Wisata edukasi borobudur

Gundana

Jakarta, CNN Indonesia

Salah satu ikon Indonesia di mata dunia adalah Candi Borobudur. Kini, kawasan destinasi wisata #DiIndonesiaAja yang terkerak di Magelang, Jawa Tengah itu telah berkembang pesat. Sehingga, pengunjung bisa mendatangi banyak tempat dan melakukan lebih banyak hal setelah berwisata ke Candi Borobudur. Misalnya, ke Museum Samudraraksa yang menjadi wahana baru di Taman Wisata Candi Borobudur.

Mengusung konsep interaktif, Anda bisa menyimak cerita tentang kemaritiman Indonesia pada abad ke-8 yang luar biasa, sekaligus sebagai wujud edukasi. Nama Samudraraksa sendiri diambil dari salah satu nama kapal yang disimpan di museum. Kapal yang dibangun pada 2002 tersebut merupakan replika kapal dari salah satu relief Borobudur, yakni Jataka dan Avadana.

Menurut kisah, kapal kayu tak bermesin itu pernah berlayar dari Indonesia ke Afrika pada 2003 silam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Pernah kena [ombak] di situ, antara 8 sampai 9 meter sehingga mengakibatkan layar kita robek, kemudian tali yang putus. Di situ lah kenangan yang betul-betul… Semua kru saya jadi betul-betul minta turun,” tutur I Gusti Ngurah Putu Sedana, mantan nakhoda Kapal Samudraraksa.

Wisata sejarah di kawasan Borobudur itu lalu berubah menjadi seni ketika pengunjung mendatangi Desa Wisata Klipoh. Terletak sekitar 15 menit, Desa Klipoh dikenal berkat kerajinan gerabah. Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat yang dibentuk sesuai kebutuhan sebelum dibakar.

Sebanyak 80 persen penduduk Desa Klipoh menggantungkan hidup jadi perajin gerabah. Salah satunya, Supoyo (49) yang juga pendiri Arum Art. Menurut Poyo, sensitivitas sangat diperlukan saat berkreasi dengan gerabah.

“Yang pertama itu antara pikiran sama gerakan itu harus menyatu. Jadi kayak mau bikin vas, perasaan sama gerakan harus sama. Kalau enggak, nanti
mau bikin gelas jadinya malah cobek,” kata Poyo, tersenyum di balik maskernya.

BACA JUGA:   Tempat playground anak terdekat

Sembari menunggu piring gerabah dikeringkan, pengunjung bisa bergeser sedikit ke Junkyard Autopark, spot wisata yang tengah populer sebagai pengisi konten media sosial. Di tempat ini, ada belasan mobil tak terpakai dari berbagai jenis, variasi, dan tahun keluaran yang ditata sedemikian rupa, lengkap dengan tanaman hijau dan bunga yang akan mempercantik foto.

Mobil-mobil itu tak semua utuh. Ada yang sengaja dipotong, digantung terbalik, dimodifikasi, hingga dihias dengan pernak-pernik yang menarik hati. Keberadaan seluruh spot wisata pendukung seperti Desa Klipoh dan Junkyard Autopark tak ayal turut berperan dalam pemberdayaan masyarakat dan perekonomian lokal.

Di semua spot wisata #DiIndonesiaAja di atas, termasuk Candi Borobudur sendiri, telah diterapkan protokol kesehatan berbasis CHSE (Clean, Health, Safety, and Environment) sesuai anjuran Kemenparekraf. Melakukan perjalanan wisata saat ini dipastikan mendukung kebangkitan pariwisata Indonesia, namun para wisatawan pun diingatkan untuk tetap bertanggung jawab atas diri sendiri dan kelestarian lingkungan sekitar.

Untuk memasuki wilayah Taman Candi Borobudur, setiap pengunjung harus melewati prosedur 3M yang ketat, meliputi memakai masker, mencuci tangan, hingga menjaga jarak. Sejak awal pandemi, Balai Konservasi Borobudur telah menerapkan sejumlah kebijakan, seperti menutup akses wisatawan untuk naik ke bangunan candi, hingga pembatasan jumlah pengunjung yang masuk ke Zona 1 bangunan.

“Pelan-pelan, kita coba cagar budaya kita buka, tapi kita sebelumnya sudah membuat visitor management. Visitor management itu tetap kita mengacu pada keselamatan pengunjung dan petugas,” ungkap Kepala Balai Konservasi Candi Borobudur, Wiwit Kasiyati.

[Gambas:Youtube]

(rea/rea)

Semarang- Wisata edukasi dan olahan jamur Borobudur, Magelang, menjadi destinasi terakhir dari rombongan Aparatur Sipil Negara (ASN) Kantor Kementerian Agama (Kankmenag) Kota Semarang beserta keluarga dan pensiunan, yang dilaksanakan dalam kegiatan family gathering dan study tour, Sabtu (11/6/2022).

BACA JUGA:   Wisata Edukasi Eco Green Park

Rombongan tersebut, sebelumnya telah mengunjungi beberapa destinasi, yaitu Waduk Cengklik Kabupaten Boyolali, Svargabumi Magelang, Candi Pawon dan sentra batik Dusun Tingal, Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.

Pada destinasi terakhir, peserta belajar mengenal macam-macam jamur yang ada di sekitaran Borobudur, serta manfaat dan cara pengolahannya. “Jamur yang biasa tumbuh di sini diantaranya jamur tiram dan jamur kuping. Diyakini, bahwa jamur-jamur ini memiliki khasiat, diantaranya sebagai penangkal radikal bebas, mencegah pertumbuhan  sel kanker, penambah daya tahan tubuh, dan masih banyak lainnya,” terang pemandu.

“Selain dikeringkan untuk dimanfaatkan sebagai obat, jamur bisa diolah menjadi makanan yang kekinian, seperti aneka sate jamur, keripik jamur, brownies jamur dan masih banyak lagi lainnya. Contoh jadinya bisa Bapak/Ibu lihat di saung sebelah,” sambungnya.

Pada kesempatan ini, peserta melihat langsung bagaimana proses pembuatan kripik jamur, mulai dari proses pencucian, penepungan, penggorengan, hingga penirisan. “Supaya kripik jamurnya tidak mengandung banyak minyak dan rasa krispinya tetap awet, setelah memasuki proses penggorengan, jamur ditiriskan dengan menggunakan mesin spinner,” jelasnya.

Azizah, salah satu peserta kegiatan, yang juga pensiunan Kankemenag Kota Semarang, menuturkan pembudidayaan jamur dan pengolahannya bisa dikembangkan di rumah masing-masing. “Tidak perlu lahan yang terlalu luas, jamur bisa dibudidayakan di halaman rumah kita, atau di roof top bagi yang memiliki. Pengolahannya pun cukup sederhana, tidak memerlukan ruangan dapur yang luas sekali. Ini bisa menjadi inspirasi bagi kita, baik bagi yang akan memasuki masa purna tugas maupun yang sudah pensiunan, sehingga meskipun sudah pensiun, tetap produktif,” tuturnya.(NBA/rf)

Also Read

Bagikan: