Sudah sejak lama saya jatuh cinta dengan gunung. Dimulai dari awal tahun 90 an ketika saya pertama kali menginjakan kaki di Gunung Lawu dan kemudian terus bertumbuh hingga ke gunung-gunung lain. Gunung identik dengan tempat tinggi, berada di atas awan, dan mendekatkan diri dengan kehidupan. Gunung juga menjadi sumber inspirasi yang tertuang dalam tulisan, lukisan maupun jepretan kamera. Salah satu alasan saya kembali ke gunung setelah sekitar 10 tahun absen juga karena fotografi. Semenjak saya mempunyai kamera digital, saya mulai kembali menjejakan kaki ke jalan setapak yang menanjak. Rela kembali bersusah payah menggendong ransel demi bisa terus memotret gunung dengan latar belakang tebaran bintang.
Tapi demi menikmati keindahan alamnya, gunung memiliki tantangan yang harus dihadapi oleh para pemujanya, lokasinya seringkali terpencil. Kadang dibutuhkan waktu berjam-jam berjalan kaki untuk mencapai puncak gunung. Hal yang menyebabkan foto foto dari gunung terlihat unik dan menarik, karena tidak semua orang bisa melihat secara langsung.
Dengan semakin berkembangnya digital fotografi, tak bisa dipungkiri juga mempengaruhi aktivitas pendakian gunung. Semakin banyak pendaki menenteng kamera demi mendapatkan foto ketika berpetualang di gunung. Ada yang hanya untuk mendapatkan foto narsis, bergaya, tapi banyak juga yang serius belajar untuk menghasilkan foto terbaik mereka. Untuk pemula yang baru belajar fotografi mungkin kecewa kenapa hasilnya tidak sebagus ketika mereka liat sendiri? Oleh karena itu kami mencoba membuat panduan supaya hobi fotografi sambil naik gunung menjadi lebih menyenangkan dan tentunya hasilnya juga tidak mengecewakan.
Riset dan Perencanaan
Seperti juga memotret di bidang lain, riset dan perencanaan adalah sesuatu yang harus kita lakukan. Semakin kita meluangkan waktu untuk riset dan perencanaan semakin kita bisa mengatasi permasalahan yang mungkin selama perjalanan. Selain itu dengan mengetahui medan, kita bisa memutuskan membawa peralatan apa saja. Jadi tidak ada lagi alasan kita kurang peralatan atau malah membawa peralatan terlalu banyak.
Riset Perjalanan
Setelah mengetahui gunung apa yang akan kita datangi, coba cari informasi jalur yang akan kita lalui. Ada berapa pos dari basecamp sampai ke puncak, berapa jam kira-kira waktu yang dibutuhkan. Apakah ada sumber air selama perjalanan. Bagaimana medan sepanjang perjalanan. Dimana nanti kita akan berkemah. Berapa hari kita naik gunung dan turun.
Cari tahu juga dimana kira-kira lokasi untuk pengambilan foto menarik. Apakah dengan waktu yang ada kita bisa mendapatkan foto sunrise atau sunset di puncak. Apa saja yang bisa kita foto ketika sedang berkemah. Bagaimana nanti cuacanya, kalau ingin memotret milky way juga bisa mengecek apakah waktunya tepat, bagaimana kondisi fase bulan.
Aplikasi Pembantu Perjalanan
Kita bisa menggunakan beberapa aplikasi untuk membantu mengetahui kondisi perjalanan yang akan kita lewati. Google maps memiliki fasilitas yang biasanya juga menyertakan rute pendakian ke gunung. Dari rute pendakian tadi kita bisa mengecek lokasi-lokasinya.
Kita juga bisa menggunakan aplikasi Photographer’s Ephemeris untuk menentukan kapan matahari terbit dan terbenam, dan juga dimana lokasinya matahari akan keluar dan tenggelam.
Referensi Foto
Setelah itu kita bisa melakukan riset untuk foto. Cek dari search enggine dengan kata kunci “gunung xx” + “foto”. Coba cari beberapa foto yang membuat Anda tertarik. Cek informasinya dimana foto tersebut diambil, kapan waktunya. Setelah itu dicoba analisa kenapa foto tersebut menarik, kira kira menggunakan lensa apa, bagaimana proses pengambilan fotonya, apa saja obyek menarik yang bisa nanti kita jadikan obyek foto. Coba juga untuk melihat apakah ada yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan foto lebih baik lagi? Jangan hanya sekedar meniru persis fotonya lho ya.
GPS = Gunakan Penduduk Setempat
Sumber paling akurat tentunya penduduk setempat yang paham dengan lokasi mereka. Coba kontak bagaimana cuaca belakangan ini, tanyakan juga kondisi jalan, dan informasi lain agar bisa membantu kita merencanakan perjalanan. Kalau belum pernah sama sekali naik ke gunung tersebut, tidak ada salahnya kita minta bantu dari basecamp untuk menjadi guide perjalanan. Siapa tahu mereka juga bisa menunjukan lokasi yang mungkin hanya orang setempat yang tahu.
Peralatan
Prioritas utama ketika memilih peralatan yang akan dibawa ketika mendaki gunung adalah berat nya. Soalnya Anda nanti akan membawa peralatan di dalam ransel Anda ketika melakukan perjalanan. Dan setiap selisih berat yang dibawa ke atas akan membuat Anda bersyukur telah membuat keputusan tepat. Walau mungkin nanti Anda akan menyewa porter untuk membantu Anda membawa peralatan ke atas gunung, tapi tetap semakin sedikit beban yang dibawa akan semakin memudahkan perjalanan. Peralatan juga tidak harus perlengkapan terbaik, tapi “cukup” untuk mengabadikan keindahan alam secara lebih efektif.
