PEKALONGAN (Awal.id) – Soko Langit Edukasi atau Wisata Edukasi Soko Langit, berada di Desa Karanggondang, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan. Dari Kota Pekalongan jaraknya sekitar 23 kilometer, dengan waktu tempuh kurang lebih 50 menit. Yakni dengan menuju ke Karanganyar di Kabupaten Pekalongan.
Destinasi wisata ini memanfaatkan hamparan tanah Perhutani. Pengelola kemudian yang mewujudkannya menjadi konsep wisata edukasi. Hal itu dilatarbelakangi belum adanya konsep wisata edukasi yang lengkap di Kabupaten Pekalongan.
Memang benar, Kabupaten Pekalongan belum memiliki konsep wisata edukasi yang lengkap dengan sebuah media nyata berupa konsep laboratorium sekolah yang langsung ada di lokasi tersebut.
Sebelum memasuki kawasan ini akan disuguhi pemandangan kebun durian yang menjadi ikon di kawasan tersebut. Sehingga pada musim durian pengunjung akan menemui banyak penjual durian di perjalanan.
Menurut pengelola, pemberian nama Wisata Edukasi Soko Langit mengandung makna, yaitu selain lahan yang ada merupakan pemberian dari penciptaan Tuhan Semesta Alam, kata soko juga merupakan makna Jawa yang berarti tiang. Harapan pengelola, tempat itu akan menjadi tiang atau penegak kebaikan dan kebermanfaatan dari langit.
Dino Park
Di Soko Langit ada beberapa wahana yang menjadi media wisata edukasi dengan ikon Dino Park, berupa laboratorium belajar anak dalam pengenalan binatang purbakala,.
Ada pula Kampung Salam, Bumi Perkemahan, Wisata Hidroponik berupa tanaman sayur petik sendiri yang didukung dengan berdirinya kedai hutan/dapur salam serta mini outbond yang dilengkapi dengan jogging track, wall climbing dan flying fox, dino ride serta anjungan out door budaya. Yang semuanya dibangun dan diwujudkan secara bertahap, terencana dan ter-evaluasi.
Dino Park menjadi spot favorit bagi pengunjung yang datang. Untuk bisa masuk ke area ini dikenakan biaya tambahan sekitar Rp. 15.000 per orang.
Di area Dino Park itu pengunjung akan bertemu dengan berbagai jenis Dinosaurus yang dibuat menyerupai aslinya. Misalnya ada T-Rex yang tingginya hampir 4 meter, selain itu ada juga Vilociraptor yang tingginya sekitar 1 meter.
Dan yang paling epic, di area Dino Park pengunjung akan mendengar suara-suara hewan purba ini, bahkan ada yang bergerak. Terasa seperti di film Jurrassic Park.
Kostum Dinosaurus
Masih ada keseruan lain. Pengunjung bisa menyewa kostum Dinosaurus dan berfoto-foto. Tentu semua itu akan menimbulkan biaya tambahan ya…
Soko Langit menyediakan tempat yang nyaman, aman, asri, dan ramah anak. Pengunjung Soko Langit juga disuguhi area hutan pinus yang sejuk untuk bersantai bersama keluarga dan teman.
Tiket masuk Soko Langit berbeda antara dewasa dan anak-anak, yaitu: Rp. 8.000 untuk dewasa dan Rp. 5.000 untuk anak-anak.
Secara detail, selain yang sudah disebut di atas, fasilitas di kawasan wisata edukasi Dino Park Soko Langit yang terbilang lengkap itu bisa disebutkan, antara lain toilet, tempat parkir kendaraan, kedai kopi atau kafe, bumi perkemahan, masjid, permainan anak-anak, toko makanan dan minuman. (adv)
SINARJATENG.COM – Tidak hanya memiliki berbagai macam kuliner khas, Kabupaten Pekalongan juga menawarkan berbagai pilihan destinasi wisata yang unik dan kekinian.
Destinasi wisata Soko Langit menjadi salah satu wisata edukasi baru yang mampu memikat pengunjung. Soko langit berada di Desa Karanggondang, Kecamatan Karanganyar.
