Erupsi Gunung Merapi pada 26 Oktober 2010 adalah sebuah kisah pilu yang masih dikenang hingga saat ini. Letusan tersebut bahkan dianggap sebagai letusan yang lebih besar dari letusan hebat yang terjadi pada 1872. Kala itu, puluhan orang meninggal dunia, termasuk juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan.
Sebelum meletus, status Gunung Merapi naik dari Siaga menjadi Awas. Potret ganas dari erupsi tersebut, termasuk luluhlantakan perkampungan warga Lereng Merapi, sekarang tersimpan di Musem Sisa Hartaku. Ini adalah tempat yang menampilkan potret tragis dari erupsi Gunung Merapi dan memperingati korban yang meninggal.
Erupsi Gunung Merapi merupakan pengingat penting bagi kita bahwa kita harus selalu waspada terhadap ancaman alam. Kita harus selalu siap dan mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menghadapi bencana alam yang mungkin terjadi.
Mengenal Museum Sisa Hartaku
KOMPAS.com/NUR ROHMI AIDA
Tulisan Merapi Tak PErnah Ingkar Janji di Museum Sisa Hartaku
Tulisan Merapi Tak PErnah Ingkar Janji di Museum Sisa Hartaku
Museum Sisa Hartaku juga diberi nama The House of Memory. Namun, kini lebih dikenal dengan sebutan Museum Sisa Hartaku.
Museum Sisa Hartaku merupakan rumah milik Sriyanto.
Nama tersebut sekaligus refleksi bahwa tempat ini menyimpan berbagai harta benda, sisa keganasan erupsi Merapi 2010.
Museum Sisa Hartaku berdiri di atas bangunan berupa rumah, dengan tembok-tembok yang tampak seperti bekas terbakar.
Pada 2010, saat erupsi terjadi, rumah itu dilewati aliran wedhus gembel.
Pada bagian luar museum, wisatawan akan melihat tulang-belulang hewan ternak yang ketika terjadi letusan tak bisa menyelamatkan diri.
Beberapa puing-puing bekas sepeda motor yang rusak akibat panasnya lahar Merapi juga terpasang di sisi depan rumah.
Saat memasuki area dalam rumah, sebuah jam dinding usang nyaris meleleh, terpajang di dinding.
Jam tersebut menjadi saksi waktu kejadian bencana Merapi 2010.
Benda-benda seperti ember, gelas, serta berbagai peralatan rumah dari berbagai bahan seperti plastik, kaca, stainless juga tak luput dalam kondisi nyaris meleleh.
Benda-benda yang tersisa ini seolah menggambarkan betapa ganasnya amukan Merapi.
Beberapa gambar yang memperlihatkan kondisi sekitar Merapi usai letusan juga terpasang di beberapa sisi rumah.
Di beberapa sisi tembok setiap ruang dari museum itu, terdapat sejumlah tulisan.
“Habis Sudah Semua”, “Bencana Bukan Akhir Segalanya”, “Merapi Tak Pernah Ingkar Janji”, adalah beberapa tulisan yang ada di Museum Sisa Hartaku.
Sementara, di sisi luar museum, terdapat beberapa tulisan seperti, “Dengan Anda melihat bekas sisa erupsi Merapi, maka renung/resapi arti hidup ini”.
Museum Sisa Hartaku, beralamat di Jalan Petung Merapi, Petung, Kepuharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman.
Jika berkunjung ke tempat ini, pengunjung bisa sekalian mencoba naik jeep, atau mendatangi beberapa tempat wisata di sekitarnya seperti Omahku Memoryku, The Lost World Castle atau Stonehenge.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Sebagai kota budaya yang menjunjung tinggi peninggalan sejarahnya, Yogyakarta memiliki banyak museum yang sangat menarik untuk dikunjungi. Menurut data Badan Pengurus Museum Indonesia (Barasmus), dari seluruh museum di Indonesia yang berjumlah hanya 225 museum dalam berbagai bentuknya, Yogyakarta merupakan kota dengan museum terbanyak yakni 30 museum yang dikelola oleh pemerintah, swasta, maupun perorangan.