Kamera
Bisa menggunakan smartphone, kamera poket, mirorless, atau DSLR. Jika memakai kamera poket atau smartphone, peralatan yang akan kita bawa lebih sedikit. Cukup membawa beberapa baterai ekstra dan memory card cadangan. Tapi kalau kita memutuskan membawa mirorless atau DSLR maka kita “terpaksa” juga harus membawa beberapa peralatan pendukung demi mendapatkan hasil maksimal.
Smartphone
Smartphone sudah menjadi barang umum kita bawa kemana saja. Selain itu juga memang ringkas dan biasanya selalu kita masukan ke kantong. Jadi kenapa tidak sekalian kita gunakan untuk memotret ketika berkegiatan di alam. Toh kamera smartphone sekarang juga sudah cukup bagus kan. Bahkan beberapa kameranya sudah mempunyai fasilitas lensa wide dan tele. Bisa juga menggunakan tambahan lensa kalau memang diperlukan. Kamera smartphone juga sudah dibekali dengan fasilitas HDR sehingga bisa digunakan ketika perbedaan cahaya cukup besar. Sedangkan kekurangan memotret dengan smartphone antara lain sensor kecil sehingga kurang cocok kalau nanti digunakan untuk cetak ukuran besar. Selain itu biasanya mempunyai kelemahan untuk kondisi pemotretan dengan pencahayaan kurang. Baterai juga kalau digunakan untuk terlalu sering mengambil foto juga akan cepat berkurang, belum lagi ditambah kondisi dingin pegunungan.
Kamera Poket
Untuk dokumentasi perjalanan ke gunung, kamera poket sudah lebih dari cukup. Biasanya kamera poket juga mempunyai fasilitas lensa wide – tele sehingga bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan foto selama di gunung. Kekurangannya mungkin karena sensor kecil sehingga hasil foto ketika digunakan untuk pencahayaan rendah agak kurang bagus. Biasanya juga kamera poket standar hanya dibekali dengan format jpg sehingga kurang maksimal ketika nanti proses editing. Kamera poket juga biasanya disertakan beberapa mode pengaturan untuk mempermudah pemakaian, misalnya mode pemandangan, aksi, panorama.
Kamera Action
Kamera kecil ini cocok dibawa untuk ke gunung. Dengan bentuk biasanya kotak, berukuran kecil dan mempunyai kelebihan tahan air dan tahan banting. Pengoperasian juga cukup mudah, tinggal ditekan dan siap merekam sepanjang perjalanan. Kamera action seperti GoPro tapi lebih banyak digunakan untuk merekam video karena juga sudah dibekali stabiliser sehingga mengurangi goncangan ketika merekam sambil berjalan. Untuk kamera action keluaran terbaru juga sudah dibekali dengan format RAW untuk pengambilan foto jadi bisa lebih leluasa untuk kita proses waktu editing.
Mirorless
Mirrorless dan DSLR sekarang sudah mempunyai kemampuan hampir sama. Mirorless mempunyai keunggulan ukuran lebih ringkas dibanding DSLR. Selain itu beratnya juga lebih ringan. Untuk penggunaan di gunung saya lebih suka membawa mirrorless karena ukurannya lebih kecil jadi bisa mudah dibawa dan ditaruh di tas kecil sehingga mudah untuk pemotretan sepanjang perjalanan. Selain itu biasanya mirrorless juga sudah dibekali dengan body tahan percikan air, sehingga berguna kalau digunakan di gunung biasanya sering basah karena kabut. Tapi biasanya mirorless mempunyai keterbatasan baterai berukuran lebih kecil sehingga lebih cepat habis dibanding DSLR.
DSLR
DSLR berukuran lebih besar dan lebih berat dibanding mirorless. Salah satu keunggulan DSLR adalah baterai lebih besar sehingga bisa memotret lebih banyak. Selain itu mungkin karena sudah keluar lebih lama dibandingkan mirorlles jadi koleksi lensa dan aksesori lebih banyak untuk kamera DSLR.
Kamera yang saya bawa ketika naik gunung Merbabu kemarin adalah canon 6D, canon 450D, dan kamera poket canon s95. Saya sengaja membawa dua kamera memang niat saya saat itu lebih berfokus memotret milky way ketika bermalam di Pos 3. Tapi memang akhirnya harus saya balas dengan menjadi penjaga gawang ketika berjalan.. paling belakang terus hahaha
Tapi untuk ke naik gunung selanjutnya, saya akan membawa peralatan lebih ringkas agar tenaga tidak terlalu banyak terfosir. Cukup satu kamera DSLR/ Mirorless dan GoPro.
Lensa
Untuk bisa mendapatkan foto indah pegunungan dibutuhkan juga beberapa lensa yang sesuai. Dengan lensa wide kita bisa mendapatkan pemandangan pegunungan membentang luas. Dengan lensa tele kita bisa mendapatkan detail dari tempat jauh yang mungkin tak bisa kita jangkau. Pilihan ada di tangan Anda. Apakah mau membawa beberapa lensa dari mulai wide hingga tele atau cukup dengan lensa kit—atau bisa juga dengan lensa all-round. Ingat kata kunci nya adalah “berat”.
Lensa kits 18-55mm f/3.5
Untuk pemula lensa kits sudah cukup bagus untuk kita gunakan ketika di gunung.
Kelebihan:
-
- Biasanya sudah ikut dalam satu paket pembelian kamera jadi tidak perlu harus mengeluarkan biaya lagi.
