Bp. Soerjoadipoetro tengah mengajar di Taman Siswa Bandung. Foto koleksi KITLV.
Ibu Soerjoadipoetro berbincang-bincang dengan beberapa siswi Taman Siswa Bandung. Foto koleksi KITLV.
Para murid dari Taman Siswa, koleksi Tropenmuseum
Taman Siswa (Taman berarti tempat bermain atau tempat belajar, dan Siswa berarti murid) adalah nama sekolah yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 3 Juli tahun 1922 di Yogyakarta. Pada waktu pertama kali didirikan, sekolah Taman Siswa ini diberi nama “National Onderwijs Institut Taman Siswa”, yang merupakan realisasi gagasan Dewantara bersama-sama dengan teman di paguyuban Sloso Kliwon. Sekolah Taman Siswa ini sekarang berpusat di balai Ibu Pawiyatan (Majelis Luhur) di Jalan Taman Siswa, Yogyakarta, dan mempunyai 129 sekolah cabang di berbagai kota di seluruh Indonesia.
Prinsip dasar dalam sekolah/pendidikan Taman Siswa yang menjadi pedoman bagi seorang guru dikenal sebagai Patrap Triloka. Konsep ini dikembangkan oleh Dewantara setelah ia mempelajari sistem pendidikan progresif yang diperkenalkan oleh Maria Montessori di Italia dan Rabindranath Tagore di India danBenggala). Patrap Triloka memiliki unsur-unsur (dalam bahasa Jawa):
- ing ngarsa sung tulada (ꦲꦶꦁꦔꦂꦱꦱꦸꦁꦠꦸꦭꦝ, “(yang) di depan memberi teladan”),
- ing madya mangun karsa (ꦲꦶꦁꦩꦢꦾꦩꦔꦸꦤ꧀ꦏꦂꦱ, “(yang) di tengah membangun kemauan/inisiatif”),
- tut wuri handayani (ꦠꦸꦠ꧀ꦮꦸꦫꦶꦲꦤ꧀ꦢꦪꦤꦶ, “dari belakang mendukung”).
Patrap Triloka dipakai sebagai panduan dan pedoman dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Taman Siswa didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara sebagai bentuk perjuangan dalam menentang penjajahan di Indonesia. Model perjuangan Taman Siswa tidak berbentuk partai politik. Taman Siswa didirikan untuk menentang penjajahan melalui jalur pendidikan dan kebudayaan. Dalam memenuhi tujuannya, Taman Siswa mengumpulkan para cendekiawan asal dari berbagai wilayah di Indonesia. Taman Siswa menerima para cendikiawan yang telah menempuh pendidikan di dunia Barat maupun yang menempuh pendidikan di pesantren. Tujuan akhir dari Taman SIswa adalah kemerdekaan Indonesia, yang kemudian berhasil diwujudkan pada tahun 1945.[1]
Panji Tamansiswa
[
sunting
|
sunting sumber
]
Panji Taman Siswa.
- Bentuk
Berbentuk perisai dengan ukuran lebar dibandingkan panjang 2:3. Di bagian bawah, mulai batas 2/3 dari atas melengkung.
- Isi
- lambang Tamansiswa;
- suci Tata Ngesti Tunggal;
- tahun masehi 1922 dan hiasannya.
- Warna
Memiliki warna dasar hijau. Lambang Tamansiswa, tulisan, angka, hiasan dan rumbainya berwarna kuning emas.
- Arti warna
- kuning emas= cahaya, cemerlang, cita-cita luhur;
- hijau: harapan, selalu berkembang, pendidikan.
- Ukuran Baku
Sekitar 50×75 cm, untuk keperluan lain ukuran berbanding 2:3.
Cabang Sekolah Taman Siswa
[
sunting
|
sunting sumber
]
Informasi tentang sekolah-sekolah Taman Siswa ini diambil dari buku “Demokrasi dan Kepemimpinan: Kebangkitan Gerakan Taman Siswa” oleh Kenji Tsuchiya. Di dalam buku ini, Kenji menjabarkan temuan-temuannya berdasarkan laporan sekolah yang dimuat di majalah Wasita.[2]
Persebaran Sekolah Taman Siswa
[
sunting
|
sunting sumber
]
Informasi tentang Sekolah Taman Siswa di Indonesia selama 1928-1930 adalah sebagai berikut:[3][4]
Provinsi/PulauKota/KecamatanSumatra (3 sekolah)MedanTebingtinggiBandar LampungGalangKalimantan (3 sekolah)BanjarmasinMarabahanKualakapuasJawa Barat (9 Sekolah)Kemayoran, JakartaJatibaru, JakartaKebunjeruk, JakartaBogorCirebonCitepus, BandungLengkong, BandungCiguriang, BandungJawa Tengah (9 Sekolah)TegalPemalangSlawiKroyaMagelangKota, YogyakartaGodean, YogyakartaPedanSoloJawa Timur (27 Sekolah)MadiunNgawiNgrambeBojonegoro (dalam rencana)MojokerjoNojoagungJombangCukirPlossoKraksaanKota, MalangTuren, MalangPorongKranggan, SurabayaTemanggungan, SurabayaPacarkeling, SurabayaWonokromoTanggulJemberAmbuluKencongLumajangTalumKalisetailCiluringProbolinggoKertosono
Dari data ini, tampak bahwa persebaran Sekolah Taman Siswa paling banyak terjadi di Jawa Timur.[3] Periode 1928 sampai 1930 menunjukan bahwa hampir 60 persen sekolah Taman Siswa dipusatkan di sana.[3] Karena pertumbuhan pesat di daerah sekitarnya, sekolah cabang Surabaya dan Wonokromo menjadi pusat jaringan sekolah di Jawa Timur, yang kemudian disusul jaringan serupa di Malang dan Jember.[3] Untuk daerah Jawa Barat dan Sumatra, sekolah cabang terpusat di kota-kota besar seperti Medan dan Bandung.[3] Selain di sekitar Tegal, sekolah cabang juga terpusat dengan sekolah di Yogyakarta.[3]
Lihat pula
[
sunting
|
sunting sumber
]
Pranala luar
[
sunting
|
sunting sumber
]
Apakah restoran ini cocok untuk makan malam?
Ya
Tidak
Tidak yakin
Apakah ini kafe?
Ya
Tidak
Tidak yakin
Apakah restoran ini menawarkan
Wi-Fi gratis
?
Ya
Tidak
Tidak yakin
Apakah restoran ini dilengkapi
meja dengan kursi
?
Ya
Tidak
Tidak yakin
Apakah restoran ini menawarkan
makanan untuk dibawa pulang
?
Ya
Tidak
Tidak yakin
Apakah restoran ini menawarkan
tempat duduk di area terbuka
?
Ya
Tidak
Tidak yakin
Apakah restoran ini memiliki
tempat parkir
?
Ya
Tidak
Tidak yakin
Apakah harga di restoran ini termasuk sedang?
Ya
Tidak
Tidak yakin
Apakah di tempat makan ini Anda harus membayar dulu sebelum menerima pesanan?
Ya
Tidak
Tidak yakin
Apakah restoran ini khusus menyajikan makanan
Halal
?
Ya
Tidak
Tidak yakin
Ceritakan pengalaman lainnya sebelum Anda pergi.