Mendaki bukan sekadar perjalanan ke puncak gunung. Tapi, ini semua tentang passion. Bagaimana kamu menikmati prosesnya. Mulai dari titik awal mendaki sampai ke puncak. Nah, fotografi adalah cara terbaik untuk mengabadikan setiap momen tersebut. Kamu juga boleh mengunjungi spot foto instagrammable di gunung. Namun, alangkah baiknya tidak asal jepret, meskipun kamu pakai smartphone. Ada tipsnya untuk berfoto di gunung. Biar hasil foto kamu terlihat autentik dan menarik. Berikut 10 tips foto di gunung agar hasil foto keren & elegan:
Untuk lebih jelasnya, yuk, simak pembahasan tips foto di bawah ini. Let’s dive right in!
1. Ikuti aturan rule of thirds
Tips foto di gunung pertama yang perlu kamu coba adalah ikuti aturan rule of thirds. Hukum rule of thirds adalah salah satu hal terpenting dalam fotografi. Terutama, bagi seorang fotografer pemula. Dengan menguasai teknik ini, maka kamu bisa membuat jepretan foto yang baik. Hasil komposisinya seimbang dan terlihat menarik.
Sederhananya, rule of thirds adalah prinsip untuk membagi foto jadi tiga bagian. Nanti, ada tiga bagian mendatar. Juga ada tiga bagian menurun. Jadi, kelihatannya, seperti satu frame berbentuk kotak besar. Frame tersebut terdiri dari sembilan kotak kecil-kecil, dengan susunan tiga kali tiga. Bisa dibayangkan, ya?
Contoh pengaplikasian aturan rule of thirds || pic: pinterest.com.
Teknik ini seakan menciptakan ‘garis-garis’ pada subjek foto kamu. Tujuannya untuk menunjukkan posisi elemen penting di dalam foto. Teorinya, kamu bisa menempatkan point of interest di titik temu garis. Dengan begitu, fotomu jadi seimbang. Dan, hasilnya kelihatan lebih natural bagi orang yang melihat fotomu tersebut.
Contoh lain pengaplikasian aturan rule of thirds || pic: photoblog.com
Menurut sejumlah penelitian, saat melihat sebuah foto, mata manusia cenderung mengarah ke poin titik temu di fotonya. Ini terjadi secara alami. Dan, seseorang cenderung tidak memperhatikan pusat atau center dalam jepretan foto tersebut. Makanya, menggunakan rule of third bisa menghasilkan foto yang natural. Contohnya, subjek bunga yang terlihat di tepi kanan foto. Lalu, sisanya adalah background yang memburam.
2. Aplikasikan hukum golden ratio
Tips foto di gunung berikutnya adalah aplikasikan hukum golden ratio untuk mendapatkan komposisi gambar yang menarik. Dengan menggunakan golden ratio, kamu bisa bikin foto yang lebih memanjakan mata. Tapi, dengan cara yang natural. Jadi, mirip dengan hukum rule of third sebelumnya. Lalu, apa itu golden ratio? Golden ratio adalah panduan komposisi. Teknik ini berasal dari hitungan matematika, lho. Seorang ahli matematika asal Italia, Leonardo Fibonacci, mencetuskan ide rasio ini. Ketika dia sedang menyusun sebuah deretan angka.
Tapi kamu tidak harus jago matematika, buat menerapkan teknik ini. Jadi, golden ratio itu rasionya 1,618 banding 1. Perhitungan ini didasarkan pada spiral yang ada di alam semesta. Mulai dari spiral DNA sampai gelombang di samudera. Ada beberapa cara untuk menerapkan golden ratio. Namun, dua cara yang paling umum adalah Phi Grid dan Fibonacci Spiral.
Phi Grid adalah cara untuk mempertimbangkan proporsi dalam fotografi. Penampakannya persis seperti rule of third. Tapi, kamu tidak membagi frame jadi sembilan kotak dengan ukuran sama. Kotak-kotak ini menggunakan rasio 1:0,618:1, bukan 1:1:1. Jadi, seluruh garis tengahnya saling berdekatan satu sama lain. Metode ini membuat subjek fotomu lebih mendekat ke tengah. Jadi, komposisi fotomu bakal lebih unik. Dan, bikin orang langsung tertarik melihat subjeknya.
Hukum golden ratio.
Sementara, Fibonacci Spiral atau golden spiral terbentuk dari beberapa persegi, yang didasarkan pada angka Fibonacci. Di mana, panjang setiap persegi adalah angka Fibonacci. Jadi, coba bayangkan kamu tempatkan persegi itu di dalam sebuah frame. Lalu, kamu gambar busur melengkung dari setiap sudut berlawanan di dalam persegi. Maka, kamu akan mendapatkan lengkungan yang berbentuk seperti spiral.
Ini adalah pola yang muncul di mana pun di alam semesta. Dan, bentuknya mirip seperti cangkang kerang. Lengkungannya melewati frame dan menuntun mata manusia ke area sekitar gambar. Kurang lebih gambaran rasionya seperti ini:
Contoh penerapan hukum golden ratio.
Tempatkan area foto yang paling banyak detailnya, di dalam kotak paling kecil. Tidak harus kotak-kotak yang ada di sudut. Ada juga yang bilang kalau wajah Mona Lisa ditempatkan di area penting tersebut. Kemudian, coba posisikan sisa dari subjek fotomu, di dalam lengkungan juga. Nah, ini akan menuntun mata untuk melihat foto tersebut dengan cara yang natural.
3. Peka dengan perubahan ISO & pencahayaan
Pencahayaan di gunung bisa jadi tidak semudah yang dibayangkan. Puncak gunung bisa saja menghalangi cahaya matahari. Kemudian, lereng-lereng gunung mungkin tertutup bayangan, sehingga terlihat gelap. Nah, kuncinya adalah merencanakan fotografi kamu dengan matang. Jadi, kamu bisa mengantisipasi kondisi dan pencahayaannya.
Perhatikan kualitas pencahayaan.
Salah satu kunci untuk pencahayaan, adalah dengan mengunjungi spot foto lebih awal. Dan, disarankan kamu berfoto saat pagi atau sore hari. Kalau memungkinkan, di hari pertama, saat siang, kamu amati lokasi kamu. Lakukan observasi. Cahaya matahari siang, akan membantumu melihat lokasi mana yang bagus untuk foto dan yang tidak.
Kalau kamu berada di area yang memungkinkan, mendakilah saat malam. Jadi, kamu punya lebih banyak waktu di area yang lebih tinggi. Atau, bahkan di puncak gunungnya. Dan, kamu bisa menemukan tempat serta angle yang pas untuk memotret. Terutama, untuk fotografi saat sunrise.
Oh, iya. Waktu terbaik untuk fotografi adalah golden hour, yaitu saat matahari terbit dan terbenam. Akan tetapi, ada yang perlu kamu catat. Kalau di gunung, semuanya tergantung lokasi kamu. Puncak gunungnya bisa saja menghalangi sebagian cahaya matahari. Bahkan, menutupi seluruh cahayanya. Jadi, pandai-pandailah berburu spot yang bagus pencahayaannya.
4. Ambil komposisi foto & momen yang bagus
Kadang, yang cukup merepotkan adalah sulitnya menentukan fokus. Padahal, ini penting untuk komposisi foto. Pada jarak fokus minimum, kamu bisa melihat perbedaan ketajaman dengan jelas. Antara latar depan dan gunung di belakangnya, terlihat jelas bedanya. Bahkan, dengan menggunakan f/22 dan aperture closed-up, hasil fotonya tetap tidak tajam.
Contoh komposisi foto & momen yang bagus
Solusinya adalah dengan focus stacking, atau menggabungkan beberapa titik fokus. Teknik ini bisa menangkap latar belakang dan depan, dengan sama-sama tajam. Mirip teknik HDR. Tapi, yang berubah di setiap jepretan bukan shutter speed, melainkan jarak fokusnya. Kebanyakan kamera modern sudah dilengkapi fitur ini. Tapi, kadang kamu perlu mengaturnya sendiri.
Untuk melakukan teknik ini, setting kameramu harus sama semuanya. Mulai dari white balance, shutter speed, ISO dan aperture. Terus, yang paling penting adalah posisi kamera. Pertama, fokus pada objek terdekat dari kameramu. Selanjutnya, atur fokus untuk subjek foto di sekitarnya.
Oh iya, satu lagi tipsnya. Gunakan empty space dengan baik pada fotomu. Empty space atau negative space adalah area kosong pada scene foto. Misalnya, langit biru cerah, atau area tertutup kabut yang berwarna abu-abu. Tidak ada detail pada negative space. Makanya, semakin banyak negative space, subjek fotomu juga akan terlihat makin jelas, bahkan menarik. Negative space menciptakan momentum di dalam fotomu.
5. Fokus pada ketajaman gambar (depth of field)
Tips foto di gunung selanjutnya adalah perhatikan depth of field dari objek fotomu. Kita akan membahas sedikit lebih banyak tentang focus stacking. Sebab, erat kaitannya dengan depth of field atau ketajaman gambar. Tadi disebutkan, f/22 belum bisa bikin foto terlihat tajam. Sebab, kalau kamu menutup aperture sebanyak itu, maka ada efek negatifnya juga. Cahaya yang bisa masuk hanya sedikit. Dengan ISO yang sama, ini akan memperpanjang waktu exposure.
Fokus untuk membuat foto yang tajam, jangan sampai ngeblur.
Bahkan, saat angin bertiup pelan, elemen di latar depan foto (foreground) akan ikut bergerak. Sebab, terbawa oleh angin tersebut. Dan, ini membuat latar depan fotonya terlihat kurang tajam, daripada kalau kamu menggunakan f/7.1. Selain itu, dengan jarak fokus minimum, f/22 takkan pernah bisa mencakup seluruh depth-of-field pegunungan.
Sementara, focus stacking bakal sangat berguna untuk sweet spot lensa kamu. Bahkan, lensa yang paling murah, bisa membidik foto dengan tajam, menggunakan f/7.1. Atau, yang paling ideal untuk bikin foto kelihatan sangat tajam, adalah sekitar f/11 – f/16. Daripada kalau kamu menggunakan f/22.
6. Ikuti leading lines
Leading lines adalah garis-garis imajiner pada foto yang mengarahkan mata ke objek utama atau lainnya. Nah, leading lines ini bisa kamu gunakan untuk mengatur komposisi foto. Khususnya, dalam memposisikan subjek utama foto kamu.
Contoh foto alam dengan mengaplikasikan leading lines || pic: lightandmatter.org.
Sebab, foreground atau latar depan itu penting banget. Terutama, untuk komposisi foto lanskap atau alam. Apalagi, kalau kamu mau memotret puncak gunung. Katakanlah puncak tersebut menjadi titik fokus bidikanmu. Kamu tidak ingin latar depannya mendominasi komposisi foto. Tapi, kamu tetap perlu sesuatu yang bisa menarik perhatian orang yang melihat fotomu.
Di sinilah kamu perlu menggunakan leading lines. Sebab, leading lines akan menuntun atau mengarahkan mata ke puncak gunung tersebut. Di mana, puncak itu menjadi titik fokus fotomu. Tanpa kamu harus berlebihan dalam memposisikan foreground.
Jadi, kalau komposisinya tepat, maka foreground tersebut bisa menonjolkan titik fokus. Selain itu, berkat leading lines, komposisi foto kamu menjadi sangat dinamis. Sebab, jika komposisinya tidak tepat, itu akan menghalangi orang untuk melihat scene di dalam foto. Subjek utama fotonya terabaikan, atau foto kamu terlihat tidak menarik, plain dan membosankan.
7. Peka terhadap pola & simetri
Foto kamu harus memiliki sesuatu yang spesial. Biasanya, ‘keunikan’ tersebut ada pada subjek foto itu sendiri. Misalnya, kamu mau memotret puncak gunung. Makan, cari sesuatu yang spesial dari panorama tersebut. Contohnya, seperti sunrise atau sunset dengan awan yang mengapung. Nah, salah satu triknya adalah dengan menggunakan simetris dan pola untuk komposisi foto.
Contoh penerapan foto simetri || pic: ilanscapes.
Simetris bisa didapatkan melalui banyak teknik. Termasuk yang paling populer adalah menciptakan refleksi atau pantulan. Seperti misalnya, mengambil foto pegunungan yang terpantul, di permukaan danau yang berada di lereng gunungnya. Nah, ini membuat foto lanskap yang kamu bidik tidak terasa membosankan. Malah unik dengan menunjukkan fenomena alam.
Ada dua faktor penting dalam menemukan pola dan simetris yang pas. Keduanya adalah cuaca dan pencahayaan. Pertama-tama, bakal perfect kalau kamu memotret saat pencahayaannya sedang bagus. Selain saat sunrise dan sunset, satu jam sebelum sunrise dan setelah sunset, juga sempurna.
Tips foto di gunung – memotretlah saat cuara tidak stabil.
Kemudian, trik selanjutnya yaitu dengan memotret saat cuaca sedang tidak stabil. Sebab, cuaca-cuaca seperti ini justru menciptakan nuansa estetik. Seperti langit mendung abu-abu gelap. Atau, misalnya, jika di gunung yaitu ketika cuaca berkabut saat pagi. Pantulan panorama berkabut tersebut di permukaan danau, akan terlihat sangat menarik.
8. Munculkan framing & background yang berkelas
Aspek yang sering terlupakan dalam fotografi, adalah bagaimana fotomu bisa mempengaruhi audiens. Nah, jangan buru-buru, asal jepret sana sini, terus pindah lokasi. Slow down. Amati interaksi alam di sekitarmu. Seperti, bagaimana awan mendung itu berinteraksi dengan puncak gunung di sana. Serta adanya secercah sinar matahari yang terlihat samar di balik awan.
Komposisi & frame foto yang menakjumkan || pic: Daniel Laan.
Ini adalah contoh foto dari Daniel Laan. Di sinilah pentingnya mengatur frame sekaligus background. Tujuannya untuk menambah emosi pada fotomu. Jadi, kalau kamu kesulitan menambahkan emosi foto, ada triknya. Coba mulailah dengan mengubah posisi cakrawala.
Posisikan cakrawala tinggi di atas, atau rendah di bawah. Ini menciptakan kesan kuat, dramatis, bahkan seperti berdentum. Sementara, menempatkan cakrawala di tengah frame, akan membuat lanskap kamu lebih lengang, sunyi atau fresh.
Pengaturan kontras untuk memunculkan backgroud yang epik || pic: expertphotography.com.
Satu lagi, yaitu trik untuk membuat background terlihat apik. Caranya dengan mengatur kontras antara background dan foreground. Salah satu contohnya seperti foto Daniel Laan di atas. Terlihat nuansa pegunungan gelap sebagai background. Tapi, ada bunga kuning yang terlihat kontras di foreground. Foto ini diambil ketika pagi di Swiss Alps. Ini adalah contoh kontras warna yang tepat.
9. Pilih angle foto & cropping yang elegan
Agar fotomu makin bervariasi, kamu bisa menggabungkan sudut pandang dan perspektif. Jadi, semuanya tentang angle foto. Salah satu contohnya seperti foto Daniel Laan di bawah ini. Di mana, base pegunungan terlihat lebih besar daripada puncaknya. Ini membuat gunungnya terlihat lebih menjulang tinggi ke angkasa. Pengambilan sudut ini juga biasa disebut wide-angle.
Contoh foto dengan angle pengambilan gambar yang elegan || pic: expertphotography.com.
Nah, kalau kamu mau mengambil foto gunung dengan wide-angle, coba ke lembah di lereng atau kaki gunungnya. Kemudian, posisikan kameramu. Lihat foreground pada scene fotomu. Semakin kamu kurangi fokus terhadap ketinggian gunung, perhatianmu akan mengarah ke hal-hal kecil, yang penting banget untuk komposisimu.
Oh ya, kalau mau memainkan angle foto, kamu bisa pegangi kameramu dengan tangan. Sebaiknya tidak perlu menggunakan tripod terlebih dahulu. Biar kamu bebas memposisikan kamera untuk angle yang terbaik. Kemudian, kamu juga bisa menggunakan distorsi lensa. Distorsi wide-angle sangat baik untuk fotografi gunung.
Dengan menggunakan tips foto di gunung tersebut, maka gunungnya akan terlihat lebih tinggi di fotomu. Ini cocok untuk komposisi vertikal seperti pada contoh foto di atas. Di mana, kamu bisa menciptakan efek yang dramatis. Selain itu, kamu juga bisa memanfaatkan cropping atau memotong gambar. Cropping biasanya dilakukan saat editing, sehingga kamu bisa membuang bagian foto yang dirasa tidak perlu. Biar fotonya lebih clean.
10. Arahkan model untuk melakukan pose foto yang kreatif
Sebenarnya gaya foto di gunung tidak seribet itu. Justru, akan lebih estetik jika kamu mengandalkan gaya candid. Gaya natural di mana kamu terlihat seperti tidak menyadari ada kamera. Ini mungkin pose foto yang klise. Akan tetapi, saat kamu berada di alam, tentu kamu akan terlihat keren dengan gaya sealami mungkin. Tidak dibuat-buat.
Pose yang kreatif || pic: expertphotography.com.
Triknya, kamu bisa memanfaatkan momentum, seperti sunrise dan sunset misalnya. Tidak hanya ideal untuk foto lanskap tanpa subjek manusia. Tapi, golden hour juga bisa jadi background kece buat kamu yang ingin berfoto. Seperti yang terlihat pada foto di atas sebagai contohnya.
Carilah spot yang bisa menunjukkan keindahan panorama gunung tempatmu berada. Lalu, kamu cukup duduk atau berdiri sambil menerawang di kejauhan. Ini sederhana, tapi bisa menciptakan emosi yang dalam pada foto kamu. Selain itu, foto yang alami seperti ini, justru memiliki daya tarik tersendiri.
Nah, yang barusan adalah tips untuk fotografi pegunungan. Juga sedikit tips berpose saat kamu foto di gunung. Foto menjadi satu-satunya saksi yang akan hidup selamanya. Makanya, buatlah foto seindah mungkin, untuk mengabadikan perjalananmu saat mendaki. Hanya melalui foto inilah, kenanganmu akan tetap hidup. Dan, ceritamu tentang mendaki terekam indah di dalam foto. Because, a picture is worth a thousand words.