- Satu lensa bisa digunakan untuk pengambilan view lebar sampai standar.
Kekurangan:
-
- Untuk mendapatkan pemandangan gunung lebih lebar diperlukan lensa dengan FL < 18mm.
- Untuk mendapatkan pemandangan tempat jauh paling tidak lensa dengan FL>70mm.
- Kualitas lensa kits juga biasanya standar.
Lensa Wide
Lensa dengan focal length dibawah 24 mm (full frame) biasa disebut lensa lebar (wide angle lens). Berguna untuk foto pemandangan yang lebar.
Kelebihan:
-
- Dengan view yang lebar kita bisa mendapatkan pemandangan gunung yang luas.
- Lensa lebar juga memungkinkan kita untuk lebih leluasa bermain dengan komposisi. Kita bisa bermain komposisi dengan memasukan foreground obyek menarik di alam dan latar belakang bentang pegunungan.
- Depth of field (Jarak ketajaman) lensa lebar juga lebih besar, sehingga bisa lebih mudah mengatur fokus dari depan sampai belakang.
Kekurangan:
-
- Perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli lensa lebar yang biasanya lebih mahal dibandingkan lensa kits.
- Harus berhati hati ketika menentukan komposisi, karena terkadang kita ikut memasukan obyek pengganggu dan cahaya di sekitar lokasi.
Lensa Tele
Lensa dengan focal length diatas 70 mm (ful frame) biasa disebut lensa tele. Berguna untuk foto pemandangan yang jauh atau untuk mengambil detail obyek.
Kelebihan:
-
- Bisa untuk memotret obyek yang jauh.
- Lensa tele juga memungkinkan kita untuk lebih leluasa bermain dengan detail detail yang ada di alam.
- Lensa tele juga bersifat mengkompresi jarak, sehingga obyek di belakang terlihat lebih dekat dan lebih besar.
Kekurangan:
-
- Perlu berganti lensa kalau untuk foto yang lebih lebar.
Lensa All Round
Disebut juga sebagai lensa sapu jagad. Biasanya mencakup ukuran dari wide sampai ke tele, dari 18 – 200mm.
Kelebihan:
-
- Bisa untuk memotret obyek yang jauh atau pemandangan yang lebar.
- Satu lensa bisa untuk berbagai obyek.
- Tidak perlu mengganti-ganti lensa
Kekurangan:
-
- Biasanya kualitas yang dihasilkan tidak sebagus lensa wide atau lensa tele.
- Aperture lensa juga biasanya bervariasi, semakin besar FL semakin besar apperture
Lensa Bukaan Lebar (Fast Lens)
Lensa dengan f/1.4 – f2.8 menjadi pilihan yang tepat untuk anda yang menyukai fotografi malam ketika di gunung atau ingin mengambil foto dengan latar belakang bokeh.
Kelebihan:
-
- Dengan bukaan lensa lebar (angka aperture/F kecil) cahaya masuk ke sensor kamera lebih banyak, jadi lebih sedikit waktu dibutuhkan untuk mendapatkan eksposure yang sesuai. Ini sangat berguna sekali untuk foto malam hari.
- Bisa digunakan untuk memotret obyek dengan latar belakang blur, sehingga obyek terlihat lebih detail
Kekurangan
-
- Sayangnya lensa bukaan lebar ini biasanya dibandrol dengan harga yang lebih tinggi dibanding lensa bukaan standar.
Lensa yang biasanya saya bawa untuk memotret di pegunungan adalah canon EF 16-35 f/4 L, canon EF 70-200 f/4 L, dan canon EF-S 10-22 f/3.5 untuk di kamera 450D.
Tapi supaya lebih ringkas untuk naik gunung berikutnya saya cukup membawa canon EF 16-35 f/4 L, canon EF 70-200 f/4 L dan Sigma 35mm f/1.4. Lhah jadi ndak ringkas juga dink.. masih tetap 3 lensa hahaha.
Drone
Dengan menggunakan drone kita bisa mengambil gambar dari sudut dan tempat yang tidak bisa kita jangkau dengan berjalan kaki. Kita bisa mengambil foto puncak dari lokasi yang berseberangan sehingga menghasilkan foto yang berbeda. Tehnologi drone yang berkembang membuat drone semakin kecil dan bisa dengan mudah kita masukan tas.
Saya menggunakan DJI Mavic Air untuk menemani perjalanan ke gunung. Sayang baterainya cuma punya dua. Dengan satu baterai efektif terbang sekitar 12 menit, jadi kita benar-benar harus memperhitungkan kapan saat yang tepat untuk menerbangkan drone untuk mengambil gambar terbaik selama perjalanan di gunung.
Tripod
Tripod yang kuat dan ringan merupakan tripod impian untuk dibawa ke gunung. Tentu saja kita harus rela mengeluarkan anggaran lebih tinggi untuk meminang tripod seperti itu. Namun kalau belum punya, jangan sampai nekat juga membawa tripod kokoh seberat lebih dari 2 kg hanya demi mendapatkan hasil yang terbaik. Kaki pasti akan gempor dan pinggang pegal.
Saya sendiri membawa dua tripod untuk dua kamera ketika di Merbabu. Berat.. pasti.. Untuk perjalanan ke Gunung Lawu dengan fokus untuk mengambil foto panorama 360 malah saya menambahkan pano head dengan berat kurang lebih 1kg sendiri. Jadi 2 tripod masih ketambahan pano head. Ampun deh… Ke depan saya rencana hanya mau membawa satu tripod saja supaya lebih ringan bawaan, mungkin ditambahi tripod kecil yang ringan buat Gopro.
Tips menggunakan tripod supaya lebih kokoh
Kalau masih menggunakan tripod biasa, terkadang terkena angin sudah bergoyang. Kita bisa mengakali agar tripod tadi menjadi lebih kokoh. Beberapa tripod mempunyai penggantung di bagian tengah yang bisa kita pakai untuk menggantungkan tas atau plastik yang diisi pemberat supaya tripod lebih kokoh. Kalau tidak ada penggantungnya bisa juga lagnsung menggantungkan pemberat ke tripod. Selain itu tidak perlu menaikan bagian tiang tengah tripod sampai maksimal, karena bisa mengurangi keseimbangan.
Media Penyimpanan
Memory card
Apabila memotret dalam format RAW anda perlu membawa memory card yang cukup. Dari pengalaman “perjalanan biasa,” saya bisa menghabiskan 8 GB/hari. Kalau perjalanan hanya 2 – 3 hari, menggunakan beberapa memory card sudah cukup. Tapi apabila perjalanan lebih lama kita perlu memikirkan media penyimpanan yang lebih besar dan lebih aman. Saya biasanya membawa beberapa SD card ekstra untuk berjaga-jaga.
Kapasitas memory card yang beredar di pasaran sekarang sudah cukup besar, umumnya bervariasi hingga dari 8 – 128 GB. Harganya juga sudah cukup terjangkau. Saya sendiri selalu membawa beberapa SD Card setiap bepergian. Keuntungannya membawa memory card banyak, lebih ringan dan hemat ruangan, selain itu juga lebih murah. Tapi kelemahan hanya mengandalkan memory card saja adalah hanya di satu penyimpanan, jadi kalau ada apa-apa data bisa hilang. Selain itu apabila kita melakukan perjalan berhari-hari kadang kalau kita tidak disiplin untuk pengelolaan data bisa berujung fatal, data yang sebelumnya bisa hilang terhapus. Selain itu juga memory card lebih rentan rusak apalagi ditempat bersuhu ekstrim.
Harddisk
Harddisk dengan fasilitas backup melalui card reader sangat berguna untuk kita gunakan sebagai media penyimpanan ketika bepergian di alam. Apalagi kalau kita membawa dua Harddisk cadangan jadi data bisa lebih terjamin. Usahakan untuk membackup data rutin setiap malam sebelum beristirahat. Taruh di dua Harddisk berbeda dan simpan di tempat yang berbeda, misalnya satu di tas kamera, satu di ransel. Supaya kalau ada apa-apa masih ada penyimpanan yang lain. Kerugiannya, harddsik external dengan fasilitas card reader biasanya berharga beberapa kali memory card.
Solusi yang lebih efektif adalah menggabungkan antara memory card dengan harddsisk backup. Jadi kita membawa beberapa memory card dan juga Harddisk backup. Usahakan setiap malam membuat backup di harddisk , tapi file di memory card juga tetap tidak dihapus. Beri tanda nomer urut pada memory card dan gunakan secara urut sehingga kita tahu mana yang sudah terpakai dan mana yang belum.
Baterai
Peralatan yang satu ini sangat vital tapi juga sangat rentan terhadap suhu dingin pegunungan. Apalagi tidak ada sumber tenaga yang bisa dipakai untuk mengisi ulang baterai bila kita sedang di alam bebas. Alternatifnya adalah dengan membawa beberapa baterai cadangan yang bisa kita gunakan sampai perjalanan selesai.
Usahakan menyimpan baterai cadangan tersebut dalam tempat yang hangat. Saya biasanya membungkus dalam dua kaos kaki. Jumlah baterai yang saya bawa 3-4. Selain itu kalau memang perjalanan lebih dari 3 hari dan tidak ada listrik saya juga membawa solar panel untuk mengisi baterai kamera ketika siang hari.
Tas Kamera
Berfungsi untuk membawa peralatan fotografi kita. Syaratnya aman untuk membawa kamera dan juga mudah untuk menyimpan dan mengeluarkan kalau dibutuhkan untuk merekam foto. Saya awal awal dulu sering hanya menggantungkan kamera di leher, tapi yang ada leher terasa pegal dan juga kamera bergoyang-goyang ketika kita berjalan. Setelah itu saya memasukan kamera ke dalam tas ketika berjalan dan baru mengeluarkan kamera ketika berhenti untuk beristirahat. Tapi ada banyak momen yang bagus sepanjang perjalanan, jadi terpaksa harus berhenti, mengeluarkan kamera, menjepretkan, kembali memasukan ke tas, dan berjalan lagi. Lama lama mulai muncul rasa malas untuk mengambil gambar karena perjalanan menjadi lebih lambat. Repotnya lagi kalau teman-teman kita tidak ada yang memotret dan biasanya malas sering menunggu kita berhenti.
Ada beberapa alternatif tas mulai dari backpack hingga model slempang. Dari pengalaman, karena kita sudah membawa ransel di punggung, model backpack tidak akan cocok kita pakai. Pernah mencoba menggunakan yang model slempang tapi lama kelamaan bahu akan terasa pegal. Tas dengan model diikat pada pinggang juga kurang pas, karena ransel yang berat mengandalkan sabuk pinggang untuk membagi bebannya. Akhirnya pilihan jatuh ke model top loader yang ditaruh depan dada dan diberi karabiner kecil yang bisa dicantolkan pada ransel sehingga beban lebih merata. Tapi model ini juga belum sempurna, karena otomatis pandangan kita ke bawah akan sedikit terbatas, apalagi kalau perjalanan turun.
Sampai sekarang saya belum menjumpai tas kamera yang benar-benar sempurna untuk dibawa ke gunung. Tapi dengan kamera mirorless yang berukuran kecil, sepertinya membawa tas kecil untuk ditaruh di depan cukup bagus. Dan mungkin pilihan terbaik adalah menyewa porter sehingga ransel kita akan dibawakan. Jadi kita cuma membawa daypack peralatan kamera.
Filter
Filter merupakan peralatan pendukung yang bisa berguna di lapangan. Beberapa filter yang saya rekomendasikan untuk menemani perjalanan ke atas gunung adalah:
- Filter CPL
Berfungsi untuk meningkatkan saturasi dan juga membirukan langit serta mengatur pantulan pada suatu obyek. Cocok dipergunakan ketika mengambil gambar langit yang berwarna biru. Tapi ingat filter CPL menurunkan exposure 1-2 stop (tergantung merk), jadi jangan lupa melepas filter CPL kalau kita mengambil foto malam hari di gunung. - Filter ND
Untuk mengurangi intensitas cahaya yang masuk. Filter ini selalu saya bawa untuk jaga- jaga jika suatu saat dibutuhkan untuk memotret slow speed pemandangan di gunung. - Filter UV
Filter UV berguna untuk melindungi lensa. - Filter GND
Berfungsi untuk mengatur perbedaan exposure antara langit dan permukaan. Biasanya ada pilihan untuk 1, 2 dan 3 stop GND. Hard edge dan soft edge. Tapi sekarang saya jarang menggunakan filter GND dan biasanya kalau butuh lebih memilih menggunakan bracketing atau bisa diakali dengan teknik black card.
Peralatan Tambahan
Cable Release atau Intervalometer
Berfungsi untuk mengurangi goyangan yang dihasilkan apabila kita menekan shutter secara langsung. Selain itu juga berfungsi ketika menggunakan mode bulb. Berguna juga untuk pemotretan malam hari yang kadang butuh >30 detik.
Sedangkan intevalometer mempunyai fasilitas untuk pengaturan dengan waktu. Kita bisa mengatur jeda waktu antar foto, berapa banyak yang akan kita ambil dan jeda foto pertama diambil.
Flash
External Flash diperlukan bila kita berencana untuk membuat obyek terang dengan latar belakang pemandangan matahari terbit. Saya menyiapkan satu flash external yang ringan di dalam tas, meskipun sering terlupakan apabila sudah sibuk mengambil gambar.
Peralatan untuk Mencegah Lensa Berembun
Ketika memotret di pegunungan seringkali kita menjumpai bagian depan lensa menjadi berembun karena suhu yang dingin. Terutama untuk pemotretan malam hari atau suhu terlalu dingin. Sayangkan kalau sudah bersusah payah ke gunung ternyata foto-fotonya banyak yang tidak bisa kita pakai karena tertutup embun.
Lens Hood
Selain berguna untuk mengatasi masalah pantulan cahaya pada siang hari, dan melindungi bagian depan lensa ketika bertumburan dengan benda lain. Lens hood juga berguna untuk memperlambat terjadinya proses pengembunan pada permukaan lensa. Jadi jangan lupa pasang Lens hood terutama untuk pemotretan malam hari di gunung.
Dew Heater
Suhu dingin membuat lensa cepat berembun, salah satu solusinya adalah menggunakan dew heater. Berbentuk menyerupai gulungan velcro yang berisi elemen penghangat. Cari yang menggunakan power external dengan kabel usb sehingga bisa digunakan dengan menggunakan powerbank.
Raincoat Kamera
Mantel sebagai pelindung dari air hujan (rintik-rintik tentunya) untuk berjaga-jaga bila terpaksa harus mengabadikan keindahan alam dalam cuaca yang kurang baik.
Peralatan Pembersih
Kain pembersih, tisu, kuas, dan blower juga perlu kita masukkan ke dalam perlengkapan yang perlu kita bawa.
Persiapan
Setelah melakukan riset dan perencanan, mencatat peralatan apa saja yang perlu dibawa, jangan lupa ini juga paling penting, persiapan. Persiapan terbagi menjadi beberapa hal:
Persiapan Fisik
Naik gunung merupakan perjalanan yang membutuhkan fisik yang prima. Terlebih lagi kita mempunyai misi tambahan, menghasilkan foto terbaik. Kalau fisik kita payah (dan saya sering mengalami sih hihihihi) yang ada untuk mengeluarkan kamera saja rasanya sudah tidak ada niat. Jadi usahakan sebulan sebelum hari H kita sudah melakukan persiapan fisik. Baik berupa jalan kaki, lari, bersepeda atau naik turun tangga.
Persiapan Mental
Naik gunung bukan saja harus fisik prima, tapi juga harus punya mental baja. Lebih sering kita harus bisa mengatasi persoalan yang ada di kepala kita. Bagaimana harus mengalahkan rasa enggan untuk keluar dari tenda untuk memburu momen sebelum matahari terbit. Bagaimana kita harus mengatasi rasa lelah memanggul ransel dan terus mencoba berjalan setapak demi setapak. Bagaimana belajar mengelola rasa jengkel menjadi energi untuk membantu kita terus melangkah. Bagaimana mengatasi rasa kecewa ketika berharap cuaca cerah tapi yang ada kabut tebal menutupi seluruh pandangan. Bagaimana kita terus memotivasi diri sendiri untuk tidak menyerah menghadapi jalan terjal depan mata. Dan penting juga bagaimana memutuskan untuk turun dan berbalik arah ketika memang kondisi lapangan tidak memungkinkan kita untuk terus melanjutkan perjalanan.
Persiapan Budget
Ini juga penting sih.. terutama untuk yang merasa bukan dari golongan sultan hahaha.. Semakin lama waktu traveling dan lokasi yang jauh kita harus memikirkan berapa biaya yang harus dikeluarkan. Apakah perlu harus menambah peralatan baru yang dibutuhkan atau cukup yang ada sekarang. Kalau memang gunung yang dituju lokasinya jauh mungkin kita harus membeli tiket jauh jauh hari. Kalau memang butuh biaya yang cukup besar, mulai menabung sedikit demi sedikit.
Komposisi
Salah satu yang membedakan foto biasa dengan foto wow adalah komposisi. Dengan komposisi kita bermain mengatur obyek apa saja yang perlu ditampilkan dalam foto, posisi seperti apa yang menarik. Memang tidak ada aturan bagaimana harusnya sebuah foto itu terlihat bagus.. kembali lagi ke foto seperti apa yang ingin Anda hasilkan. Tapi dengan beberapa aturan komposisi dasar ini, paling tidak kita bisa belajar untuk menyusun komposisi yang menarik dan mengembangkan sesuai dengan ide kita.
Masukan obyek utama yang menarik
Foto yang mempunyai obyek utama (focal point) cenderung lebih menarik, karena ada sesuatu yang bisa kita perhatikan. Entah itu berupa gunung, bunga, awan atau apapun juga.
Aturan Sepertiga (rule of third)
Aturan baku dalam fotografi. Kita menggunakan garis imajiner untuk membagi frame menjadi tiga bagian dan meletakan obyek menarik diantara garis tersebut.
Cari Garis Yang Mengarahkan Ke Obyek Utama
Sungai mengalir ke kaki gunung, atau jalan setapak menuju ke puncak bisa menjadi semacam garis pembantu (leading line) mengarahkan mata penonton dari satu titik ke obyek lain. Ini berguna menuntun supaya penonton tidak “tersesat” di foto kita.
Tempatkan Obyek yang Menarik di Bagian Depan Foto
Kuntum bunga bermekaran sebagai latar depan dengan latar belakang pegunungan terbukti menjadi salah satu foto menarik untuk dilihat. Jadi jangan lupa untuk mencari obyek obyek menarik supaya bisa kita jadikan sebagai latar depan foto kita.
Bingkai Foto dalam Sebuah Frame
Ranting pohon, siluet daun, mulut gua bisa menjadi frame menarik untuk membungkus obyek utama. Coba berkreasi menemukan obyek obyek alami supaya bisa menjadi frame foto kita selama di perjalanan ke puncak gunung.
Mainkan Skala Ukuran
Seorang berdiri di samping tebing batu akan bisa memberikan gambaran seberapa tinggi tebing itu. Kalau tidak ada pembanding terkadang kita tidak bisa memberi ukuran tentang obyek pada suatu foto.
Pantulan Bisa Membuat Kita Berpikir Terbalik
Kalau di perjalanan kita menemukan genangan air, bisa kita manfaatkan untuk bermain refleksi. Kita bisa memposisikan kamera supaya dekat dengan air supaya bisa mendapatkan pantulan lebih menarik.
Siluet
Foto para pendaki sedang berjalan melewati kabut bisa menghasilkan foto siluet menarik juga lho. Kita juga bisa bermain dengan cahaya untuk mendapatkan foto siluet yang pastinya akan menimbulkan sisi misteri dari foto kita.
Tips Memotret di Gunung
Supaya kegiatan mendaki dan memotret di gunung lebih menyenangkan bisa dicoba beberapa tips berikut
Safety First
Inti dari perjalanan ke gunung adalah tiba kembali dengan selamat sampai ke rumah. Tidak ada yang menyebutkan tujuan dari perjalanan ke gunung adalah mendapatkan foto yang bagus tapi tidak selamat kan? Ini berlaku untuk semua, baik untuk keselamatan pribadi, teman seperjalanan, orang lain, alam dan juga peralatan kita. Apalah artinya foto yang bagus tapi kita tidak bisa menikmatinya atau mencelakakan orang lain atau merusak alam.
Selalu berhati-hati dan melihat kondisi sekeliling ketika kita memotret. Pandangan kita seringkali terbatas hanya depan lensa ketika memotret, tidak memperhatikan kiri kanan dan belakang yang mungkin berbahaya. Jangan juga menerobos jalur hanya sekedar ingin mencari foto berbeda. Jalur sengaja dibikin selain supaya kita tidak tersesat juga sengaja untuk membatasi pergerakan manusia sehingga tidak mengganggu habitat yang ada.
Selain itu keamanan peralatan juga harus kita perhatikan. Kondisi gunung cenderung lembab dengan cuaca dingin juga kurang bagus untuk kamera kita. Masukan kamera dan lensa ke dalam plastik kedap udara ketika malam dan tidak digunakan. Sebelum mengeluarkan peralatan dari dalam plastik yang kita simpan dalam tas, biarkan menyesuaikan dengan suhu sekitar terlebih dahulu.
Sebisa mungkin jangan meninggalkan peralatan berharga dalam tenda tanpa ada yang menjaga. Sudah banyak kejadian barang disimpan dalam tenda hilang ketika ditinggal untuk pergi ke puncak. Kalau memang harus ditinggal, bawa barang berharga, atau bisa kita titipkan ke teman sebelah tenda kita.
Menaruh kamera di tempat yang mudah kita akses
Di awal memotret dan naik gunung dulu saya menaruh kamera di tas ransel. Dan yang terjadi saya malas harus berhenti, menaruh ransel, mengeluarkan kamera dan memasukan lagi kamera ke ransel. Jadi kebanyakan foto ketika di basecamp, camp dan puncak. Padahal banyak momen menarik sepanjang perjalanan.
Saya mulai mencari beberapa model tas kamera yang bisa saya taruh di depan, sehingga kapanpun mau memotret saya tinggal mengeluarkan tanpa harus berhenti cukup lama. Alternatif lainnya saya membawa kamera poket atau mirorless yang berukuran kecil, yang bisa saya taruh dalam tas kecil sehingga ketika ingin memotret tidak mengganggu aktivitas berjalan.
Menggunakan Porter
Tidak perlu malu kalau memang harus menggunakan jasa porter. Memotret dan mendaki gunung membutuhkan tenaga yang prima. Kalau kita memang merasa fisik kita prima silakan membawa sendiri semua peralatan ke atas gunung. Tapi dari pengalaman saya beberapa kali naik gunung khusus untuk memotret tanpa menggunakan porter dan dengan menggunakan porter memang sangat berbeda.
Pada saat naik ke Merbabu dan Lawu saya membawa sendiri semua peralatan naik gunung dan fotografi. Peralatan pribadi, sleeping bag, makanan, beberapa liter air, peralatan masak, ditambah 2 body kamera dslr, 3 lensa, 2 tripod dan pano head. Bisa sampai puncak, tapi energi saya juga terbuang banyak. Saya berjalan paling belakang dengan banyak beristirahat dan sedikit memotret. Tenaga sudah habis untuk digunakan supaya kaki terus mau melangkah di tanjakan. Pikiran sudah terlalu penat dengan hitungan satu sampai dua puluh yang berulang ratusan kali hanya supaya badan bisa melangkah sampai tujuan. Mana kepikiran untuk mengeluarkan kamera, mencari komposisi, atau menunggu cahaya yang tepat untuk memotret.
Pada saat traveling ke Rinjani dan Nepal saya menggunakan porter untuk membawa ransel berisi peralatan pribadi dan beberapa peralatan kamera yang sudah saya pisahkan. Sedangkan saya hanya membawa tas daypack dan tas kamera, yang berisi kamera, dua lensa, tripod, baterai cadangan, filter, makanan kecil, air minum dan jaket. Rasanya beda sekali. Saya bisa setiap saat berhenti untuk memotret, bukan berhenti dengan alasan memotret tapi sebenarnya mengambil napas dan menjaga supaya otot kaki tidak kram hahaha.. Setiap ada momen yang bagus saya bisa segera mengeluarkan kamera dan memotret. Berbeda ketika membawa tas kamera di depan dan ransel di belakang. Seringkali momen bagus sengaja saya lewatkan karena tahu begitu saya selesai mengambil kamera, momennya sudah terlewat hahaha.
Jadi kalau memang tujuan kita naik gunung untuk menikmati pemandangan dan juga mengabadikan keindahan dalam bentuk foto, ndak ada salahnya kita meminta bantuan porter untuk membawakan peralatan kita.
Menjaga Baterai Supaya Tidak Drop di Gunung
Baterai pada suhu gunung yang dingin biasanya akan cepat berkurang. Bahkan baterai cadangan yang kita simpan juga akan berkurang pada suhu yang dingin. Untuk mengatasinya kita harus menyimpan baterai di tempat yang cukup hangat. Saya biasanya membungkus baterai dengan kaos kaki dan menyimpan di plastik kedap udara.
Sedangkan ketika untuk memotret saya juga biasanya menyiapkan satu baterai cadangan yang saya masukan kaos kaki dan saya taruh dalam kantong jaket supaya tetap hangat. Jadi ketika tiba-tiba baterai kamera habis saya bisa langsung mengganti tanpa terlalu lama ketinggalan momen.
Siap untuk Beradaptasi dengan Kondisi
Seperti kita tahu, di alam semua bisa berubah sewaktu-waktu. Rencana yang kita susun dengan cermatpun ada kalanya dengan terpaksa harus kita revisi di lapangan. Walau sebenarnya perencanaan yang matang juga sudah harus bisa memberikan solusi kalau tiba tiba rencana awal kita tidak berhasil. Kita harus bisa memutuskan dan beradaptasi dengan kondisi yang ada. Ramalan cuaca yang harusnya cerah ternyata tiba-tiba turun dan terpaksa kita harus menghentikan perjalanan dan berkemah di tempat yang tidak direncanakan. Tidak apa, semakin kita beradaptasi semakin cepat kita mengambil keputusan dan menjalankan rencana baru. Jangan cuma gara-gara cuaca berubah mood memotret kita jadi berkurang dan akhirnya tidak mau motret.. sayang kan.
Buat Sesuatu yang Baru
Kalau biasanya kita memotret matahari terbit di puncak gunung dengan lensa lebar, coba sesekali dengan lensa tele. Dapatkan sudut-sudut baru yang membuat kita tertantang kreatifitasnya. Coba arahkan ke sisi barat, siapa tahu ada moment yang menarik selain matahari terbit yang mungkin sudah puluhan kali kita abadikan dari tempat yang sama.
Semua tentang Lokasi
Ada kalanya ketika mencari foto-foto di gunung, terutama di gunung yang populer via media sosial, kita akan menemukan hampir semua foto tersebut diambil dari lokasi yang sama. Memang foto tersebut bagus dan buktinya banyak yang mengambil dari tempat yang sama kan. Tapi kalau Anda ingin menghasilkan foto yang berbeda, anda harus mencoba untuk berpikir lebih kreatif. Dari satu lokasi yang sama, apakah bisa kita menghasilkan foto yang berbeda? Mungkin dengan peralatan yang berbeda, mungkin dengan merubah sudut pengambilan foto, mungkin dengan tehnik slow speed, atau… silakan tuangkan kreatifitas Anda.
Berencana dengan Waktu
Momen di gunung sangat tergantung pada waktu. Dan foto yang terbaik biasanya dihasilkan dengan formula berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat. Coba ke gunung Merbabu ketika musim hujan, padang rumput berwarna kehijauan sepanjang mata memandang. Kita berasa berjalan melewati lapangan sepakbola yang besaaarrrrr. Tapi kalau berkunjung pada musim kemarau kita disambut padang rumput menguning yang membawa kita ke hayalan padang rumput afrika.
Cari Teman Pendakian Yang Paham dengan Kelambatan Kita
Kalau kita naik gunung dengan teman dekat yang sudah terbiasa dengan pola kita yang sering berhenti untuk memotret pasti mereka akan mau menunggu, atau paling tidak mereka akan menunggu di perhentian berikutnya sembari menyiapkan minuman hangat atau makan siang. Tapi kalau kita naik gunung dengan ikut open trip dengan teman-teman baru yang tidak suka memotret, mungkin strateginya harus berbeda. Kita harus pandai mencari celah waktu supaya tidak mengganggu ritme perjalanan teman lainnya. Kalau pengalaman saya dulu ikut open trip ke Semeru saya mencari teman traveling yang juga berjalan lambat, dan suka difoto. Jadi kami bertiga berada paling belakang, tidak menggangu rombongan lainnya yang di depan. Yang penting disepakati bersama dengan rombongan dan jangan berjalan sendirian.
Adakalanya Kita Cukup Memotret Dengan Mata dan Disimpan Dalam Memori
Terkadang kita tidak harus mengabadikan semuanya kedalam kamera. Berada di gunung dan menikmati kedamaian dihadapan kita sudah lebih dari cukup. Bersyukur untuk semua yang sudah kita lewati dan memohon supaya semoga nanti perjalanan turun berjalan lancar. Karena sejatinya perjalanan ke gunung adalah sebuah perjalanan untuk bertemu dengan diri kita sendiri.
Apa Saja Yang Bisa Kita Foto di Gunung
- Foto Pemandangan Alam
- Foto Dokumentasi Perjalanan (Travel photography)
- Foto Profil
- Foto Binatang
- Foto Macro
Foto di Gunung Mana Saja Yang Ingin Diulang Kembali
Saya memang belum menjelajahi seluruh gunung di Indonesia, baru seuprit istilahnya. Cartenz dengan puncak saljunya masih menjadi mimpi yang entah mau digapai tidak. Melihat biayanya yang katanya hampir sama dengan perjalanan ke puncak gunung Kilimanjaro rasanya membuat saya lebih rela mengeluarkan uang untuk ke Kilimanjaro. Gunung Kerinci juga masih membuat saya berharap suatu hari bisa mengunjungi titik tertingginya. Dari beberapa gunung yang pernah saya datangi dan selalu ingin kembali lagi antara lain:
Gunung Rinjani
Gunung Rinjani dengan Danau Segara Anaknya membuat saya suatu saat harus kembali lagi ke sana. Tapi katanya sekarang ijin pendakian cuma terbatas maksimal 3 hari 2 malam ya? Wah kurang afdol sih kalau tidak lama di Segara Anak. Tempatnya fotogenik banget. Belum lagi kalau menikmati matahari terbenam di Plawangan Sembalun sembari menyeruput kopi hangat dan nasi goreng plus telor dadarnya.
Gunung Semeru
Sempat ramai banget gara-gara film 5cm, tapi memang gunung Semeru sangat menawan. Kabut tipis yang melayang di atas Ranu Kumbolo dan mentari pagi yang muncul dari balik bukit rasanya pasti akan membuat siapa saja yang pernah melihatnya untuk kembali lagi.
Gunung Merbabu
Padang rumput dan pemandangan gunung Merapi, Sundoro dan Sumbing rasanya tidak akan bisa habis kita foto. Untungnya gunung Merbabu cukup dekat dari rumah jadi bisa sering-sering main ke sana.
Gunung Lawu
Jalur dari Candi Cetho saya rasa salah satu jalur terbaik Gunung Lawu. Kita akan melewati padang rumput yang cukup luas yang tidak akan kita temui kalau melewati jalur Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu. Cuma memang jalur pos 3 nya cukup membuat kaki nyap-nyap an haha.
Gunung Bromo
Kalau ini sebenarnya termasuk pengecualian, karena kita tidak perlu harus berjalan kaki dengan membawa ransel berjam-jam. Kita tinggal melongok dari depan kamar penginapan saja sudah dapat pemandangan bagus.
Gunung Gede
Termasuk cukup lengkap, bisa bertemu danau, air terjun, air panas, dan juga padang edelweis.
Gunung Papandayan
Berfoto di antara pohon pohon mati yang menjadi arang sebagai saksi amarah gunung Papandayan atau mencari komposisi diantara rimbunan bunga edelweis yang baru mekar ?
Semoga beberapa panduan dan tips fotografi di gunung bisa menambah semangat teman-teman untuk menekuni hobi fotografi gunung. Kalau Anda memilikit tips lain yang mau ditambakan, atau ditanyakan silakan disampaikan di kolom komentar ya.. Ingat jangan buang sampah di gunung !!