Setidaknya ada tujuh museum yang “wajib” dikunjungi jika Anda berlibur di Yogyakarta. Mereka adalah Museum Kereta Keraton, Museum Anak Kolong Tangga, Museum Dirgantara Mandala, Museum Affandi, Museum Sonobudoyo, Museum Gunung Merapi, dan Museum Ullen Sentalu.
Dan dari tujuh museum tersebut yang sering dikunjungi wisatawan adalah Museum Gunung Merapi dan Ullen Sentalu. Museum Gunung Merapi “naik daun” pasca meletusnya Gunung Merapi pada 26 Oktober 2010—setelah mengalami aktivitas seismik dimulai pada akhir September 2010– yang mengakibatkan sedikitnya 353 orang tewas, termasuk juru kunci legendaris Mbah Maridjan.
Museum Gunung Merapi yang terletak di Jalan Boyong, Dusun Banteng, Desa Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta atau sekitar 5 km dari kawasan obyek wisata Kaliurang, diresmikan pada 1 Oktober 2009 oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) waktu itu, Purnomo Yusgiantoro.
Museum seluas 4,470 meter di atas tanah 3,5 hektare ini, juga dilengkapi dengan taman, area parkir, dan plasa. Museum dengan semboyan Merapi Jendela Bumi ini memberikan informasi aspek kegunungapian khususnya dan kebencanaan geologi lainnya yang bersifat rekreatif-edukatif. Wisatawan akan terbuka wawasan dan pemahamannya tentang aspek ilmiah, maupun sosial-budaya dan lain-lain yang berkaitan dengan gunungapi, seperti ancaman bahaya letusan gunungapi dan bencana geologi lainnya.
Seolah menjadi satu paket, jika wisatawan mengunjungi Museum Gunung Merapi biasanya juga mampir ke Museum Ullen Sentalu. Museum unik ini memang terletak di kawasan sejuk dan indah di lereng Merapi atau tepatnya di daerah Pakem, Kaliurang, Kabupaten Sleman. “Tersembunyi” di antara rimbunnya pepohonan di Kaliurang yang disebut Taman Kaswargan, Museum Ullen Sentalu menampilkan budaya dan kehidupan para bangsawan Dinasti Mataram (Kasunanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta, Praja Mangkunegaran, dan Kadipaten Pakualaman) beserta koleksi bermacam-macam batik (baik gaya Yogyakarta maupun Surakarta).
Museum ini juga menampilkan tokoh raja-raja beserta permaisurinya dengan berbagai macam pakaian yang dikenakan sehari-harinya.
Nama Ullen Sentalu sendiri merupakan singkatan dari bahasa Jawa yakni “ULating bLENcong SEjatiNe TAtaraning LUmaku” yang artinya adalah “Nyala lampu blencong merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan”. Filsafah ini diambil dari lampu minyak yang dipergunakan dalam pertunjukan wayang kulit (blencong) yang merupakan cahaya yang selalu bergerak untuk mengarahkan dan menerangi perjalanan hidup manusia. Museum ini didirikan oleh salah seorang bangsawan Yogyakarta yang dikenal sangat dekat dengan keluarga keraton Surakarta dan Yogyakarta.
Melalui ruang-ruang ekshibisi di museum ini, pengunjung dapat melihat rekaman pelbagai kejadian atau peristiwa di masa lalu, yang lebih mengarah kepada peristiwa-peristiwa yang dialami para bangsawan dari empat keraton di Solo dan Yogyakarta tersebut.
Arsitektur bangunan museum ini sangat spesial lantaran mengambil model rancang-bangun istana di Eropa abad pertengahan yang lekat dengan gaya gothic, yakni kastil yang disusun sedemikian rupa dengan tumpukan batu-batu gunung berwarna gelap dan dihiasi dengan berbagai tumbuhan merambat.
Museum Ullen Sentalu memiliki beberapa ruang, yaitu Ruang Selamat Datang, Ruang Seni Tari dan Gamelan, Guwa sela Giri, lima ruang di Kampung Kambang, Koridor Retja Landa, serta Ruang Budaya.