Soko Langit menjadi tren karena keberadaan sarang T-Rex di tengah hutan pinus. Kawasan hutan pinus yang hijau dengan udara segar menjadikan tempat wisata ini banyak dikunjungi oleh wisatawan saat akhir pekan.
Baca Juga: Forum Serasi Madani Pekalongan Berbagi Pengalaman Kelola Forum yang Efektif, Efisien dan Berlegitimasi
Tidak hanya hutan pinus, yang menjadi andalan dan daya tarik wisatawan adalah replika dinosaurus yang dilengkapi dengan suara dan dapat menggerakkan badan serta kepalanya layaknya dinosaurus sungguhan.
Selain itu, terdapat area perkemahan dan outbound yang ditawarkan bagi wisatawan yang berkunjung. Wahana permainan juga ditwarkan, seperti permainan dinosaurus yang bisa dinaiki oleh anak-anak.
Tidak jauh itu ada juga kerajaan kelinci yang berisi kelinci-kelinci peliharaan. Pengunjung bisa berinteraksi dengan kelinci-kelinci tersebut.
Baca Juga: Ketua DPRD Kabupaten Pekalongan Siap Dukung Program Forum Serasi Madani Tingkatkan Pelayanan Kesehatan
Terdapat fasilitas seperti kamar mandi dan juga warung makan. Pengunjung dapat menikmati suasana hutan pinus dengan berbagai sajian makan yang tersedia di sana.
Wisata Soko Langit menjadi destinasi keluarga dari berbagai daerah. Tidak sulit untuk menjangkau wisata Soko Langit, dari exit tol Bojong, Pekalongan berjarak sekitar 12 kilometer.
Sepanjang perjalanan menuju lokasi wisata disuguhkan pemandangan sungai deras dengan air yang jernih. Sungai tersebut juga biasanya dijadikan tempat bermain air seperti arum jeram.
Pengunjung sedang berfoto di fasilitas gartis kolam renang atau kolam keceh di Pantai Pasir Kencana, Kota Pekalongan, Kamis (30/6/2022).
TRIBUNJATENG.COM,PEKALONGAN – Berikut adalah rekomendasi lima destinasi wisata di Kota Pekalongan yang cocok dikunjungi saat libur sekolah.
Masa libur sekolah sudah tiba.
Biasanya banyak keluarga yang mencari tempat wisata untuk berlibur.
Pekalongan menjadi kota di Jawa Tengah yang memiliki destinasi wisata cukup lengkap.
Baca juga: 7 Rekomendasi Tempat Wisata di Kota Semarang Cocok Dikunjungi saat Liburan Sekolah
Baca juga: 5 Rekomendasi Wisata di Salatiga, Ada Sungai Hingga Gunung Cocok Dikunjungi saat Libur Sekolah
Mulai dari wisata hiburan, edukasi, sejarah, instagramable hingga wisata religi.
Selain itu, letak daerahnya yang berada di perlintasan Jalur Pantura, membuat masyarakat mudah untuk mampir atau bersinggah.
Berikut lima destinasi wisata di Kota Pekalongan:
1. Museum Batik
Museum Batik- Gedung Museum Batik yang beralamat di Jalan Jetayu, Kota Pekalongan. (TribunJateng.com/Fajar Bahruddin Achmad)
Pertama adalah Musem Batik Pekalongan.
Destinasi ini merupakan wisata edukasi yang mengandung unsur budaya, seni, dan keterampilan.
Lokasinya berada di Jalan Jetayu, berada satu area Titik Nol Kilometer Pekalongan.
Museum Batik Pekalongan sudah ada sejak tahun 1972, saat itu lokasi awalnya berada di area Monumen Djoeang 45.
Gedung yang saat ini digunakan di Jalan Jetayu, dulunya adalah Kantor Pabrik Gula di masa pemerintahan Kolonial Belanda.
Museum tersebut memiliki sebanyak 1.200 koleksi batik. Koleksi tertuanya adalah tahun 1800- tahun 1900.
Kota Pekalongan – Selain menjadi ruang terbuka hijau di kota Pekalongan yang menghasilkan oksigen, menurunkan suhu serta tempat untuk peresapan hujan, taman hutan raya (Tahura) Yosorejo akan dijadikan tempat destinasi pendekatan wisata edukasi yang menyasar pelajar setempat.
Dengan luasan lahan 5,2 hektar, saat ini tahura Yosorejo belum dikelola dengan optimal. Melihat tersedianya banyak potensi di kawasan tersebut, mendorong komunitas sapu lidi turut andil mengelola dan menata agar lahan yang kurang produktif ini bisa terwujud menjadi lingkungan sehat dan meningkatkan kesadaran untuk menjadikan alam dan lingkungan sebagai sahabat kehidupan dari generasi ke generasi.
“Tiga bulan terakhir, kita lakukan pembersihan awal terutama membersihkan binatang melata untuk menjaga keamanan agar tidak membahayakan anak-anak yang akan berkunjung ke lokasi ini nantinya,” kata Kepala Sapu Lidi setempat, Diko Handoko 31/10/2022.
Rencananya Tahura Yosorejo akan dijadikan taman pendidikan lingkungan hidup dan pendidikan berlalu lintas yang melibatkan polres setempat. Ia menerangkan bahwa pemilihan pemanfaatan lahan untuk wisata edukasi lingkungan bertujuan mengajarkan perilaku peduli alam sedini mungkin. Selain itu, akan disediakan track pengunjung, kolam anak, kolam pemancingan, tanaman obat dan fasilitas lainnya.
“Di sebagian kawasan ini juga akan disediakan hutan larangan yang berisi pohon-pohon langka seperti pohon kayu putih. Kita sebut hutan larangan karena didalamnya tumbuh pohon langka yang harus dijaga kelestariannya dan pengunjung dilarang masuk ke dalam hutan larangan ini.” sambungnya.
Diko berharap, tahura Yosorejo dapat tereksplor dengan baik sehingga dapat membentuk generasi penerus tangguh yang mengerti akan kebudayaan, kebencanaan, dan lingkungan. (Tim/@nSi/bd).
Kota Pekalongan – Balai Pelayanan dan Saintifikasi Jamu (BPSJ) Kota Pekalongan yang berlokasi di Jl. Letnan Suprapto No.5, Kelurahan Kertoharjo, Kecamatan Pekalongan Selatan kembali menerima kunjungan usai meredanya kasus covid-19 dan diberlakukan pembelajaran tatap muka beberapa waktu yang lalu di sejumlah satuan pendidikan setempat.
Ketua BPSJ, dr Teuku Reza Fadly usai menerima kunjungan dari SMPN 14 Kota Pekalongan, Senin (26/9/2022) menerangkan layanan wisata edukasi jamu dapat dimanfaatkan oleh satuan pendidikan mulai dari jenjang Paud, SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi. Berdasarkan perwal No. 12A tahun 2022, biaya wisata edukasi jamu untuk minimal 15 orang sebesar Rp. 20.000,- , 6-14 orang sebesar Rp. 25.000,- dan kurang dari 5 orang sebesar Rp. 30.000,-, dengan tarif tersebut pengunjung sudah mendapatkan paparan materi terkait jamu, melihat etalase dan proses pengolahan pasca panen tanaman obat serta memperoleh produk inovasi jamu.
Reza mengatakan antusias siswa saat melakukan kunjungan sangat tinggi, karena menurutnya wisata edukasi jamu salah satu pembelajaran di luar kebiasaannya. Peserta diajak melihat secara langsung bagaimana proses pembuatan jamu dimulai dari penanaman tanaman obat hingga produksi.
“Pemaparan yang kita berikan disesuaikan dengan usia pengunjung, untuk pelajar PAUD kita putarkan lagu yang berkaitan dengan jamu, kemudian kita tampilkan badut dengan ikon botol jamu dan di sesi etalase kita jelaskan tanaman yang lebih simpel dan menanam langsung sedangkan untuk jenjang lain biasanya kita kenalkan peralatan pembuatan jamu,” bebernya.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama guru pendamping SMPN 14 Kota Pekalongan, Safaroh Nurul Yatimah mengatakan kunjungan pada BPSJ Kota Pekalongan termasuk pembelajaran proyek tema gaya hidup berkelanjutan. Menurutnya BPSJ menjadi tujuan tepat dalam pembelajaran proyek, sebab saat ini banyak generasi muda yang asing dengan warisan budaya leluhur ini, padahal perlu adanya regenerasi untuk melestarikannya.
(Tim Komunikasi Publik Dinkominfo Kota Pekalongan)
PEKALONGAN, korantegal.com – Bermain sambil belajar. Itulah konsep yang disuguhkan tempat wisata edukasi La Ranch. Mengambil konsep kampung Indian, wisata ini beralamat di Desa Limbangan Kecamatan Karanganyar Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah. Wisata yang berdiri sejak 18 Oktober 2019 lalu, La Ranch hadir dengan misi memberikan edukasi pembelajaran sambil bermain di ruang terbuka. Di sini pengunjung terutama anak-anak bisa berkuda, memanah, berkebun, mengenal dunia binatang dan beragam wahana bermain anak lainnya.
Pemilik La Ranch, Yanto memang sengaja membuat konsep wisata tersebut. Dirinya ingin membantu mengembangkan serta mengeksplorasi kemampuan anak-anak dengan metode pembelajaran di luar ruangan.
“Sesuai namanya La Ranch itu identik dengan padang rumput yang luas. Dimana tempat para pengembala dengan menunggangi kuda untuk mengontrol domba-dombanya,” ucapnya saat dihubungi SuaraJawaTengah.id Jumat (19/12/2020).
Wisata seluas enam hektar ini memang diciptakan untuk memberikan sesuatu yang berbeda. Yang tidak bisa anak-anak dapatkan di ruang kelas.
“Di sini anak-anak akan belajar bagaimana cara menanam dan memetik. Lalu bisa bersentuhan langsung dengan media pembelajaran lainnya yang telah kami sediakan,” ucapnya.
Dengan adanya wisata edukasi ini, Yanto berharap bisa berkontribusi dalam membentuk karakter anak sejak dini. Sebab menurutnya, anak-anak itu merupakan pondasi awal sebuah bangsa.
“Adanya pandemi membuat pembelajaran di sekolah menjadi serba online. Ini tidak bisa dibiarkan, takutnya anak-anak cenderung terus bermain gadget dan berpotensi menjadi kepribadian yang anti sosial,” jelasnya.
Meski baru berumur satu tahun, La Ranch sendiri sudah dikenal hingga luar kota. Hal itu dibuktikan dengan wisawatan yang datang dari Pemalang, Semarang dan sekitarnya.
Wisata edukasi La Ranch sendiri tidak dipungut biaya tiket masuk. Cukup membayar tempat parkir saja. Namun untuk berkuda di siang maupun malam hari dikenakan biaya yang berbeda. Begitu juga dengan wahana-wahana yang ada di dalamnya.
Selain wisata edukasi, area ini terdapat juga wisata kuliner yang tergolong unik. Suasana resto dan cafe tersebut dihiasi dengan pernak pernik ala suku Indian yang ditata rapih. Sehingga mampu menjadi area spot selfie bagi pengunjung. Tak hanya itu, para pegawai yang melayani pengunjung pun mengenakan kostum ala suku Indian.
Adapun untuk menu-menu kuliner di sini terbagi menjadi dua pilihan. Yakni mulai jam 09.00 sampai pukul 15.00 menyajikan menu resto.
“Ada nasi campur bali, sop iga, sop buntut, sate, cumi, ayam, ikan goreng ataupun bakar,” ujarnya.
Sementara itu, menjelang sore hingga malam beralih menjadi cafe. Menu yang ditawarkan pun seperti nasi goreng, kentang goreng, spageti hingga aneka ragam varian kopi.
“Menu cafe dikhususkan untuk para milenial yang nongkrong di malam hari. Tentunya biar merasakan suasana malam di alam terbuka seperti ini,” tandasnya.
Sumber : suara.com
Editor : Adhi