Taman hiburan rakyat jogja

Gundana

Purawisata pun jadi tujuan para anak muda di Yogyakarta yang dompetnya tidak terlalu tebal, tetapi ingin menikmati hiburan maksimal. Purawisata menjadi ikon hiburan masyarakat kelas bawah di Yogyakarta.

Andalannya, ya dangdut yang menggoda. Tidak hanya masyarakat Yogyakarta saja, melainkan mereka yang berasal dari Klaten, Muntilan, Magelang, bahkan Wonosobo. 

Selayaknya anak muda di Yogyakarta era 90-an, dangdut Purawisata juga membuat Ari penasaran. Ketika itu, ia masih berstatus sebagai mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta.

“Awalnya penasaran karena sering dengar cerita tentang dangdut Purawisata dari kakak-kakak angkatan,” kata Ari, Kamis (9/1/2020).

Ia masih ingat pertama kali datang menonton dangdut di Purawisata pada malam Sabtu atau Jumat malam. Ia datang bersama dengan teman-teman kuliahnya. Tiket masuk ke tempat itu terbilang ramah di kantong. Hanya dengan Rp 6.000, pengunjung bisa menikmati penampilan pedangdut yang menyegarkan mata.

Kalau ditanya apa yang paling menarik di sana, ia jelas menjawab penyanyi dangdut yang berjoget atraktif. Apalagi setelah Inul Daratista ngetop, semakin banyak penyanyi dangdut yang menonjolkan goyangan khasnya masing-masing. Tak terkecuali, pedangdut yang tampil di Purawisata.

Sekali dua kali datang menyaksikan dangdut di Purawisata membuat Ari menyukai suasana hiburan rakyat di tempat itu. Ia pun mulai sering berkunjung ke sana bersama dengan teman-temannya.

Cuci mata di tengah-tengah lautan manusia yang berjoget membuat suntuknya hilang. Tak jarang ia melihat sesama penonton nyaris bertengkar karena tidak sengaja tersenggol ketika bergoyang.

“Tetapi selama saya menonton belum pernah ada kejadian yang benar-benar sampai ribut besar,” ucapnya.

Ari mengisahkan, sekitar 2010, musik yang ditampilkan di Purawisata tidak melulu dangdut. Ada reggae yang pentas setiap Jumat malam dan rock and roll setiap malam minggu.

“Setelah ada reggae, saya jadi pilih nonton musik reggae,” kata Ari yang terakhir kali menginjak Purawisata pada 2012 ini.

Sayangnya, di usia ke-24, Purawisata harus tutup usia. Sejak 2013, hiburan dangdut gulung tikar. Manajemen Purawisata beralih usaha. Hotel dan restoran ditonjolkan di kompleks bangunan itu.

Penutupan Purawisata sempat menimbulkan kesedihan di hati penikmat musik dangdut. Sebab, belum ada lagi areal hiburan dengan harga merakyat yang muncul di kota ini.

Musik dangdut mungkin naik kelas, dengan maraknya kafe dan diskotek yang menyajikan hiburan ini. “Tapi kalau masuk kafe tidak semua orang merasa nyaman, pertama soal harga, kedua, soal penampilan yang kebanyakan harus rapi dan kurang santai,” tutur Ari.

Liputan6.com coba menengok bekas lokasi tempat hiburan legendaris itu, Orang-orang masih bisa masuk ke areal parkirnya. Luas dan lengang. Nyaris tidak ada orang di sana, kecuali warung makan yang terletak di samping timur.

Dinding-dindingnya juga dipenuhi coretan,dan sayangnya bukan karya seni mural. Coretan di temboknya bertuliskan ghost, entah itu nama geng atau memang kata ghost dalam bahasa Inggris yang berarti hantu.

Sebenarnya yang dimaksud di sini bukan benar-benar bangunan. Lebih mirip tembok melingkar dengan pintu gerbang yang tinggi.  Di dalamnya terhampar tanah lapang penuh ilalang. Rumput-rumput bergoyang, seakan mengenang para para biduanita yang bergoyang. 

YOGYA – Mengingat romantisme Yogyakarta memang tidak pernah ada habisnya, setiap tempat di kota ini selalu meninggalkan kenangan manis yang ingin selalu dikenang. Walau Yogyakarta zaman dahulu berbeda dengan masa kini, namun kenangan-kenangan itu tak akan mudah dilupakan.

Di Yogyakarta, dahulu ada beberapa tempat yang banyak meninggalkan kenangan manis bagi warga. Namun seiring perkembangan serta tuntutan zaman, tempat-tempat yang dahulu dijadikan ruang publik tersebut telah hilang dan kini berganti fungsi.

BACA JUGA:   Luas keseluruhan taman pintar yogyakarta

Sejenak menengok cerita kenangan lalu, berikut tempat hiburan rakyat yang kini tinggal riwayat.

Seni Sono

Di Kota Yogyakarta dahulu ada satu lokasi tempat berkumpulnya para seniman untuk berkreasi. Tempat ini bernama Seni Sono yang terletak dikawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta, tepatnya di seberang Monumen Serangan Oemoem 1 Maret atau persis di sebalah selatan Istana Gedung Agung Yogyakarta.

Seni Sono jika disamakan dengan saat ini fungsinya hampir seperti Taman Budaya Yogyakarta (TBY) di Jalan Sriwedani, Gondomanan. Hampir setiap hari tempat ini selalu diisi dengan kegiatan berkesenian, terlebih lagi pada dekade 80 hingga 90 ruang berekspresi bagi para seniman cukup kurang.

Di Seni Sono juga terdapat panggung yang langsung menghadap ke jalan. Masyarakat bisa menyaksikan segala pertunjukan mulai dari teater, drama, paduan suara maupun seni panggung lainnya tanpa harus keluar uang alias gratis.

Namun pada sekitar tahun 1995 gedung ini dipugar untuk perluasan bangunan Istana Gedung Agung Yogyakarta. Saat ini sisa-sisa kejayaan Seni Sono sudah tak nampak lagi, namun demikian hal itu tak menyurutkan semangat seniman-seniman Yogyakarta untuk tetap berkreasi.

Taman Kota

Lokasi yang satu ini terletak di Jalan Panembahan Senopati, Gondomanan, Yogyakarta. Dahulu di lahan sekitar 1.000 meter persegi ini berdiri suatu tempat yang dinamakan Taman Kota. Tempat ini berdiri memanjang di kawasan depan SMPN 2 Yogyakarta ke barat hingga di depan Gereja ST Franciscus Xaverius atau yang sering disebut Gereja Kidul Loji.

Selain menjadi ruang publik, Taman Kota juga difungsikan sebagai tempat terbuka hijau dimana warga bisa berkumpul dan merasakan suasana perkotaan sambil menikmati rindangnya pepohonan. Di dalam komplek Taman Kota juga terdapat fasilitas bermain bagi anak serta kursi-kursi kayu maupun hamparan rumput untuk bersantai pengunjung.

Lama kelamaan Taman Kota sepi pengunjunga dan menjadi tak terawat. Bukannya sebagai ruang publik lagi, namun Taman Kota malah dijadikan sebagai lokasi mangkalnya pada waria di malam hingga dini hari. Sekitar tahun 1998 Taman Kota akhirnya diratakan dengan tanah dan kini menjadi tempat parkir kendaraan wisata yang bernama Taman Parkir Senopati.

Purawisata

Tempat yang satu ini bernama Purawisata. Berdiri di Jalan Brigjen Katamso Yogyakarta, Purawisata juga sering disebut dengan nama Taman Hiburan Rakyat (THR). Sebelum jadi Purawisata, tempat ini dulunya merupakan komplek pemakaman yang sering disebut Kerkof atau lidah orang Jawa menyebutnya dengan nama ‘Kerkop’.

Purawisata lebih dikenal masyarakat Yogyakarta sebagai tempat digelarnya konser dangdut. Beberapa nama pedangdut seperti Vivin Vania, Oky Ardila maupun Yayuk Parabola sempat melambun namanya setelah sering manggung di Purawisata.

Selain panggung dangdut, di THR juga terdapat tempat permainan bagi anak-anak seperti kolam renang, permainan ketangkasan juga tak ketingalan warung makanan di dalamnya. Namun pada tahun 2013 Purawisata resmi ditutup, rencananya di lokasi ini akan dibangun hotel delapan lantai.

Follow Berita Okezone di Google News

(amr)

Surakarta atau yang lebih dikenal dengan Solo merupakan salah satu kota yang ada di Jawa Tengah. Kota ini menyimpan banyak sekali unsur sejarah, kebudayaan dan kesenian. Apalagi dengan keberadaan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang menjadi identitasnya.

Di samping itu, Solo juga mempunyai sebuah Taman Hiburan Rakyat (THR) yang menjadi kebanggaannya, yaitu Sriwedari. Taman Sriwedari dibangun sebagai tempat dimana warga Solo seringkali menghabiskan waktunya untuk sekedar nongkrong maupun menikmati fasilitas dan berbagai pertunjukan.

THR Sriwedari ini memang sangat cocok dijadikan tempat untuk lebih mengenal kebudayaan Solo dari dekat. Anda akan menemukan berbagai hal menarik dan unik di dalamnya.

BACA JUGA:   Gambar taman rumah yang luas

taman hiburan rakyat yang tinggal kenangan

Sungguh sangat disayangkan saat ini Taman Sriwedari sudah tutup permanen, dan taman hiburan rakyat tersebut sekarang hanya tinggal kenangan.

Lokasi Taman Sriwedari

Taman Sriwedari berlokasi di pusat Kota Solo. Sedangkan alamat lengkapnya berada di Jalan Brigjend Slamet Riyadi No. 275, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah.

Jaraknya sangat berdekatan dengan Stasiun Purwosari, yakni sekitar 2 kilometer saja. Bila Anda sudah memasuki wilayah Kota Solo, pasti akan mudah menemukannya.

Sedangkan soal transportasi juga tak perlu dikhawatirkan. Anda dapat mencapai lokasi tujuan dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun umum. Kendaraan umum sendiri juga banyak tersedia di Solo, misalnya bus.

Jangan takut kesasar karena Anda akan menemukan jalur yang dituju tanpa kesulitan.

selalu ramai di akhir pekan

Simak juga: review Taman Balekambang di Solo

Rute Menuju Taman Sriwedari dari Berbagai Kota

Ada beberapa rute pilihan yang dapat Anda ambil menuju THR Sriwedari. Baik dari Kota Solo sendiri maupun luar kota. Berikut ini beberapa jalur aksesnya :

Dari Kota Solo

Rute pertama adalah dari dalam kota. Patokan keberangkatan dari Masjid Agung Surakarta yang berada di sebelah barat Alun-Alun Lor.

Pertama-tama, jalankan kendaraan Anda dari Masjid Agung menuju Jalan Kalimosodo dengan melewati Jalan K.H Hasyim Ashari dan Jalan Wijaya Kusuma III terlebih dahulu. Setelah sampai di Jalan Kalimosodo, belokkan ke Jalan Ronggowarsito.

Setelah Anda menemukan bundaran, ambillah jalan keluar pertama ke Jalan Jenderal Sudirman. Lalu lihat petunjuk jalan ke arah Taman Sriwedari.

Dari Kota Yogyakarta

Jika Anda memulai keberangkatan dari Yogyakarta dengan kendaraan pribadi, maka arahkan perjalanan Anda ke Kalasan menuju Candi Prambanan. Kemudian Anda akan masuk ke wilayah Kabupaten Klaten.

Ikuti papan petunjuk jalan ke Solo. Setelah sampai di Solo, teruskanlah perjalanan ke Jalan Brigjen Slamet Riyadi yang merupakan alamat lengkap Taman Sriwedari.

Lebih praktis bila Anda menggunakan aplikasi Maps pada Smartphone yang akan membantu memilihkan rute tercepat.

pintu masuk taman sriwedari

Baca juga: info seputar Taman Satwa Taru Jurug

Dari Yogyakarta Menggunakan Transportasi Umum

Pilihan selanjutnya adalah dari Kota Yogyakarta menggunakan transportasi umum. Biasanya wisatawan yang ingin bepergian dari Yogyakarta ke Solo atau sebaliknya lebih memilih transportasi umum berupa kereta.

Selain harganya terjangkau, kereta juga dapat mengantarkan Anda dengan cepat. Salah satu jenis kereta yang populer adalah Prameks (Prambanan Ekspres).

Anda cukup membayar sekitar 8 ribu – 10 ribu rupiah saja sekali jalan. Akan tetapi Anda harus siap-siap berdiri kerena kereta Prameks menyediakan seat yang terbatas.

Sebenarnya Anda bisa juga menaiki kereta yang biasa, tapi tarifnya tentu lebih mahal tergantung kelas. Nah, bila Anda ingin merasakan sensasi berdesakan di dalam Prameks menuju Solo, ambillah jurusan ke Stasiun Purwosari atau Stasiun Balapan.

Lebih baik pilih Stasiun Purwosari saja yang jaraknya lebih dekat dengan Taman Sriwedari. Kurang lebih 1 jam perjalanan Anda akan sampai di stasiun.

Kemudian keluar dari stasiun, berjalanlah menuju halte dan naik bus Batik Solo Trans (BST) ke Taman Sriwedari.

spot favorite pengunjung

Daya Tarik Taman Sriwedari

Apa sajakah daya tarik Taman Sriwedari sehingga sangat istimewa di hari rakyat Solo dan para wisatawan? Seperti ini uraiannya :

1. Telah Ada Sejak Lama

Daya tarik pertama Taman Sriwedari adalah sejarah pendiriannya yang ternyata sudah ada sejak jaman dahulu kala. Taman Sriwedari sudah dibangun dari era Sultan Pakubuwono X pada tanggal 1 Januari 1902.

Pada awalnya, taman ini dibangun sebagai tempat rekreasi dan hiburan para keluarga kerajaan. Konsep pembangunannya pun tak sembarangan karena terinspirasi dari kisah adanya taman surga, itulah mengapa disebut sebagai Taman Sriwedari.

