Memotret dengan Mudah di Gunung: Tips Bawa Kamera Mirrorless saat Mendaki

Gundana

Berdasar pengalaman pendakian terakhir di gunung Lawu jalur candi cetho kemarin, rencana memotret di sepanjang perjalanan menjadi kurang berjalan lancar. Yang ada malah kamera dslr masuk ke dalam ransel, dan tidak ada dokumentasi foto selama perjalanan. Padahal cukup banyak momen yang menarik untuk diabadikan ketika pendakian. Baik untuk sekedar dokumentasi perjalanan pribadi maupun untuk bahan sharing ke teman-teman pendaki lainnya. Memang tas untuk membawa kamera di gunung terkadang kurang kita perhatikan, tapi menjadi salah satu faktor yang menaikan probabilitas memotret selama perjalanan di gunung.

Alasan memilih sistem membawa kamera di gunung

Beberapa alasan untuk memilih sistem membawa kamera di gunung antara lain:

  • Mengurangi resiko kerusakan terhadap kamera
    Perjalanan di gunung bukan perjalanan yang mudah. Banyak kendala yang kita temui ketika perjalanan. Jalan yang licin terkadang membuat kita tidak sengaja terpeleset. Kamera apabila tidak kita amankan bisa rusak ketika jatuh.
  • Mempermudah untuk mengabadikan momen selama perjalanan.
    Yang paling aman tentunya memang menaruh peralatan memotret ke dalam ransel. Tapi kendalanya ketika kita mau memotret harus berhenti, menaruh ransel, mengeluarkan kamera, dan baru memotret. Banyak proses ini biasanya akan menghambat kita untuk mengabadikan momen terutama ketika di perjalanan. Paling nanti foto yang akan kita ambil hanya di seputaran pos tempat kita berhenti.
  • Mengurangi capek
    Saya beberapa kali kurang tepat membawa kamera ketika mendaki gunung, salah satunya menaruh kamera dslr di tas slempang. Dengan beban yang lumayan cukup berat, kamera di tas slempang semakin lama akan semakin terasa berat.
  • Menambah kenyamanan selama perjalanan dan tidak mengganggu di perjalanan.
    Kemarin juga membawa kamera dslr di dalam tas kecil yang biasa digunakan untuk bersepeda. Tapi yang ada badan basah kuyup keringat karena sirkulasi udara kurang lancar di depan. Dan ujung-ujung nya malah mengganggu perjalanan.
  • Menyesuaikan budget
    Sisi lain yang perlu diperhatikan adalah budget yang akan kita keluarakan untuk memilih sistem untuk membawa kamera di gunung.

Perjalanan ke gunung sendiri biasanya sudah mengharuskan kita membawa tas dengan banyak beban. Belum lagi kalau ketambahan dengan peralatan memotret yang juga selain memakan tempat juga menambah berat. Jadi sebisa mungkin saya mencoba mencari sistem tas untuk mebawa kamera ketika mendaki gunung.

Untuk rekomendasi peralatan fotografi yang biasanya saya bawa ketika mendaki gunung antara lain, kamera, lensa wide, lensa tele dan tripod. Tergantung dari tujuan dan lokasi kadang saya membawa tambahan bodi kamera, tripod, flash, pano head. Beberapa alternatif membawa kamera di gunung yang pernah saya coba maupun dari informasi yang saya dapatkan dari online antara lain:

BACA JUGA:   Tips Badan Fit Mendaki Gunung: Persiapkan Kondisi Fisik Anda dengan Tips Badan Fit Mendaki Gunung Ini

A. Strap bawaan Kamera

Kamera biasanya sudah termasuk dengan strap yang biasa kita letakan di leher. Tapi ndak kebayang kalau sambil naik, kamera cuma kita selempangkan ke leher. Kalau untuk di pos sih tidak masalah, tapi kalau sambil mendaki gunung sangat tidak saya rekomendasikan.

Plus:
+ Tidak perlu menambah biaya untuk membeli peralatan lagi, karena biasanya sudah termasuk dalam paket pembelian
+ Ringan dan simple
+ Cocok untuk digunakan ketika sedang beristirahat atau mengambil foto di pos dan tidak sedang dalam perjalanan.

Minus:
– Keamanan kamera kurang, beresiko rusak ketika kita terpeleset – Untuk kondisi perjalanan panjang akan terasa mengganggu dan bisa mengakibatkan sakit di leher.
– Karena sering berayun ketika berjalan, kadang bisa menjadi terbelit

B. Masuk ke tas Ransel

Beberapa kali saya juga terpaksa mengalah memasukan kamera dan peralatan memotret ke dalam ransel. Alasan utama karena keamanan di perjalan.

Plus:
+ Beban paling rata karena berada di belakang
+ Keamanan kamera lebih terjaga
+ Cocok untuk kamera yang digunakan memotret ketika waktu panjang, ketika di pos, atau sedang beristirahat.

Minus
– Kendala utama ketika ingin memotret terpaksa harus berhenti, menaruh ransel, dan mengeluarkan kamera. Butuh usaha dan waktu yang akhirnya jadi lebih banyak mengalah tidak memotret.

C. Tas Kamera Top Loader

Dulu ketika mulai kembali naik gunung Semeru, di tahun 2010. Saya sudah mulai membawa kamera dslr canon 450D, lensa canon 10-22 yang biasa terpasang di bodi kamera, dan lensa tele canon 70-100 f/4. Supaya lebih mudah mengakses untuk memotret, kamera 450D saya taruh di tas kamera lowepro top loader aw 55. Jadi begitu ada momen menarik, atau bertemu dengan pemandangan indah, saya tinggal meraih kamera dan bersiap memotret.

