Sejarah totok kerot menurut cerita rakyat

Gundana

KEDIRI – Kerajaan Kediri merupakan salah satu kerajaan bercorak Hindu terbesar di masanya. Dipimpin oleh banyak raja di masa lampau, tidak dapat dipungkiri salah satu raja yang paling sukses ialah Raja Sri Aji Jayabaya.

 (Baca juga: 4 Tokoh Kerajaan Nusantara yang Alami Moksa, Prabu Jayabaya Salah Satunya)

Kesuksesannya tidak lepas dari kesaktian yang dia miliki. Bukti atas kekuatan sakti mandragunanya dapat ditemukan di Arca Totok Kerot yang menceritakan cerita rakyat dari Kerjaan Kediri.

 (Baca juga: Misteri Perempuan Bahu Laweyan, Ditinggal Mati Suami Berulang Kali)

Arca Totok Kerot terletak di Desa Bulupasar, Kecamapatan Pagu, Kabupaten Kediri, sekitar 10 kilometer sebelah selatan Pamuksan Sri Aji Jayabaya di Desa Menang.

Ciri-ciri dari Arca Totok Kerot yaitu berupa raksasa dengan rambut panjang dan terurai. Dirinya sedang berpose jongkok beserta mata melotot, kalung, dengan lengan kiri yang putus.

Arca ini diketahui sudah ada sejak penjajahan Jepang. Lengannya dikabarkan putus karena penjajah Belanda meminta mengangkat arca itu ke lokasi tersebut, sehingga lengan tersebut jatuh dalam prosesnya.

Arca Totok Kerot diketahui memiliki “nyawa” dan memiliki kemampuan sakti mandraguna. Konon, Totok Kerot bisa mendatangi mimpi seseorang dalam tidurnya.

Dalam mimpi orang-orang, Totok Kerot berubah menjadi jelmaan putri cantik. Cerita mengatakan kalau itulah sosok asli Totok Kerot.

Dirinya merupakan putri cantik dari demang di Lodoyo, Blitar. Dia berkeras ingin diperistri oleh Sri Aji Jayabaya, namun keinginannya ditolak oleh sang ayah.

Karena keinginannya tidak diterima, sang putri melarikan diri ke Kerajaan Kediri untuk menemui sang raja. Dirinya bahkan terlibat dalam peperangan Kerajaan Blitar dan Kerajaan Kediri.

Kerajaan Kediri keluar sebagai pemenang, dan sang putri meminta orang tuanya untuk merestui hubungannya dengan Sri Aji Jayabaya. Jika tidak, dirinya berjanji untuk melakukan keonaran.

Baca Juga: Mau Reschedule Tiket Pesawat di Pegipegi? Ini Caranya!

Akhirnya orang tua putri menyetujui permintaan anaknya. Sayang, kali ini Sri Aji Jayabaya yang justru tidak menginginkan pernikahan tersebut terjadi.

Peperangan kembali terjadi di antara kedua kerajaan. Dalam keadaan terdesak, Sri Aji Jayabaya mengeluarkan sabda untuk membuat sang putri berubah menjadi raksasa (buto).

Inilah yang menjadi bukti sahih kesaktian Sri Aji Jayabaya di mata penduduk sekitar. Apapun yang dia katakan, maka akan langsung terwujud.

Sebelumnya

1

2

Selanjutnya

Kediri – Sosok Sri Aji Jayabaya memang menjadi sentral dalam perjalanan Kerajaan Kediri, karena selain menjadi raja paling sukses juga dikenal memiliki kesaktian tak tertandingi. Salah satu buktinya saat ini dapat dijumpai di Arca Totok Kerot, dimana berdasarkan cerita rakyat patung tersebut tercipta sebagai akibat dari sabda yang dikeluarkan sang raja.

Arca Totok Kerot berada di Desa Bulupasar, Kecamapatan Pagu, Kabupaten Kediri, atau
sekitar 10 kilometer sebelah selatan Pamuksan Sri Aji Jayabaya di Desa Menang.
Perwujudannya berupa seorang buto atau raksasa perempuan dengan rambut terurai, duduk jongkok satu kaki tegak, mata melotot, mengenakan mahkota dan kalung berbandul terkorak dan satu lengan sebelah kiri putus.

“Arca ini ditemukan sejak jaman penjajahan Jepang dulu. Kalau lengannya yang putus
itu karena dipaksa diangkat pada jamannya Belanda dulu,” kata Slamet, pemilik warung
di sekitar lokasi Arca Totok Kerot, saat berbicang dengan detiksurabaya.com, Kamis
(27/1/2011).