Ruang Selamat Datang selain sebagai lobi penyambutan tamu/pengunjung, di bagian ruang ini juga terdapat banner latar belakang pendirian museum Ullen Sentalu serta arca Dewi Sri, simbol kesuburan.
Ruang Seni Tari dan Gamelan memamerkan seperangkat gamelan yang merupakan hibah dari salah seorang pangeran Kasultanan Yogyakarta dan pernah dipergunakan dalam pertunjukan wayang orang dan pagelaran tari di Kraton Yogyakarta. Selain itu, di ruang ini juga terdapat beberapa lukisan tari.
Guwa Sela Giri merupakan ruang pamer yang dibangun di bawah tanah, karena menyesuaikan dengan kontur tanah yang tidak rata. Ruang ini berupa lorong panjang yang merupakan perpaduan Sumur Gumuling Taman Sari dan gaya Gothic. Arsitektur Guwa Sela Giri didominasi dengan penggunaan material bangunan dari batu Merapi. Ruang ini memamerkan karya-karya lukis dokumentasi dari tokoh-tokoh yang mewakili figur 4 kraton Dinasti Mataram.
Kampung Kambang merupakan areal yang berdiri di atas kolam air dengan bangunan berupa ruang-ruang di atasnya. Konsep areal ini diambil dari konsep Bale Kambang dan konsep Labirin. Kampung Kambang terdiri dari lima ruang pamer museum yaitu, Ruang Syair untuk Tineke, Royal Room Ratoe Mas, Ruang Batik Vorstendlanden, Ruang Batik Pesisiran, dan Ruang Putri Dambaan.
Selanjutnya Koridor Retja Landa. Tempat ini semacam museum outdoor yang memamerkan arca-arca dewa-dewi dari abad VIII-IX Masehi. pada masa itu berkembang agama dan budaya Hindu Budha, sehingga ada pemujaan pada dewa-dewa yang diwujudkan dalam bentuk penyembahan pada arca-arca dewa tertentu.
Sedangkan di ruang Sasana Sekar Bawana, dipamerkan beberapa lukisan raja Mataram, lukisan serta patung dengan tata rias pengantin gaya Surakarta serta Yogyakarta.
Setelah “lelah” berkeliling melahap seluruh ruangan, seluruh pengunjung di akhir tur mendapat suguhan minuman spesial Wedang Ratoe Mas. Minuman yang konon memberi kesehatan dan membuat awet muda ini adalah resep warisan Gusti Kanjeng Ratoe Mas, putri Sultan HB VII yang disunting sebagai permaisuri Raja Surakarta, Sunan PB X.
Selain bangunan fisik, areal Taman Kaswargan didominasi oleh hutan alami dan bagian-bagian taman yang menonjolkan atmosfer pegunungan. Pada bagian-bagian tertentu terdapat patung-patung yang menjadi museum outdoor.
Sebagai obyek wisata budaya dan alam, Ullen Sentalu juga dilengkapi dengan sarana pendukung lain, seperti restaurant Restauran Beukenhof dan toko souvenir Muse.
ZONASULTRA.COM, YOGYAKARTA – Letusan Gunung Merapi di Dusun Kinahrejo, Kecamatan Umbulharjo, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta delapan tahun silam hingga saat ini masih meninggal duka yang mendalam bagi masyarakat Indonesia, terkhusus bagi warga setempat. Mereka harus kehilangan keluarga dan harta benda akibat bencana alam itu.
Edisi kali ini Zonasultra berkesempatan mengunjungi sejumlah kawasan di kaki Gunung Merapi bersama Pertamina MOR VII Sulawesi dan tim jurnalis se-Sulawesi, Sabtu (10/2/2018) pekan lalu. Tempat ini telah diubah menjadi lokasi wisata populer di Jogjakarta namanya Wisata Volcano Merapi. Diantaranya adalah museum gunung merapi, batu alien dan kawasan petilasan Mbah Maridjan serta bungker.
Uniknya, meski kawasan ini telah diporak porandakan oleh erupsi abu vulkanik, namun masih banyak wisatawan lokal maupun mancanegara yang mengunjungi lokasi tersebut guna menyaksikan secara langsung sisa-sisa peninggalan Merapi.
Jika Anda berkenan mengunjungi kawasan wisata Gunung Merapi, kami sarankan Anda mengunjungi salah satu lokasi bersejarah yakni rumah sang juru kunci Gunung Merapi.
Saat ini kawasan rumah Mbah Maridjan telah disulap layaknya sebuah taman yang dilengkapi dengan benda-benda peninggalan erupsi, serta kenangan berupa foto saat kejadian mengerikan tersebut. Ketika menyaksikan secara langsung, membuat siapa saja akan merasakan betapa besarnya peristiwa yang menelan korban jiwa sekitar 100 jiwa. Bangunannya yang ada di sana juga khas, dan masih kental kedaerahannya luasnya sekitar setengah hektar. Ada pula lokasi untuk tempat berbelanja pakaian dan makanan khas Yogyakarta.
Kemudian, ada satu spot yang diberi nama petilasan. Lokasi itu selalu menjadi incaran para pengunjung yakni titik di mana jasad Mbah Maridjan ditemukan usai erupsi terjadi. Tempat ini berada di bangunan paling kanan atau tepat berhadapan dengan pendopo. Dilengkapi dengan foto Mbah Maridjan yang sedang memangku wajahnya dengan mengenakan songko hitam sambil tersenyum, ukurannya cukup besar.
Di depan foto tersebut dibuatlah sebuah susunan batu yang menyerupai kuburan, konon katanya itulah titik di mana terakhir kalinya Mbah Maridjan ditemukan dalam keadaan bersujud.
Menuju ke arah sebelah kiri dari petilasan Mbah Marijdan terdapat sebuah museum foto dan benda-benda peninggalan pasca erupsi. Di antaranya rangka mobi, motor, panci, piring, gelas dan benda-benda lainnya. Salah satunya yang menarik perhatian adalah rangka mobil yang digunakan untuk mengevakuasi warga serta sang juru kunci sebelum meledaknya Gunung Merapi.
Selain itu Anda juga dapat berjumpa langsung dengan istri Mbah Maridjan yakni Ponirah, namun ada juga yang menyebutnya Mbah Putri (80). Wajahnya masih terlihat awet muda dan menerima siapa saja pengunjung untuk berfoto bersamanya dengan senyuman.
Diketahui pada tanggal 26 Oktober 2010 sekitar pukul 17.30 WIB, relawan Palang Merah Indonesia (PMI) dan Wartawan VIVA News Yuniawan Wahyu Nugroho tiba di Kinahrejo untuk memberi tahu kepada warga bahwa telah terjadi erupsi Gunung Merapi sejak pukul 17.02 WIB. Dengan segala upaya mereka bertiga meyakinkan warga untuk turun dan meninggalkan dusun Kinahrejo ke barak pengungsian.
Pukul 18.15 WIA sirine tanda bahaya dibunyikan, saat itu warga sedang menjalankan shalat magrib. Mobil Suzuki APV AB 1053 DB menjadi satu-satunya kendaraan yang dipakai untuk mengevakuasi warga. Karena keterbatasan sehingga masih banyak warga yang tidak terangkut. Setelah menurunkan warga di barak pengungsian Umbulharjo Tutur dan Yuniawan kembali naik menuju Kinahrejo untuk menyelamatkan lebih banyak lagi warga yang belum terangkut. Salah satunya sang juru kunci Mbah Maridjan.
Keduanya berusaha membujuk Mbah Maridjan untuk meninggalkan rumahnya karena kondisi sudah darurat, namun sang juru kunci memilih tidak ikut sebelum melaksanakan ibadah shalat Isya. Akhirnya kedua relawan ini menunggu di halaman rumah. Naasnya, sekitar pukul 18.50 WITA rumah tersebut diterjang awan panas dan seketika itu keduanya ikut terbakar bersama mobil evakuasi ditambah satu orang relawan lainnya dan Mbah Maridjan yang tengah melaksanakan shalat Isya. Mobil tersebut dipindahkan dari Kinahrejo ke dusun Pangkurejo pada tanggal 29 Oktober 2010.
Tak sampai di situ tanggal 5 November 2010, letusan terbesar dalam kurun waktu lebih dari satu abad telah membakar ratusan pemukiman, sehingga ribuan orang meninggalkan rumahnya dan mengungsi ke barak pengungsian dan ditutupnya landasan penerbangan Bandara Adi Sucipto.
Abu dan kawah panas menyembur dari mulut Gunung Merapi membumbung tinggi ke langit hingga pagi hari, kepanikan terjadi di jalanan, sebagian orang melarikan diri dalam kegelapan.
Hal itu sontak membuat jumlah pengungsi membengkak dari 10.000 menjadi 30.000 jiwa. Barak pengungsian akhirnya dipindahkan ke sebuah stadion olahraga yang berjarak sekitar 25 km dari puncak Gunung Merapi. Tahun 1930 Gunung Merapi pernah meletus dan menewaskan 1.300 jiwa. Namun letusan 2010 ini adalah letusan terbesar sejak 1872.
Eksistensi gunung Merapi bagi masyarakat Yogyakarta tak lepas dari mitos adanya hubungan antara ‘penunggu’ Merapi dengan lingkungan keraton Yogyakarta. Kondisi ini diperkuat dengan adanya utusan dari keraton Yogyakarta yang menjadi juru kunci Merapi.
Juru kunci bertugas memberi informasi tentang gunung yang didaki, memberi tahu apa yang dilarang, di mana jalur pendakian, penyelamatan dan lain-lain. Selain bertugas menjaga gunung dengan terawangan berdasar pengalaman atau ilmu titen dan menggabungkannya dengan firasat sebagai warga Merapi yang telah terasa sejak kecil. Tugas paling utama tentu saja memberi informasi kepada penduduk sekitar bila aktivitas Merapi yang dirasa membahayakan.
Selain itu, juru kunci Merapi juga adalah anggota abdi dalem, diangkat langsung oleh Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat untuk mengemban misi berat tersebut. Sebagai abdi dalem, juru kunci juga melayani setiap kali keluarga keraton melakukan ritual Merapi.
Namun dibalik kisah menyedihkan serta berbau mistis tersebut, Anda pun dapat menikmati keindahan alam di kaki Gung Merapi. Untuk mencapai, seluruh kawasan wisata Anda harus menyiapkan mental dan fisik yang fit. Sebab hanya satu pilihan kendaraan yang dapat digunakan untuk menelusuri seluruh lokasi wisata yakni off road menggunakan mobil jeep. Tentunya ini dapat menguji adrenalin Anda karena medan yang terjal ditambah batuan Gunung Merapi yang berhamburan di jalan. Kawasan yang dulunya merupakan perumahan warga kini menjadi kawasan hijau yang ditumbuhi rerumputan untuk pakan ternak.
Saat ini pemerintah setempat telah memberikan larangan kepada warga untuk membangun rumah permanen di bawah kaki gunung Merapi dengan radius sekitar 10 km. Namun kenyataanya masih ada beberapa warga yang membangun pemukiman, padahal telah ada larangan.
Adapun lokasi yang wajib dikunjungi lainnya adalah museum Merapi. Di sana Anda dapat melihat perabotan rumah tangga yang masih dipenuhi abu merapi, rangka kendaraan roda dua serta rangka hewan ternak warga serta batu alien.
Ada Batu Alien yang menjadi lokasi unik lainnya dan penuh cerita. Konon kabarnya batu Alien itu merupakan muntahan dari erupsi Merapi di bagian sisi selatan kawasan Jambu, Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.
Batu ini terbentuk dari erupsi yang terjadi pada 5 November 2010 silam. Disebut batu alien karena jika diperhatikan dengan seksama mirip dengan wajah manusia, dan konon katanya batu itu berusaha untuk dipindahkan namun sama sekali tidak ada yang dapat melakukanya. Di sisi kiri kawasan ini merupakan aliran erupsi batu vulkanik dari Merapi dan saat ini telah menjadi lokasi penambangan. (A)
Reporter : Ilham Surahmin
Editor : Kiki