Selain dengan menggunakan tali selempang, untungnya tas ini mempunyai kait di dua sisinya. jadi untuk perjalanan beberapa hari yang mengharuskan saya membawa tas ransel, saya memodifikasi tas lowe pro top loader ini dengan menggunakan dua karabiner kecil yang saya cantolkan ke kait di tas ransel. Jadi beban terbagi di dua sisi.

BACA JUGA:   Kolam renang taman palem duren sawit

Kalau medan juga tidak terlalu berat saya biasanya juga tidak menutup resletingnya sehingga bisa lebih cepat mengkases kamera ketika dibutuhkan. Sistem tas untuk membawa kamera ketika perjalanan ini beberapa tahun saya praktekan dan sepertinya memang paling cocok (untuk saya).

Plus:
+ Kamera lebih aman, karena terlindung dari benturan ataupun hujan
+ Akses ke kamera cukup mudah sehingga bisa lebih sering memotret di perjalanan.
+ Dengan modifikasi karabiner, beban terbagi di dua sisi sehingga lebih merata.
+ Kapasitas cukup besar, bisa untuk menaruh kamera + lensa wide baterai cadangan dan juga handphone atau makanan kecil.

Minus:
+ Harus menambah budget untuk membeli tas jenis top loader yang mempunyai dua kait.

D. Tas Selempang

Setelah ini saya sempat mencoba menggunakan tas kamera slempang National Geographic. Tas model kanvas ini selain karena brand nya juga memang lumayan menarik. Ada tambahan tas kecil sebagai pelindung kamera. Tapi kendalanya model tas ini lebih cocok untuk dislempangkan, bukan ditaruh di depan. Lebih cocok untuk digunakan ketika bepergian dengan tas daypack. Kalau disanding dengan tas ransel, dan berjalan naik turun selama beberapa hari, pengalaman saya kurang nyaman. Beban tas juga hanya ditumpu tali di satu sisi, belum lagi gesekan dengan leher ketika berjalan.

Plus:
+ Kapasitas besar, bisa untuk menaruh kamera + lensa tele, baterai cadangan, handphone, air minum dan makanan kecil.

Minus:
– Perlu mengeluarkan budget untuk membeli kalau belum punya tas nya
– selempang kurang nyaman apabila digunakan untuk perjalanan panjang.

E. Tas Sepeda / Daypack kecil

Awalnya saya pikir ini solusi yang cukup bagus, karena tasnya cukup kecil, kamera dslr dan lensa masuk ke dalam. Tapi tenyata ketika di praktekan di lapanan ketika naik gunung lawu jalur candi cetho kemarin, badan saya jadi basak kuyup. Tas juga beberapa kali melorot ketika berjalan jadi lumayan mengganggu.

Plus:
+ Kapasitas besar, bisa untuk menaruh kamera + lensa tele, baterai cadangan, handphone, air minum dan makanan kecil.

Minus:
– sirkulasi udara di depan jadi terhambat, badan tertutup depan dan belakang, sehingga lebih berkeringat

BACA JUGA:   Mendaki Kopi Cafe Ulasan: Menemukan Kopi Terbaik di Jakarta

F. Harness

Dari beberapa situs dan forum online saya mendapatkan informasi mengenai model harness untuk mencantolkan kamera. Saya belum pernah mencobanya sih, tapi rasanya kok juga kurang nyaman ketika digunakan sambil menenteng ransel. Belum lagi tambahan harus lebih repot untuk melepas kaos ketika basah kuyup karena keringat setelah berjalan mendaki.

Plus:
+ Distribusi beban merata karena kamera berada di tengah dada
+ akses kamera mudah sehingga bisa memotret dengan cepat

Minus:

– harga harness cukup mahal
– cukup merepotkan untuk pendakian di gunung tropis yang lembab dan banyak mengeluarkan keringat
– cukup mengganggu apabila kita sudah membawa ransel yang cukup berat

G. Holster

Ada juga yang menyarangkan menggunakan holster yang bisa diletakan di strap tas ransel. Jadi nanti kamera tinggal dikaitkan di holster. Dengan sistem ini memang jadi lebih mudah dan cepat untuk memotret. Tapi juga lebih berisiko apabila berada di medan yang agak berat. Kamera bisa rusak ketika kita terpeleset atau bertumburan dengan obyek lainnya.

Plus:
+ Bisa digunakan dihampir semua ransel
+ Lebih cepat untuk mengabadikan momet
+ lebih aman dibandingkan dengan menggunakan strap kamera biasa

Minus
– harga cukup mahal
– perlindungan terhadap kamera kurang
– beban menjadi kurang rata karena kamera hanya berada di satu sisi

Kesimpulan

Setelah mengevaluasi beberapa pilihan, akhirnya saya kembali lagi ke sistem awal, dengan menggunakan tas  top loader. Sayangnya tas lowepro top leader saya yang sudah menemani lebih dari 11 tahun sudah tidak saatnya pensiun. Resleting sudah tidak bisa lagi digunakan untuk menutup. Tapi karena menimbang bakalan banyak lagi digunakan untuk aktivitas di luar ruang, akhirnya memutuskan untuk membeli lagi lowe pro top loader AW 55.

Selain itu yang perlu diperhatikan sebenarnya bawa peralatan seperlunya. Jangan membawa peralatan terlalu berlebih, tapi jangan juga membawa peralatan minim sehingga menyulitkan ketika kita ingin memotret di lapangan nantinya. Solusinya tentunya riset awal itu penting. Jadi kita bisa tahu apa saja yang akan kita foto, dan butuh peralatan apa saja nantinya. Untuk tips memotret ketika di gunung bisa dibaca dari link berikut

Teman-teman lain ada yang punya solusi atau tips untuk membawa kamera ketika perjalanan di gunung ? yuk diskusikan bersama di kolom komentar.

Also Read

Bagikan: