingga ke Swiss dan Belgia.
BACA JUGA: 5 Kampung Wisata Banyuwangi Terbaru
Disini Anda bisa mendapatkan paket wisata edukasi Banyuwangi berupa pengetahuan macam-macam kakao, cara penanaman, proses pengolahan, hingga melayani pemesanan berbagai jenis makanan yang menggunakan bahan dasar atau tambahan cokelat setempat.
7# Pantai Sukamade Banyuwangi
Sebagai salah satu wisata konservasi Penyu yang ada di ujung barat daya Kabupaten Banyuwangi, Pantai Sukamade menjadi area wisata edukasi yang sangat bermanfaat. Terdapat area penetasan tukik hingga area menyaksikan penyu bertelur di malam hari bisa Anda jumpai di tempat ini.
Anda juga bisa menikmati sensasi petualangan menuju area Pantai Sukamade dengan medan jalan yang terjal menggunakan kendaraan jenis 4WD. Menyeberangi sungai hingga naik turun bukit harus Anda lalui untuk sampai ke tempat pedalaman ini.
Demikian 7 rekomendasi tempat wisata edukasi Banyuwangi yang perlu Anda ketahui. Segera susun agenda liburan Anda di Banyuwangi bersama kami local tour and travel Banyuwangi. Hubungi contact person yang tertera untuk mendapatkan paket wisata dengan harga terbaik.
# Bagikan informasi ini kepada teman atau kerabat Anda
Sedang mempertimbangkan agenda liburan bersama keluarga? Selagi berlibur anak-anak bisa lebih dekat dengan alam dan belajar beragam hal baru dan menikmati pengalaman seru di Banyuwangi
Bercocok Tanam
Menjadi Pak Tani dan Bu Tani dalam satu hari, belajar cara menanam merawat dan memanen, membantu anak-anak memahami sumber makanan yang setiap hari tersaji di meja makan, dan pengetahuan tentang kehidupan petani di pedesaan
Menjadi Peternak
Menghabiskan waktu sehari mengunjungi peternakan Kambing Etawa, mengetahui cara merawat satwa di peternakan sekaligus mencoba pengalaman memerah susu Kambing di Kampung Gombengsari
Membatik
Mengunjungi sentra batik khas Banyuwangi, belajar tentang beragam motif batik di Nusantara dan mencoba pengalaman membuat karya seni warisan leluhur dan mendalami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
Produksi Gula Aren
Berkenalan langsung dengan gula aren yang belakangan populer karena menjadi bahan es kopi dan minuman boba langsung dari tempar produksinya, melihat pemanjat Aren dan mengunjungi rumah sederhana yang digunakan sebagai tempat pengolahannya
Tanam Pohon
Ikut andil dalam menjaga lingkungan sekitar dengan gerakan menanam pohon bisa anda terapkan dalam kunjungan tur serta mendapatkan nilai tambah dan pengenalan dini bersama teman teman atau anak anak. Mari bantu wujudkan gerakan peduli lingkungan dengan tanam pohon agar bumi tetap hijau dan terhindar dari pengurangan lapizan ozon karena global warming
Kampung Coklat
Berkunjung di perkebunan coklat sekaligus menikmati pemandangan yang indah, anda diajak melihat proses pengolahan coklat mulai dari pembibitan, pabrik pengolahan sampai pada produk dasar olahan coklat. Anda juga bisa menikmati hasil olahan kakao mulai dari produk coklat batangan, es krim serta varian kuliner lainnya. Selain itu anda bisa menikmati sajian kopi khas dari PTPN XII
Tertarik mengajak anak-anak berlibur dan belajar di Banyuwangi? Izinkan kami membantu Anda merencanakan perjalanan Anda, silahkan sampaikan pertanyaan / permintaan Anda pada tim customer service kami dibawah ini
Paket ini juga dapat dicustom sesuai keinginan Anda, dapatkan layanan tanya jawab dan konsultasi perjalanan gratis dengan klik tombol berikut!
Klik Di Sini
Klik untuk memberi rating
[Total:
17
Average:
4.8
]
TIME INDONESIA, BANYUWANGI – 12 Oktober diperingati setiap tahun sebagai Hari Museum Nasional. Kali ini, mari berkenalan dengan dua museum yang menjadi kebanggaan Banyuwangi dan menjadi andalan wisata bertema edukasi. Di sana, Anda akan tenggelam dalam nostalgia untuk mempelajari seluk beluk pembentukan bumi hingga sejarah legendaris era Kerajaan Kota Gandrung.
Dengan motto “Museum Sumber Inspirasi Bangsa”, kedua museum ini berdiri kokoh dan indah di lingkungan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) yang beralamat di Jalan Jenderal Ahmad Yani 78, Taman Baru, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi.
Dalam satu kawasan terdapat dua museum yang berbeda, yang tentunya sangat menarik. Pada saat yang sama, pengunjung dapat menghabiskan waktu lama menjelajahi sumber-sumber sejarah.
Uniknya, kedua museum tersebut memiliki ciri khas masing-masing. Sebagai? Penasaran kan? Langsung saja kita simak penjelasannya.
Museum Geopark Ijen, Banyuwangi
Baca Juga
Destinasi wisata edukasi Museum Kota Bandung yang wajib…
Museum Geopark Ijen Banyuwangi atau biasa disebut Pusat Informasi Geopark atau GIC adalah museum yang menyajikan informasi tentang tanah Banyuwangi mulai dari geologi, kondisi tanah dan keanekaragaman hayati yang dapat Anda temukan dengan berkunjung ke sana.
Diresmikan November 2018
Saat itu bertepatan dengan penetapan Banyuwangi sebagai geopark nasional. Setelah keputusan itu diambil, kabupaten yang terletak di ujung timur pulau Jawa itu resmi bergabung dan mendirikan salah satu dari 19 museum geopark di Indonesia.
Namun, bukan nama Banyuwangi jika tidak dikemas dengan budaya. Konsep yang diusung adalah Rumah Adat Osing yang dihiasi rock garden. Nah, itulah perwujudan nyata dari ciri-ciri yang nyata untuk menunjukkan bahwa yang Anda kunjungi adalah tempat untuk belajar Geopark.
Saat Anda memasuki ruangan, Anda akan disambut dengan poster megah yang menjelaskan bagaimana Geopark Ijen terbentuk 33 juta tahun yang lalu.
Untuk memudahkan pembelajaran, museum ini juga disertai dengan rekreasi relief kawasan Geopark Ijen yang diperkuat dengan kumpulan batuan Geopark sebagai bukti bahwa peristiwa tersebut benar-benar ada jutaan tahun yang lalu.
Beberapa koleksi batu yang berasal dari Banyuwangi, seperti batu belerang. Koleksi terbanyak hasil karya Museum ini adalah penemuan batu Fosil foraminifera atau organisme eukariota uniseluler (kerang laut) di Alas Purwo juga merupakan kerang laut raksasa dengan panjang 80 cm 15 juta tahun yang lalu.
Program yang bisa Anda ikuti dalam wisata edukasi di Museum Geopark Ijen adalah: GIC pergi ke sekolah atau Sekolah pergi ke GIC. Dimana, bagi pelajar dan mahasiswa yang ingin belajar, difasilitasi dengan adanya bioskop mini dan dukungan audiovisual.
“Sehingga bisa mempelajari sejarah bumi khususnya Banyuwangi langsung dari ahlinya di Museum Geopark Ijen melalui bukti-bukti batuan dan penjelasan yang detail,” kata Ketua Harian Ijen Geopark Banyuwangi sekaligus Kurator Museum Geopark, Abdillah Baraas. Rabu (10/12/22).
Museum Blambangan
Museum Blambangan. (Foto: Anggara Cahya/TIMES Indonesia)
Yah, itu berbeda lagi museum Blambangan Banyuwangi sendiri didirikan pada tanggal 25 Desember 1977 dan diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur saat itu, Soenandar Prijosoedarmo, di Pendopo Banyuwangi sebelum akhirnya pindah ke Disbudpar Banyuwangi pada tahun 2004-2005.
Ada kurang lebih 4.000 koleksi mulai dari koleksi prasejarah, Hindu, Budha hingga modern. Selain sebagai tempat penyimpanan benda-benda kuno bersejarah, Anda yang datang juga akan mendapatkan pengetahuan baru tentang peradaban kerajaan di Bumi Blambangan.
Mahakarya paling epik di Museum Blambangan adalah Lingga Yoni dan stupikanya yang unik. Stupika umumnya digunakan oleh umat Buddha di masa lalu untuk persembahan kepada Sang Buddha, tetapi temuan di Banyuwangi tidak hanya digunakan untuk persembahan tetapi juga sebagai sarana kematian.
Tidak hanya peninggalan sastra Stupika dan Lingga Yoni seperti Lontar Yusuf, mebel zaman kerajaan, keris, uang kuno, peninggalan kolonial dan replika rumah adat di Osing bisa dijadikan foto vintage bagi para pemburu foto.
“Beberapa koleksi sudah terdaftar di Cagar Budaya Nasional sehingga perlu dirawat dengan baik karena benda-benda tersebut merupakan bukti sejarah,” kata Bayu Ari Wibowo, pendidik dan kurator Museum Blambangan.
Pameran arkeologi merupakan tempat untuk membangkitkan minat masyarakat, tidak hanya untuk wisata pendidikan, tetapi juga sebagai tempat bagi kita untuk menghargai benda-benda kuno atau kuno sebagai bukti sejarah jika kita pernah ada.
Kesan masyarakat bahwa museum adalah tempat yang sudah tua, namun dengan kemajuan museum sebagai tempat wisata, dibalut dengan konsep yang apik sebagai tempat untuk foto-foto, merupakan ide segar.
**)
Dapatkan update informasi harian terpilih dari TIMES Indonesia dengan bergabung di Grup Telegram TI Update. Suka, klik tautan ini dan bergabung. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi Telegram di ponsel Anda.
Source: www.timesindonesia.co.id