Slamet menambahkan, meski berupa arca Totok Kerot diyakini masih ‘hidup’ dan itu bisa diketahui oleh sejumlah orang yang memiliki keahlian khusus. Dia sendiri mengaku pernah menjumpainya dalam mimpi sebanyak 2 kali, dimana Totok Kerot adalah jelmaan seorang putri berparas cantik dengan pakaian khas kerajaan. “Itulah kenapa tangannya putus saat diangkat. Dia tidak mau dipindahkan dipaksa, jadinya ya begitu,” sambungnya.

Mengenai siapa sebenarnya Totok Kerot, dalam sebuah cerita rakyat yang terkenal di
Kabupaten Kediri arca tersebut adalah penjelmaan puteri cantik dari seorang demang
di Lodoyo, Blitar. Dia berkeras ingin diperistri oleh Sri Aji Jayabaya, meski keinginannya tersebut ditentang oleh sang ayah.

Karena tak mendapatkan restu orang tua, sang puteri nekat datang ke Kediri dan terlibat peperangan dengan pasukan dari kerajaan, dimana dikisahkan kemenangan akhirnya berpihak kepadanya. Sebagai tuntutan atas kemenangannya, sang puteri berkeras ingin ditemui oleh Sri Aji Jayabaya, dimana apabila keinginan tersebut tak dikabulkan dia akan membuat onar.

BACA JUGA:   Kan ki samasya ka ilaaj

Tuntutan sang puteri terkabulkan, dimana saat berhasil bertemu dengan Sri Aji Jayabaya dia kembali menyampaikan keinginannya untuk diperistri. Namun Sri Aji Jayabaya bersikukuh menolak keinginan sang puteri dan terjadi perang tanding diantara keduanya. Setelah sang puteri terdesak, Sri Aji Jayabaya mengeluarkan sabda dengan menyebut sang puteri memiliki kelakuan seperti buto, hingga akhirnya terwujudlah sebuah arca raksasa.

“Soal nama Totok Kerot asalnya dari mana saya tidak tahu, cuman inilah bukti bagaimana Jayabaya memang sakti. Sekali ucap saja bisa jadi apa yang diinginkannya,” tambah Slamet tegas.

Slamet juga mengatakan, entah karena memang kesaktian sang puteri dari Lodoyo, Blitar, atau berkah dari kehebatan Sri Aji Jayabaya, arca Totok Kerot saat ini diyakini memiliki daya magis yang luar biasa besar. Setiap harinya pengunjung hampir pasti ada, dimana mereka selalu memanjatkan keinginan sesuai dengan apa yang diyakininya.

“Dari Blitar, Jombang, Surabaya sampai Jawa Tengah ada yang datang kesini. Biasanya
mereka obong-obong (ritual) di sekitar arca dan memanjatkan keinginan,” pungkas
Slamet.

(bdh/bdh)

– Sosok Sri Aji Jayabaya memang menjadi sentral dalam perjalanan Kerajaan Kediri, karena selain menjadi raja paling sukses juga dikenal memiliki kesaktian tak tertandingi. Salah satu buktinya saat ini dapat dijumpai di Arca Totok Kerot, dimana berdasarkan cerita rakyat patung tersebut tercipta sebagai akibat dari sabda yang dikeluarkan sang raja.Arca Totok Kerot berada di Desa Bulupasar, Kecamapatan Pagu, Kabupaten Kediri, atausekitar 10 kilometer sebelah selatan Pamuksan Sri Aji Jayabaya di Desa Menang.Perwujudannya berupa seorang buto atau raksasa perempuan dengan rambut terurai, duduk jongkok satu kaki tegak, mata melotot, mengenakan mahkota dan kalung berbandul terkorak dan satu lengan sebelah kiri putus.”Arca ini ditemukan sejak jaman penjajahan Jepang dulu. Kalau lengannya yang putusitu karena dipaksa diangkat pada jamannya Belanda dulu,” kata Slamet, pemilik warungdi sekitar lokasi Arca Totok Kerot, saat berbicang dengan detiksurabaya.com, Kamis(27/1/2011).Slamet menambahkan, meski berupa arca Totok Kerot diyakini masih ‘hidup’ dan itu bisa diketahui oleh sejumlah orang yang memiliki keahlian khusus. Dia sendiri mengaku pernah menjumpainya dalam mimpi sebanyak 2 kali, dimana Totok Kerot adalah jelmaan seorang putri berparas cantik dengan pakaian khas kerajaan. “Itulah kenapa tangannya putus saat diangkat. Dia tidak mau dipindahkan dipaksa, jadinya ya begitu,” sambungnya.Mengenai siapa sebenarnya Totok Kerot, dalam sebuah cerita rakyat yang terkenal diKabupaten Kediri arca tersebut adalah penjelmaan puteri cantik dari seorang demangdi Lodoyo, Blitar. Dia berkeras ingin diperistri oleh Sri Aji Jayabaya, meski keinginannya tersebut ditentang oleh sang ayah.Karena tak mendapatkan restu orang tua, sang puteri nekat datang ke Kediri dan terlibat peperangan dengan pasukan dari kerajaan, dimana dikisahkan kemenangan akhirnya berpihak kepadanya. Sebagai tuntutan atas kemenangannya, sang puteri berkeras ingin ditemui oleh Sri Aji Jayabaya, dimana apabila keinginan tersebut tak dikabulkan dia akan membuat onar.Tuntutan sang puteri terkabulkan, dimana saat berhasil bertemu dengan Sri Aji Jayabaya dia kembali menyampaikan keinginannya untuk diperistri. Namun Sri Aji Jayabaya bersikukuh menolak keinginan sang puteri dan terjadi perang tanding diantara keduanya. Setelah sang puteri terdesak, Sri Aji Jayabaya mengeluarkan sabda dengan menyebut sang puteri memiliki kelakuan seperti buto, hingga akhirnya terwujudlah sebuah arca raksasa.”Soal nama Totok Kerot asalnya dari mana saya tidak tahu, cuman inilah bukti bagaimana Jayabaya memang sakti. Sekali ucap saja bisa jadi apa yang diinginkannya,” tambah Slamet tegas.Slamet juga mengatakan, entah karena memang kesaktian sang puteri dari Lodoyo, Blitar, atau berkah dari kehebatan Sri Aji Jayabaya, arca Totok Kerot saat ini diyakini memiliki daya magis yang luar biasa besar. Setiap harinya pengunjung hampir pasti ada, dimana mereka selalu memanjatkan keinginan sesuai dengan apa yang diyakininya.”Dari Blitar, Jombang, Surabaya sampai Jawa Tengah ada yang datang kesini. Biasanyamereka obong-obong (ritual) di sekitar arca dan memanjatkan keinginan,” pungkasSlamet.

Arca Totok Kerot merupakan prasasti peninggalan zaman Raja Sri Aji di Lodaya, Kerajaan Pamenang. Arca ini terletak di Desa Bulupasar, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri. Cerita rakyat di balik arca ini adalah seorang putri cantik dari Blitar yang datang ke Pamenang untuk melamar Joyoboyo yang sangat tersohor kedigdayaannya. Malang bagi sang putri, karena Joyoboyo menolak lamaran itu.

BACA JUGA:   Playground anak di lippo mall puri

Akhirnya, terjadilah pertempuran hebat di antara keduanya. Karena kalah sakti, putri cantik itu mendapat kutukan dari Joyoboyo, dan berubahlah ia menjadi raksasa wanita berbentuk Dwarapala. Patung raksasa itulah yang hingga kini dikenal sebagai arca Totok Kerot.

Arca ini dulunya terpendam dalam tanah. Karena oleh penduduk, di tempat tersebut dikabarkan ada benda besar, maka pada 1981 lokasi itu digali. Hingga akhirnya, arca itu muncul separuh. Entah pada tahun berapa dilakukan penggalian ulang yang jelas saat tahun 2005, patung tersebut telah muncul secara utuh di atas permukaan tanah.

Sepintas arca Totok Kerot ini tidak jauh beda dengan sepasang Arca Dwarapala yang berada di Singosari. Hanya saja kondisinya lebih mengenaskan karena terdapat bagian tubuh yang hilang terutama tangan kirinya. Arca ini juga tidak memegang gada seperti halnya Arca Dwarapala, atau mungkinkah bagian tangan yang hilang dari arca ini memegang senjata tersebut ? Tidak ada penjelasan yang pasti. Yang jelas arca ini tegak duduk seorang diri di antara areal sawah penduduk berteman pagar besi yang mengitarinya dan sebuah pos jaga .

Suasana lokasi arca Totok Kerot ini berada sangat sepi, seperti layaknya lokasi-lokasi arekologi lainnya yang sepi pengunjung. Sesekali terlihat beberapa orang yang mampir sebentar untuk berteduh dibawah pohon rindang yang ada disekitar patung. Tidak adanya petugas jaga disana semakin menegaskan bahwa memang objek wisata arkeologi ini jarang dikunjungi.

##submission.downloads##

Lisensi

With the receipt of the article by the Jurnal Pena Indonesia (JPI) Editorial Board and the decision to be published, then the copyright regarding the article will be diverted to Jurnal Pena Indonesia (JPI)

Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya, as the publisher of Jurnal Pena Indonesia (JPI) hold the copyright regarding all the published articles in this journal. 

Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya,  has the right to multiply and distribute the article and every author is not allowed to publish the same article that was published in this journal. Thanks to JBSI Universitas Negeri Surabaya that was funded this journal sustainability.

Setiap daerah pasti memiliki keunikan atau daya tarik sendiri, termasuk desa tempat penulis tinggal. Ya, penulis tinggal di desa Bulupasar, kecamatan Pagu, Kediri. Keunikan ataupun potensi yang menonjol di lingkungan desa penulis adalah terdapat sebuah arca raksasa yang dikenal dengan sebutan Arca Totok Kerot. Apakah kalian pernah mendengar atau mengenal nama Arca Totok Kerot? Mungkin bagi kalian yang belum pernah mendengar, namanya saja sudah terkesan mengerikan dan membuat kalian merinding.

Ya, Arca Totok Kerot merupakan sebuah patung Dwarapala (penjaga gapura) peninggalan dari masa Kerajaan Kediri. Raja yang terkenal dari kerajaan Kediri adalah Sri Aji Joyoboyo. Sosoknya sukses dikenal oleh masyarakat karena kesaktiannya yang hebat melalui ramalan yang disebut dengan Jangka Joyoboyo. Salah satu bukti dari kesaktian tersebut adalah Arca Totok Kerot, Arca Totok Kerot yang tepatnya berada di desa Bulupasar, Pagu, Kediri. Lokasi ini letaknya berdekatan dengan Kantor Kepala Desa Bulupasar yang hanya beberapa meter saja. Kemudian, sisi utaranya berdekatan dengan kawasan Simpang Lima Gumul atau biasa disebut dengan SLG yang berjarak sekitar dua kilometer. Selain itu, Arca Totok Kerot bersebelahan langsung dengan sebuah taman baru yang bernama ‘Taman Totok Kerot’.

Wujud Arca Totok Kerot berupa buto atau raksasa perempuan dengan rambut terurai menjuntai ke belakang. Posisi duduk yang seperti bersimpuh, tetapi satu kakinya tegak, matanya melotot, terdapat hiasan candrakapala di kepalanya berupa tengkorak bertaring di atas bulan sabit. Hiasan tersebut merupakan lambang dari Kerajaan Kediri, serta kalung juga dengan ikon tengkorak. Dan uniknya lagi, satu lengan sebelah kirinya putus. Kemungkinan besar, putusnya lengan tersebut akibat dari pengangkatan arca yang semula berada di dalam tanah. Bagian lengan tangan kirinya masih menjadi misteri hingga sekarang. Belum diketahui pasti bagaimana bentuk asli dari lengan tangan kiri yang telah putus tersebut. Di samping itu, yang menarik untuk diperhatikan adalah gambaran rambut halus yang berada di beberapa bagian tubuh arca seperti dada, siku, dan ketiak. Kemungkinan gambaran ini memberikan kesan maskulinitas pada Arca Totok Kerot.

BACA JUGA:   Kuliner sekitar masjid agung surabaya

Lahirnya Totok Kerot sangat berkaitan dengan kesaktian sang Raja Kediri. Pada suatu hari, ada sebuah tempat yaitu Dahanapura yang merupakan ibu kota Kediri ketika itu. Tempat ini sangat tentram, aman, dan damai. Sehingga, tempat ini menjadi impian bagi para pedagang. Dahanapura juga mempunyai tanah yang subur bagi petani serta adanya kenyamanan bagi masyarakatnya.  Hal tersebut menjadikan Dahanapura sebagai tempat kedamaian juga bagi Raja Sri Aji Joyoboyo yang memimpin Kerajaan Kediri secara bijaksana. Dengan sikap sang raja, Kerajaan Kediri selalu dalam keadaan gemah ripah loh jinawi serta masyarakatnya hidup berdampingan secara rukun, aman, tentram, dan damai.

Awal mula cerita yang melekat pada Arca Totok Kerot itu sebenarnya terdapat beberapa versi. Pertama, sang Putri Lodaya ini berkeinginan untuk mengadu kesaktian dengan Prabu Sri Aji Joyoboyo. Dari adu kesakian itu, sang Putri mengalami kekalahan dengan melawan sang raja. Akhirnya, ia dikutuk menjadi patung raksasa. Kedua, nama sang Putri adalah Dewi Surengrana. Putri tersebut bercekcok dengan Dewi Sekartaji. Status Dewi Surengrana dan Dewi Sekartaji adalah istri dari Sri Aji Jayabaya.  Dewi Surengrana memiliki sifat, perilaku, dan watak yang buruk selama hidupnya. Sehingga, orang sekitar menyebutnya Totok Kerot. Sebutan itu berasal dari kata ‘methotok’ atau bersungut-sungut dan ‘kerot’ atau membunyikan giginya. Setelah meninggal, Dewi Surengrana diwujudkan sebagai Arca Totok Kerot.

Versi berikutnya, bahwa terdapat seorang putri cantik yang bernama Putri Lodaya. Ia bermaksud untuk melamar sang Raja Joyoboyo. Akan tetapi, keinginannya tidak terpenuhi, karena adanya penolakan dari sang raja. Akhirnya, sang putri sangat marah. Ia mengutus pasukannya untuk memerangi Kediri dan mengobrak abrik keratonnya. Hal tersebut rupanya menjadikan sang putri gegabah, sebab angkatan perang Kediri kuat dan tersohor sehingga bukan tandingan dari bala tentaranya. Akhirnya, Putri Lodaya mengalami kekalahan. Ketika menjadi tawanan raja dan dihadapkan di depannya, sang putri marah bahkan memaki-maki Raja Joyoboyo. Akibatnya, Raja Joyoboyo murka dan terucaplah suatu kutukan dengan menyebut Putri Lodaya memiliki kelakuan layaknya buto. Seketika berubahlah wujudnya menjadi arca raksasa yang dikenal sebagai Totok Kerot.

Penemuan Arca Totok Kerot menjadikan masyarakat Kediri, khususnya yang berada di sekitar lokasi kejadian beranggapan bahwa Arca Totok Kerot terbenam separuh badan sebab arca tersebut memang besar dan sangat berat. Sehingga, tanah di bawah arca ambruk sebab tidak kuat menopang beratnya. Realitanya, Arca Totok Kerot bukan tenggelam kelebihan berat badan melainkan penggalian yang tidak dilanjutkan. Di sisi lain, masih terdapat cerita bahkan yang lebih menghebohkan yaitu sebuah Arca Totok Kerot pernah dipindahkan dari desa Bulupasar untuk selanjutnya diletakkan di Alun-Alun Kota Kediri. Akan tetapi, dalam waktu semalam, arca tersebut tidak merasa betah akan tempat barunya. Alhasil, Arca Totok Kerot menyusun sebuah rencana besar guna dapat melarikan diri dari tempat barunya. Anehnya lagi, ketika tengah malam tiba, berkumpullah dua ekor gajah dan tujuh ekor sapi di Alun-Alun Kediri. Dalam ceritanya, kesembilan hewan tersebut menarik Arca Totok Kerot untuk pulang kampung atau kembali pada tempat asalnya yaitu di desa Bulupasar. Akibat dari Arca Totok Kerot yang sangat berat, hanya sekitar beberapa meter saja, kesembilan hewan tersebut merasakan lelah dan menyerah sehingga hewan tersebut mati karena kecapekan. Tibalah waktu pagi, terdapat seseorang yang melihat bahwa Arca Totok Kerot telah berpindah tempat lalu terdapat pula hewan-hewan tersebut dengan kondisi tak bernyawa. Akhirnya, pemerintah memutuskan untuk mengembalikannya ke kampung halamannya. Cerita ini pun mulai dipercaya sekitar tahun 1980 an. Salam … (EN)

Biografi Penulis

Shinta Belia Prabandari seorang mahasiswi program studi Psikologi Islam IAIN Kediri. Selain sibuk di dunia perkuliahan, penulis juga aktif dalam Aktif dalam Organisasi Remaja Masjid At-Thoyyibin.  Untuk mengenal lebih jauh tentang penulis dapat mengubungi e-mail [email protected]

REFERENSI

Wahyudi, Deny Yudo & Slamet Sujud Purnawan Jati. (2018). Arca Dwarapala Raksasa Gaya Seni Kadiri, Singasari, & Majapahit. Sejarah dan Budaya. 12 (2).

Leny Wahyuni. (2017). Hubungan Harmoni Manusia dengan Alam dalam Sastra Lisan di Kediri (Model Kajian Sastra Pastoral). Skripsi. Universitas Brawijaya.

Also Read

Bagikan: