“Tahu Pong Semarang ” At jalan Hayam Wuruk raya No .99 ( sebelah restoran Padang garuda)
.
.
.
.
-Untuk kesekian kalinya saya berkunjung untuk makan makanan khas dari daerah Semarang ini
.
.
.
-Outlet tahu pong ini merupakan pindahan dari yang dulu berjualan di jalan gajah mada / seberang Duta Merlin
.
.
.
-Tahu pong sendiri yaitu makanan khas peranakan Cina yang dahulu diperkenalkan oleh orang Tionghoa dan telah beralkulturasi dengan budaya Jawa setempat sehingga sesuai dengan lidah orang Jawa .
.
.
.
-Tahu pong berasal dari Cina pada tahun 1930an (kurang lebih) dan disebut tahu pong:
1. dari kata kopong(kosong)
-Karena ketika diiris dalam tahu tersebut kosong namun garing .
2.Dari bahasa hokkian selatan
-Kata phong merujuk pada bentuknya yang menggelembung .
.
-Di sini selain tahu Pong juga terdapat ayam Kalasan,soto Semarang,lunpia Semarang ,bandeng presto
.
.
.
-On this frame
1.tahu pong telor
Price : IDR 21.000/porsi (Isinya ada 9 tahu dan 1 buah telur)
.
2.Ayam goreng Kalasan
Price : IDR 27.000
.
.
-Untuk rasa daripada tahu pongnya mantap dan lebih nikmat jika dicocol dengan kecap khasnya yang merupakan pelengkap daripada menu tahu pong itu sendiri .
.
-Kecapnya berbeda dengan kecap biasa dimana dalam tahu pong itu di dalamnya terkandung petis,bawang putih,sehingga membedakan dengan kecap manis biasa .
.
.
-Untuk ayam goreng Kalasan rasanya cukup manis karena direndam dengan air kelapa dahulu sebelum digoreng .
.
.
.
-Overral for taste : 8.2/10
.
.
.
-Notes :
1.Jika ingin berkunjung ke tempat ini lebih baik di bawah jam 7 malam karena makin malam makin ramai .
2.Untuk bagi penggila ceker ayam disediakan dengan bersamaan apabila memesan ayam goreng Kalasan .
.
.
.
#jktfoodhunting #doyanmakan #kokobuncit #anakjajan #kulinersemarang #makananenak #kuliner #foodphotography
Jakarta – Tahu pong garing plus cocolan kuah kecap petis yang diaduk bersama sambal rawit pedas ini memang menggoda selera. Tiupan angin malam membuat tahu pong yang hangat makin terasa enak rasanya. Buat mereka yang kangen jajanan Semarangan yuk mampir kesini!
Tahu pong, jajanan khas Semarang yang satu ini memang selalu tidak pernah saya lewatkan. Itu pula yang saya alami kemarin malam, saat mata saya menangkap keramaian penjual tahu pong di pinggir jalan Hayam Wuruk. Wah… tahu pong hangat dan garing beserta kuah petis yang uenak tenan hmm… sudah terbayang di pelupuk mata.
Boleh dibilang warung makan yang satu ini tergolong sederhana. Letaknya di pinggiran ruko yang berada persis di seberang Carrefour, Hayam Wuruk. Meski hanya berupa kaki lima namun jangan salah sebab pengunjungnya kebanyakan mereka yang bermobil. Tak heran kalau keramaian ini memancing rasa ingin tahu saya dan pengendara lainnya yang melintas.
Berhubung pembeli yang datang sangat ramai terpaksa saya harus rela bersempit-sempit dengan pengunjung lain. Yang menjadi menu spesial di warung ini adalah Tahu Pong Gimbal Telur dan Tahu Emplek Gimbal. Tetapi selain itu ada pula menu Semarangan lainnya seperti bandeng presto, ayam kalasan, dan lumpia Semarang yang tak kalah banyak dipesan.
Setelah sang pelayan mencatat pesanan, Tahu Pong Gimbal Telur dan segelas es teh manis saya pun diberi nomor urut. Rupanya nomor urut ini berfungsi agar memudahkan saat pembayaran nanti mengingat banyaknya pengunjung yang datang. Setelah bersabar kira-kira 10 menit lamanya akhirnya pesanan saya pun tiba.
Sepiring Tahu Pong Gimbal Telur disajikan dengan kuah petis yang cokelat kehitaman dalam wadah terpisah. Konon oleh orang Semarang, tahu pong diadaptasi dari kuliner Cina. Dalam satu porsi terdapat sekitar 5 buah tahu pong, telur rebus yang digoreng, dan gimbal udang. Jika saya bandingkan dengan yang saya makan di Semarang, tahu pong yang satu ini berukuran sedikit lebih besar.
Sayang sekali tahunya kurang kering, tidak digoreng hingga berwarna cokelat garing. Mengingat pembeli yang datang cukup ramai rasanya hal tersebut bisa saya maklumi. Jika suka yang versi garing bisa meminta sang pelayan untuk menggorengnya kembali hingga garing kecokelatan seperti yang dilakukan pengunjung di sebelah saya.
Dalam satu meja terdapat beberapa wadah yang berisi irisan lobak, sambal rawit, dan sambal merah. Saya pun langsung menuangkan sesendok kecil sambal rawit dan mengaduknya dengan kuah petis. Yang dimaksud dengan kuah petis sebenarnya adalah campuran kecap manis, petis udang, dan bawang putih. Kuah petis inilah yang membuat tahu pong makin terasa unik dan istimewa.
Tahu pong yang mengepul panas langsung saya sobek menjadi dua dan celupkan ke dalam kuah petis. Kuah petisnya yang manis pedas makin terasa enak saat berpadu dengan tahu pong yang fresh from wajan. Saat tahu mendarat di mulut huah… lidah saya langsung menari-nari terbakar tahu yang masih mengepul panas. O ya, kalau suka bisa juga ditambahkan irisan acar lobak halus yang rasanya renyah asam segar.
Selain tahu pong dan telur utuh yang digoreng ada gimbal. Nah, gimbal ini bentuknya mirip rempeyek udang tetapi sedikit lebih tebal. Terbuat dari adonan tepung, tauge, dan udang ukuran kecil. Setelah digoreng garing gimbal lalu dipotong-potong hingga memudahkan saat menyantap. Teksturnya sangat renyah dan rasanya gurih wangi. Gimbal udang inipun kalu diremdam kuah kecap petis yang manis pedas hingga agak basah rasanya jadi makin dahsyat saja!
Semua menu di warung ini dihargai tak lebih dari Rp 14.000,00. Wah… pantas saja kursi-kursi tak pernah kosong dalam waktu lama karena selalu dipenuhi pembeli. Sebab selain rasanya yang enak harganya juga sangat murah meriah. Buat mereka yang kangen akan jajanan Semarangan mampir saja ke warung yang selalu buka menjelang maghrib hingga malam ini. Asal sabar mengantri, sepiring kenikmatan khas Semarang bakal bisa dinikmati!
Tahu Pong Hayam Wuruk
Jl. Hayam Wuruk
(Seberang Carrefour Hayam Wuruk)
Jakarta Pusat
Telp: 0818740893/08881817713
Jam Buka: 17.00 – 22.00
(dev/Odi)
– Tahu pong garing plus cocolan kuah kecap petis yang diaduk bersama sambal rawit pedas ini memang menggoda selera. Tiupan angin malam membuat tahu pong yang hangat makin terasa enak rasanya. Buat mereka yang kangen jajanan Semarangan yuk mampir kesini!Tahu pong, jajanan khas Semarang yang satu ini memang selalu tidak pernah saya lewatkan. Itu pula yang saya alami kemarin malam, saat mata saya menangkap keramaian penjual tahu pong di pinggir jalan Hayam Wuruk. Wah… tahu pong hangat dan garing beserta kuah petis yang uenak tenan hmm… sudah terbayang di pelupuk mata.Boleh dibilang warung makan yang satu ini tergolong sederhana. Letaknya di pinggiran ruko yang berada persis di seberang Carrefour, Hayam Wuruk. Meski hanya berupa kaki lima namun jangan salah sebab pengunjungnya kebanyakan mereka yang bermobil. Tak heran kalau keramaian ini memancing rasa ingin tahu saya dan pengendara lainnya yang melintas.Di sudut tampak kesibukan para penjual yang sedang menggoreng tahu dalam wajan besi besar. Sedangkan d isisi lainnya ditempati sebuah gerobak kecil tempat meracik minuman dan aneka es seperti es campur, es kelapa, dll. Nah, di area bagian tengah inilah menjadi pusat keramaian pembeli yang menempati tiga buah meja memanjang.Berhubung pembeli yang datang sangat ramai terpaksa saya harus rela bersempit-sempit dengan pengunjung lain. Yang menjadi menu spesial di warung ini adalah Tahu Pong Gimbal Telur dan Tahu Emplek Gimbal. Tetapi selain itu ada pula menu Semarangan lainnya seperti bandeng presto, ayam kalasan, dan lumpia Semarang yang tak kalah banyak dipesan.Setelah sang pelayan mencatat pesanan, Tahu Pong Gimbal Telur dan segelas es teh manis saya pun diberi nomor urut. Rupanya nomor urut ini berfungsi agar memudahkan saat pembayaran nanti mengingat banyaknya pengunjung yang datang. Setelah bersabar kira-kira 10 menit lamanya akhirnya pesanan saya pun tiba.Sepiring Tahu Pong Gimbal Telur disajikan dengan kuah petis yang cokelat kehitaman dalam wadah terpisah. Konon oleh orang Semarang, tahu pong diadaptasi dari kuliner Cina. Dalam satu porsi terdapat sekitar 5 buah tahu pong, telur rebus yang digoreng, dan gimbal udang. Jika saya bandingkan dengan yang saya makan di Semarang, tahu pong yang satu ini berukuran sedikit lebih besar.Sayang sekali tahunya kurang kering, tidak digoreng hingga berwarna cokelat garing. Mengingat pembeli yang datang cukup ramai rasanya hal tersebut bisa saya maklumi. Jika suka yang versi garing bisa meminta sang pelayan untuk menggorengnya kembali hingga garing kecokelatan seperti yang dilakukan pengunjung di sebelah saya.Dalam satu meja terdapat beberapa wadah yang berisi irisan lobak, sambal rawit, dan sambal merah. Saya pun langsung menuangkan sesendok kecil sambal rawit dan mengaduknya dengan kuah petis. Yang dimaksud dengan kuah petis sebenarnya adalah campuran kecap manis, petis udang, dan bawang putih. Kuah petis inilah yang membuat tahu pong makin terasa unik dan istimewa.Tahu pong yang mengepul panas langsung saya sobek menjadi dua dan celupkan ke dalam kuah petis. Kuah petisnya yang manis pedas makin terasa enak saat berpadu dengan tahu pong yang fresh from wajan. Saat tahu mendarat di mulut huah… lidah saya langsung menari-nari terbakar tahu yang masih mengepul panas. O ya, kalau suka bisa juga ditambahkan irisan acar lobak halus yang rasanya renyah asam segar.Selain tahu pong dan telur utuh yang digoreng ada gimbal. Nah, gimbal ini bentuknya mirip rempeyek udang tetapi sedikit lebih tebal. Terbuat dari adonan tepung, tauge, dan udang ukuran kecil. Setelah digoreng garing gimbal lalu dipotong-potong hingga memudahkan saat menyantap. Teksturnya sangat renyah dan rasanya gurih wangi. Gimbal udang inipun kalu diremdam kuah kecap petis yang manis pedas hingga agak basah rasanya jadi makin dahsyat saja!Semua menu di warung ini dihargai tak lebih dari Rp 14.000,00. Wah… pantas saja kursi-kursi tak pernah kosong dalam waktu lama karena selalu dipenuhi pembeli. Sebab selain rasanya yang enak harganya juga sangat murah meriah. Buat mereka yang kangen akan jajanan Semarangan mampir saja ke warung yang selalu buka menjelang maghrib hingga malam ini. Asal sabar mengantri, sepiring kenikmatan khas Semarang bakal bisa dinikmati!
The Mangga Besar district is an area in Central Jakarta that consistently transmits a chaotic atmosphere day in and day out. It is a mishmash of shopping centres, rows and rows of shophouses, nightclubs, massage parlours, young women lining the streets at night and all kinds of hotels (from the shabby love hotels that charge by the hour to 4-star luxuries). To many of its visitors, Mangga Besar offers an affordable shopping experience. To some others, this area is infamously known as something of a red-light district. But one thing is for sure; it is also a culinary hotspot.
Established in 1986, Tahu Pong Semarang is named after the popular pastime snack made of fried tofu with hollowed centre that was first brought and introduced by the Chinese traders who visited the port city hundreds of years ago. The word “Pong” is short for Kopong, which means hollow in Indonesian.
Set up every evening right beside Hayam Wuruk Road, Tahu Pong offers modestly-priced menu filled with traditional fare from Semarang. Here, patrons enjoy a plate of fried tofu while watching the slow moving traffic and waiting for it to disentangle.
Living up to its name, the fried tofu of Tahu Pong Semarang is airy and light in the center, with crunchy skin. It comes with dipping sauce made of sweet soy sauce, shrimp paste and garlic. Packed with flavour, the sauce gives the tofu the kick it needs.
First, dip the tofu in the sauce and take a bite to reveal its soft centre. Then, stuff a spoonful of pickled radish –which is readily served on your table along with an array of other condiments – into the tofu. Lastly, dip it once more in the sauce before you savour it all.
You can choose between Tahu Pong and Tahu Emplek, which has a denser centre. Other snack options include Gimbal Udang (Shrimp Fritter), Telor Goreng (Fried Boiled Egg) and Lumpia Semarang (fried shrimp and vegetable spring roll).
Snack fiends may benefit from choosing one of the set menu, such as Tahu Komplit (Tahu Pong, Gimbal Udang and Telor Goreng) and Tahu Spesial (extra serving of Tahu Emplek). One of these combos only sets you back at IDR 20,000.
Thirty years on, Tahu Pong Semarang still draws a steady stream of customers to fill its tables. Patrons flock to this place from the time it opens at 6pm until it’s sold out, usually by 10pm. Though, be warned that one will have to abandon comfort when visiting this warung – the incessant honking from nearby cars, occasional persistent buskers and stray cats begging for leftovers. But for some, this is exactly what round off the street food experience.