BACA JUGA:   Liburan di Bali: Pengalaman Seru yang Tak Terlupakan

Seiring berkembangnya jaman, Taman Sriwedari ini mengalami berbagai perombakan atau renovasi. Fungsinya pun beralih dari tempat rekreasi dan peristirahatan keluarga kerajaan menjadi pusat hiburan masyarakat Solo dan sekitarnya.

Kemudian di dalamnya juga dilengkapi berbagai fasilitas dan wahana yang menunjang. Masyarakat dapat dengan leluasa menikmatinya.

2. Gedung Wayang Orang (GWO)

pertunjukan wayang orang

Anda akan menemukan bangunan Gedung Wayang Orang (GWO) di dalam kompleks Taman Sriwedari. Gedung ini dipergunakan untuk mengisi berbagai kesenian pertunjukan wayang orang. Biasanya cerita pertunjukan diambil dari kisah Ramayanan dan Mahabarata.

Tak sampai di situ, kadang pertunjukan kesenian wayang dikolaborasikan dengan seniman wayang lain dari RRI Surakarta maupun seniman luar kota, seperti Jakarta, Surabaya dan Semarang.

Ciri khas dari GWO ini adalah adanya ornamen lukisan besar yang berada di sisi kanan dan kiri dinding. Di sisi kanan terdapat lukisan yang menggambarkan tokoh bernama Dewaruchi.

Tokoh tersebut masih berkaitan dengan salah satu Pandawa Lima, yakni Werkudara. Sementara di sisi kiri dinding gedung terdapat lukisan yang menggambarkan tokoh Kresno Duto dari kisah Mahabarata.

Selain itu, GWO tidak hanya diperuntukkan sebagai tempat pertunjukan kesenian wayang orang saja. Tetapi juga disewakan sebagai gedung pentas seni bagi anak-anak sekolah maupun upacara wisuda.

Bangunannya pun sebagian masih ada yang dihiasi dengan kaca. Maksud pemberian kaca ini supaya masyarakat kurang mampu masih bisa melihat pertunjukan yang ada di dalam.

3. Malam Selikuran

Daya tarik lain dari Taman Sriwedari ini adalah diadakannya acara bertajuk ‘Malam Selikuran’. Kegiatan ini rutin dilakukan setiap bulan Ramadhan, yaitu pada malam ke 21. Kata ‘selikur’ jika diartikan dalam bahasa Indonesia memiliki makna 21. Itulah mengapa acara ini diselenggarakan setiap malam ke 21.

Malam Selikuran merupakan bagian dari tradisi Keraton Kasunanan dan warga Surakarta guna menyambut Lailatul Qadr. Sedangkan rangkaian acaranya adalah diawali dengan kirab 1000 tumpeng yang dimulai dari Keraton menuju Taman Sriwedari. Setelah itu diakhiri dengan doa bersama.

wahana di taman sriwedari

4. Wahana Bermain

Selain daya tarik dalam bidang seni dan kebudayaan, Taman Sriwedari juga dilengkapi dengan berbagai wahana bermain untuk anak-anak hingga orang dewasa. Siapapun bisa menaikinya. Akan tetapi taman bermain ini dikelola oleh pihak swasta.

Selain itu, Anda pun dapat menemui berbagai kios yang menjual souvenir serta oleh-oleh berupa wayang, lukisan, dan sebagainya.

Harga Tiket Masuk Taman Sriwedari

Anda harus membayar tiket masuk ke Taman Sriwedari maupun GWO. Kedua tiket ini dikenakan tarif yang berbeda, namun masih tetap terjangkau. Para pengunjung diharapkan menyiapkan uang sebesar 7 ribu rupiah per orang untuk masuk ke THR Sriwedari.

Sedangkan bila ingin melihat pertunjukan di dalam GWO, maka harus membayar lagi sebesar 3 ribu rupiah per orangnya. Totalnya hanya 10 ribu rupiah bila Anda juga masuk GWO. Masih sangat murah kan?

Jam Operasional Taman Sriwedari

Taman Sriwedari yang memiliki konsep sebagai taman hiburan dan pertunjukan mempunyai jam operasional yang cukup jelas. Obyek wisata ini buka setiap hari dari pukul 10 pagi sampai 10 malam.

Sementara bila pengunjung ingin menonton pertunjukan di GWO, jam bukanya dari pukul 8 – 11 malam saja dan khusus hari minggu tutup.

Jadi, manfaatkanlah kesempatan Anda untuk mengenal lebih lanjut berbagai kesenian dan kebudayaan khas Solo dengan berkunjung ke Taman Sriwedari. Suasana akan terasa lebih ramai dan menyenangkan bila Anda datang di malam hari.

Selamat berlibur!

Also Read

Bagikan: