Wisata Pendidikan Raja Ampat Bagi Warga Australia
Kawasan Raja Ampat di Provinsi Papua Barat ditawarkan sebagai lokasi bagi wisata pendidikan dalam promosi wisata yang diadakan di KJRI Melbourne hari Kamis (27/11), namun beberapa peserta yang hadir sangat meragukan apakah murid sekolah dari Australia akan diijinkan oleh sekolah mengunjungi tempat tersebut.
Kementerian Pariwisata Indonesia sekarang sedang berusaha mengembangkan apa yang disebut wisata pendidikan guna menarik lebih banyak turis dari Australia termasuk murid sekolah untuk mengunjungi Indonesia.
Oleh karenanya dalam business gathering (pertemuan bisnis) hari Kamis (27/11) malam yang diadakan oleh Kementerian Pariwisata di bawah Bagian Promosi untuk Amerika dan Pasifik, mengundang guru-guru sekolah menengah yang kebanyakan mengajar bahasa Indonesia di negara bagian Victoria.
Dalam paparannya, Kepala Sub Direktorat Promosi Pariwisata untuk Amerika dan Pasifik Ony Yulian mengatakan bahwa wisata pendidikan ini sekarang dikembangkan untuk menarik lebih banyak lagi warga Australia ke Indonesia.
“Sampai sejauh ini di tahun 2014, sudah hampir 900 ribu turis Australia yang mendatangi Indonesia, dan diperkirakan jumlah itu akan mencapai lebih dari 1 juta di akhir tahun.” kata Ony Yulian.
Warna-warni terumbu karang di titik penyelaman Cape Kri, Raja Ampat, Papua Barat. Perairan yang masuk kedalam kawasan segitiga terumbu karang dunia ini menyimpan keanekaragaman hayati laut. Sekitar 76% terumbu karang dunia, 2.228 spesies ikan karang, dan 6 dari 7 spesies penyu dunia hidup di kawasan ini. (Yunaidi/National Geographic Indonesia)
Kemudahan lain yang sudah diputuskan oleh pemerintah Indonesia adalah memberikan kebijakan bebas visa bagi warga Australia dalam paket kebebasan lima negara termasuk Tiongkok, Jepang, Korea Selatan dan Rusia.
!break!
!break!
Dalam tema paket wisata pendidikan ini, Ony Yulian kemudian mempersilahkan dua peserta yang dibawa dari Indonesia untuk membeberkan :”jualan” mereka yaitu dari Provinsi Papua Barat yang menjelaskan mengenai kawasan Raja Ampat dan Rumah Topeng dan Wayang Setia Darma dari Bali.
Sebagai potensi pariwisata secara umum, kawasan Raja Ampat dengan pemandangan alam yang cantik dan juga keindahan karang laut untuk dinikmati para penyelam, mulai menarik perhatian dunia.
Namun dalam sesi tanya, pertanyaan yang muncul dari seorang peserta adalah aspek pendidikan apa yang bisa ditawarkan oleh Raja Ampat. Masalah lain yang juga dipertanyakan adalah bahwa selama ada kesan bahwa Propinsi Papua Barat adalah kawasan yang tertutup bagi wisatawan asing untuk berkunjung.
Beberapa guru yang ditanya oleh wartawan ABC L. Sastra Wijaya mengatakan bahwa, walau Raja Ampat menarik untuk dikunjungi sebagai tempat wisata bagi orang dewasa, dia melihat bahwa tempat itu tidak praktis sebagai tujuan wisata pendidikan bagi murid-murid sekolah dari Australia.
Karang dan kehidupan laut di Raja Ampat, Papua Barat. (Thinkstockphoto)
“Dalam kunjungan murid sekolah dari Australia ke luar negeri, kami tidak akan boleh mengunjungi daerah dimana perjalanan dilakukan lewat laut. Tidak ada asuransi yang mau menanggung murid-murid sekolah yang ingin melakukan perjalanan seperti itu. Jadi menurut saya hal itu tidak mungkin dilakukan.” kata seorang guru.
Guru lainya mencontohkan bahwa sekolahnya pernah ingin mengunjungi Pulau Karakatau di Selat Sunda sebagai bagian dari rencana mereka mengunjungi Indonesia.
“Kami tidak bisa melakukannya, karena untuk mencapai daerah tersebut harus melakukan perjalanan lewat laut.” kata seorang guru lainnya.
PROMOTED CONTENT
Video Pilihan
Wisata Edukasi Di Pulau Sunmalele Atsa Raja Ampat: Menelusuri Jejak Pitara Manusia Purba
Dinding tebing di sebelah timur Pulau Sunmalele Atsa yang menjulang tegak lurus, dari ceruk karang terlihat sebuah gambar telapak tangan yang melekat. seakan melabai dan memberi insyarat “kami pernah ada di sini”. Fenomena jejak pitara manusia purba ini dapat kita saksikan di kawasan Pulau Sunmealele Atsa gugusan kepulaun Misool Raja Ampat.
Gugusan Sunmalele bertabur pulau karang dinding yang terjal, dengan kerumunan tanaman di atas, diapit oleh dua pulau; yaitu Pulau Sunmale Atsa Barat dan Pulau Sumalele Tol di Timur. Terltak tepat di sebala laut Selat Pana-Pana. Memilki perairan yang cukup dalam, sehingga speedboat bisa mencapai tempat seni jejak pitara manusia purba di lokasi Pulau Sunmalele Atsa Raja Ampat.
Untuk mencapai situs jejak pitara manusai purba di Pulau Sunmalele Atsa Raja Ampat
Perahu yang kita tumpangi harus merapat ke tebing. Dari jarak dekat 20 meter gamabar cadas belum terlihat jelas, karena ia tersembunyi di lubang-lubang dinding. Pulau-pulau kecil yang berjarak dekat, meciptakan selat-selat sempit yang sangat kompleks, perjalanan serasa seperti menelusuri gang-gang sempit di kawasan padat rumah penduduk.
Gambar Telapak Tangan Situs Purba Di Pulau Sunmalele Atsa Raja Ampat.
Bila kita perhatikan pada gambar telak tangan, terlihat teknik menggambar seperti stensil, yaitu dengan menempelka telapak tangan, lantas disemburkan warna coklat tembaga. Teknik ini menghasilkan gambar cetak yang serupa dengan obyek. Coretan-coretan cadas ini persis seperti gambar anak-anak yang gemar menggambari dinding rumah. Gambar-gamar yang saling berhimpitan, sepertinya sang pelukis purba menyesuaikan dengan bidang gambar yang tersedia di dinding tebing.
Akibat lantaran tersembunyi dalam lubang-lubang karang, gambar yang beraneka sosok, figur dan bidang ini selamat dari erosi air laut. Namun, ilustrasi yng digambarkan di permukaan tebing yang terbuka, sebagian telah terbasuh aliran air dari atas tebing, banyak gambar terkait sebagain yang turut larut dengan gerusan air.
Di balik keunikan dan keindahan gambar-gambar hasil manusai purba di Pulau Sunmalele Atas Raja Ampat, terciptalah sebuah cerita legenda masyarakat yang menjadi sebuah kisah masyarakat lokal yang berbalut pada kearifan tradisional.
Perjalanan wisata di kawasan kepulauan Raja Ampat, selalu membarikan hal yang baru dengan pengetahuan yang baru. Dengan pelestarian konsep wisata alam kita pun akan mendapatkan sebuah ilmu pengetahuan secara rasional sebagai bagian konsep Wisata Edukasi Di Pulau Sunmalele Atsa Raja Ampat.[]
Jakarta, CNN Indonesia —
—
Raja Ampat memiliki begitu banyak keindahan alam hanya ada hanya #DiIndonesiaAja. Karena itu, kegiatan island hopping atau mengunjungi pulau demi pulau dalam 24 jam saja akan menjadi pengalaman mengesankan.
Berangkat dari ibu kota Waisei, wisatawan jangan sampai lupa membawa surat pernyataan bebas Covid-19. Setelah memastikan kesehatan dan kebersihan diri, silakan mengarah pada Teluk Kabui, yang punya waktu tempuh sekitar 1,5 jam dari Waisai.
Sejak tarikan napas pertama, wisatawan akan dibuat mengagumi aneka karst, seolah menyambut. Menariknya, ada yang diberi nama Batu Pensil, juga Batu Wajah, tergantung imajinasi yang melihatnya. Sebelum menyerukan cinta pada Raja Ampat, kunjungi dulu seni cadas yang berusia ribuan tahun.
“Jadi lukisan di dinding tebing ini sudah cukup lama. Artinya, sesuai dengan cerita orang-orang tua, namanya Marimbeko. Jadi setiap orang yang datang ke sini, walaupun datang dengan hal yang baik, mereka menganggap itu musuh. Sehingga beberapa perahu Marimbeko ini berperang, yang sekarang ada gambar-gambar ini, menandakan sempat membunuh beberapa orang, sampai kepada mereka mengangkat tangan [menyerah],” ungkap Amandus Marindal selaku pemandu Teluk Kabui.
Gambar serupa dalam jumlah kecil juga ditemukan di berbagai lokasi terpisah di kawasan Teluk Kabui. Menurut Amandus, cadas purba juga bisa ditemukan di Pulau Misool yang terpisah 189 km. Satu keunikan lain di tanah Papua adalah bahasa daerah masyarakat Kabui bisa dipahami oleh masyarakat adat Misool.
Dari Teluk Kabui, perjalanan berlanjut ke salah satu spot favorit Raja Ampat, yaitu Piyainemo. Fasilitas penunjang di lokasi ini cukup baik, dengan tangga yang memiliki lebih dari 300 anak tangga, mengantar wisatawan mencapai puncak bukit. Piyainemo memiliki suguhan utama berupa alam luar biasa, menyerupai kepingan surga di ujung laut.
Piyainemo adalah salah satu spot terbaik di Raja Ampat. Keindahan yang menawan hati membuatnya kerap muncul di laman utama Google jike seseorang mencari tahu tentang Raja Ampat.
Tak berhenti di Piyainemo, tujuan berikutnya adalah Telaga Bintang. Untuk menuju Telaga Bintang, pengunjung harus mendaki bukit karst. Tak lama, hanya 10 menit, sebelum wisatawan ternganga oleh pemandangan telaga berbentuk seperti bintang, dikelilingi pepohonan hijau. Air warna toska yang menarik hati akan meyakinkan Anda untuk melakukan aktivitas lebih jauh.
Kano bisa jadi pilihan untuk memuaskan adrenalin pengunjung. Wisatawan yang berwisata #DiIndonesiaAja tidak hanya mendapatkan alam yang luar biasa, namun termasuk wisata edukasi dan sejarah. Perjalanan bisa dilakukan di tengah pandemi, dengan catatan wisatawan harus bertanggung jawab tak hanya atas kebersihan diri, namun juga kelestarian lingkungan.
Jangan lupa membawa peralatan pribadi seperti masker cadangan atau botol minum sendiri. Karena setiap destinasi wisata #DiIndonesiaAja saat ini telah menerapkan protokol kesehatan berbasis CHSE, maka wisatawan pun diminta untuk patuh memakai masker, membawa hand sanitizer, serta menjaga jarak.
[Gambas:Youtube]
(rea/rea)
[Gambas:Video CNN]
Jayapura, CNN Indonesia — Kepulauan Raja Ampat tak hanya memiliki pantai pasir putih, pesona bawah laut, keragaman biota laut, flora dan fauna hutan tropis yang menakjubkan. Destinasi wisata dunia ini juga memiliki pesona lukisan tebing prasejarah (rock art). Rock art adalah wujud seni yang dituangkan pada batuan yang dapat tertuang dalam bentuk lukisan, dengan media tebing karang. Situs lukisan prasejarah di Raja Ampat dapat dijumpai di Teluk Mayalibit, Teluk Kabui, dan kawasan Misool Selatan.
Motif lukisan tergambar pada permukaan dinding tebing karst dekat permukaan air yang mudah digapai dengan tangan. Selain itu lukisan juga terletak pada permukaan dinding tebing yang lebih tinggi. Motif lukisan tebing ini berupa figur manusia, hewan, cap tangan, geometris, fauna bawah air dan peralatan.
Figur manusia digambarkan dalam berbagai posisi, yaitu ‘manusia kangkang’, manusia sedang menari, topeng atau muka manusia, dan antropomorfik. Gambar fauna terdiri atas fauna darat maupun fauna laut seperti kadal, ular, burung, lumba-lumba, ikan, teripang, cumi-cumi, ubur-ubur, udang, kuda laut. Gambar peralatan berupa kapak batu, tombak perahu, busur, panah dan bumerang.
Lukisan tebing umumnya berwarna merah, putih, coklat, kuning dan hitam. Lukisan dibuat dengan kuasan, percikan, corengan, teknik cap sembur negatif dan teknik olesan.
Suatu gambar dibuat untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Rock art merupakan pemuas perasaan tertentu terkait dengan rasa kekhawatiran, rasa cemas, rasa aman dan rasa syukur. Cap-cap tangan yang didominasi oleh warna merah ditafsirkan sebagai cap-cap tangan nenek moyang yang akan selalu memberikan perlindungan kepada keturunannya yang masih hidup. Gambar binatang ditafsirkan merupakan pedoman untuk keberhasilan dalam perburuan binatang. Simbol-simbol manusia dan hiasan geometris merupakan perwujudan alam pikiran yang berkaitan dengan peristiwa tertentu dalam hidup mereka.
Walaupun masih kalah populer dengan pesona pemandangan dari atas bukit Wayag dan Pianemo, situs-situs lukisan tebing prasejarah telah menjadi obyek kunjungan terutama wisatawan asing. Lukisan tebing bersifat unik, langka, rapuh, tidak dapat diperbaharui, tidak bisa digantikan oleh teknologi dan bahan yang sama, dan memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan dan kebudayaan.
Lukisan tebing prasejarah di Raja Ampat sekarang ini memiliki kondisi yang beragam. Sebagian masih terawat dengan baik, namun sebagian lagi sudah mengalami kerusakan akibat faktor alam maupun manusia. Faktor alam berupa pengelupasan, gambar pudar, pelapukan oleh jamur, gulma, uap garam, hujan, panas terik matahari, dan rawan longsor. Aktivitas manusia juga menjadi penyebab meningkatnya kerusakan pada lukisan tebing antara lain vandalisme baik dalam bentuk coretan maupun goresan. Perambahan lahan di sekitar lingkungan situs berupa budidaya mutiara, eksploitasi ikan, jalur pelayaran, serta aktivitas pariwisata.
Upaya pelestarian sangat penting untuk dilakukan demi mencegah kerusakan yang lebih parah dan untuk mempertahankan keberadaannya bagi generasi mendatang. Pelestarian lukisan tebing prasejarah di Raja Ampat menjadi tanggungjawab semua pihak. Menurut Undang Undang No 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, yang dimaksud dengan pelestarian cagar budaya adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan cagar budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya.
Untuk itu diperlukan sosialisasi undang-undang No 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya kepada masyarakat sekitar situs. Memberi pemahaman kepada masyarakat tentang nilai pentingnya situs lukisan. Penetapan kawasan lukisan tebing sebagai cagar budaya oleh bupati Raja Ampat. Meningkatkan peran aktif tokoh adat dan pemuka agama. Pemasangan papan informasi dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris bahwa situs dilindungi undang-undang cagar budaya.
Sosialisasi ke sekolah yaitu lukisan tebing prasejarah dijadikan materi muatan lokal sekolah. Materi muatan lokal sekolah di Raja Ampat selama ini lebih kepada konservasi biota laut. Materi ini sangat sesuai dengan motif-motif lukisan tebing berupa fauna laut, sehingga tinggal penyesuaian materi saja. Fokus pada ragam biota laut Raja Ampat saat ini sudah ada sejak masa prasejarah dan patut dilestarikan baik biota laut yang masih hidup maupun tinggalan lukisan tebing prasejarahnya.
Sosialisasi juga bisa dalam bentuk pameran dan publikasi kepada masyarakat luas. Pameran dapat dilakukan pada event tahunan seperti Festival Bahari Raja Ampat atau pameran pembangunan dalam rangka hari jadi Kabupaten Raja Ampat. Pameran bertujuan untuk membangun apresiasi dan kepedulian masyarakat dari berbagai ilmu, latar belakang, dan usia terhadap pelestarian lukisan tebing prasejarah yang terdapat di Raja Ampat. Selain itu pameran juga untuk membangun rasa memiliki dan kebanggaan masyarakat sehingga muncul kepedulian untuk bersama-sama melestarikan lukisan tebing demi kelangsungannya di masa mendatang.
Eksistensi lukisan tebing prasejarah di masa mendatang sangat tergantung pada apa yang kita lakukan saat ini. Apa yang terjadi sekarang akan berdampak pada keberadaan lukisan tebing di masa depan. Perlindungan adalah upaya mencegah dan menanggulangi dari kerusakan, kehancuran, atau kemusnahan dengan cara penyelamatan, pengamanan dan zonasi, pemeliharaan, dan pemugaran cagar budaya.
Perlindungan terhadap lukisan tebing harus dilakukan terhadap fisik benda dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Pentingnya penelitian tentang cerita-cerita rakyat yang terkait dengan keberadaan lukisan tebing. Menggali kearifan lokal tentang hukum adat, terutama penerapan sasi, yaitu batas wilayah penangkapan ikan secara tradisional. Hal ini bisa sinkronkan dengan batas wilayah konservasi lukisan tebing.
Pemanfaatan adalah pendayagunaan cagar budaya untuk kepentingan sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat dengan tetap mempertahankan kelestariannya. Pariwisata Raja Ampat yang selama ini dikenal berbiaya mahal, hanya orang-orang tertentu yang bisa menikmati surga bawah air dan pesona alam Raja Ampat. Namun kini telah berubah, pariwisata Raja Ampat telah mengarah pada wisata massa, ditandai dengan maraknya pembangunan homestay oleh warga setempat. Perlu moratorium pembangunan homestay, tidak dibolehkan pembangunan homestay di sekitar kawasan lukisan tebing.
Pemanfaatan dapat dilakukan dengan pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatif berkelanjutan yaitu dengan menerapkan wisata minat khusus, bukan wisata massa. Pemberdayaan ekonomi kreatif warga dengan pembuatan noken, batik motif Raja Ampat, tikar pelepah sagu dan kuliner asli setempat. Peningkatan penguasaan bahasa asing warga sebagai pemandu wisata.
Pengembangan adalah peningkatan potensi nilai, informasi, dan promosi cagar budaya serta pemanfaatannya melalui penelitian, revitalisasi dan adaptasi secara berkelanjutan serta tidak bertentangan dengan tujuan pelestarian. Salah satu cara untuk menyelamatkan keberadaan lukisan tebing prasejarah yaitu dengan mengkombinasikan dengan konservasi laut.
Belum seluruh lukisan tebing prasejarah di Raja Ampat telah dilakukan penelitian dan pendokumentasian, sehingga perlu penelitian lanjutan serta perlunya pembuatan peta persebaran lukisan dalam bentuk peta digital. Pemetaan kawasan karst yang di dalamnya terdapat situs-situs lukisan tebing prasejarah dan potensi alam yang ada dapat dijadikan kawasan geopark. Selain itu juga kawasan situs lukisan tebing dipetakan dalam zona rawan bencana.
Keberhasilan konservasi laut di Raja Ampat perlu ditiru. Konservasi ini berupa penerapan larangan menangkap ikan untuk wilayah perairan tertentu, hal ini bisa diterapkan pada kawasan lukisan tebing prasejarah. Situs lukisan tebing dijadikan sebagai kawasan khusus, hanya aktivitas tertentu seperti kunjungan yang terbatas bagi wisatawan. Alternatif lainnya adalah pelestarian in situ, yaitu bentuk pelestarian dengan tetap menjaga keberadaan lukisan tebing di lokasi aslinya, aktivitas hanya diperbolehkan berupa penelitian dan konservasi. Dapat juga dibuat duplikasi lukisan, untuk ditampilkan di area khusus wisata atau museum, situs asli tidak boleh dikunjungi wisatawan.
Untuk wilayah Misool Selatan perlu dibuat jalur lintasan baru untuk kapal penumpang arah Seram, agar kapal besar tidak boleh melintas di kawasan lukisan tebing prasejarah. Selain itu speed boat wisatawan atau perahu masyarakat perlu ditertibkan agar tidak ditambatkan pada situs lukisan tebing.
Hari Suroto
Arkeolog di Papua
— Kepulauan Raja Ampat tak hanya memiliki pantai pasir putih, pesona bawah laut, keragaman biota laut, flora dan fauna hutan tropis yang menakjubkan. Destinasi wisata dunia ini juga memiliki pesona lukisan tebing prasejarah (rock art). Rock art adalah wujud seni yang dituangkan pada batuan yang dapat tertuang dalam bentuk lukisan, dengan media tebing karang. Situs lukisan prasejarah di Raja Ampat dapat dijumpai di Teluk Mayalibit, Teluk Kabui, dan kawasan Misool Selatan.Motif lukisan tergambar pada permukaan dinding tebing karst dekat permukaan air yang mudah digapai dengan tangan. Selain itu lukisan juga terletak pada permukaan dinding tebing yang lebih tinggi. Motif lukisan tebing ini berupa figur manusia, hewan, cap tangan, geometris, fauna bawah air dan peralatan.Figur manusia digambarkan dalam berbagai posisi, yaitu ‘manusia kangkang’, manusia sedang menari, topeng atau muka manusia, dan antropomorfik. Gambar fauna terdiri atas fauna darat maupun fauna laut seperti kadal, ular, burung, lumba-lumba, ikan, teripang, cumi-cumi, ubur-ubur, udang, kuda laut. Gambar peralatan berupa kapak batu, tombak perahu, busur, panah dan bumerang.Lukisan tebing umumnya berwarna merah, putih, coklat, kuning dan hitam. Lukisan dibuat dengan kuasan, percikan, corengan, teknik cap sembur negatif dan teknik olesan.Suatu gambar dibuat untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Rock art merupakan pemuas perasaan tertentu terkait dengan rasa kekhawatiran, rasa cemas, rasa aman dan rasa syukur. Cap-cap tangan yang didominasi oleh warna merah ditafsirkan sebagai cap-cap tangan nenek moyang yang akan selalu memberikan perlindungan kepada keturunannya yang masih hidup. Gambar binatang ditafsirkan merupakan pedoman untuk keberhasilan dalam perburuan binatang. Simbol-simbol manusia dan hiasan geometris merupakan perwujudan alam pikiran yang berkaitan dengan peristiwa tertentu dalam hidup mereka.Walaupun masih kalah populer dengan pesona pemandangan dari atas bukit Wayag dan Pianemo, situs-situs lukisan tebing prasejarah telah menjadi obyek kunjungan terutama wisatawan asing. Lukisan tebing bersifat unik, langka, rapuh, tidak dapat diperbaharui, tidak bisa digantikan oleh teknologi dan bahan yang sama, dan memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan dan kebudayaan.Lukisan tebing prasejarah di Raja Ampat sekarang ini memiliki kondisi yang beragam. Sebagian masih terawat dengan baik, namun sebagian lagi sudah mengalami kerusakan akibat faktor alam maupun manusia. Faktor alam berupa pengelupasan, gambar pudar, pelapukan oleh jamur, gulma, uap garam, hujan, panas terik matahari, dan rawan longsor. Aktivitas manusia juga menjadi penyebab meningkatnya kerusakan pada lukisan tebing antara lain vandalisme baik dalam bentuk coretan maupun goresan. Perambahan lahan di sekitar lingkungan situs berupa budidaya mutiara, eksploitasi ikan, jalur pelayaran, serta aktivitas pariwisata.Upaya pelestarian sangat penting untuk dilakukan demi mencegah kerusakan yang lebih parah dan untuk mempertahankan keberadaannya bagi generasi mendatang. Pelestarian lukisan tebing prasejarah di Raja Ampat menjadi tanggungjawab semua pihak. Menurut Undang Undang No 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, yang dimaksud dengan pelestarian cagar budaya adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan cagar budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya.Untuk itu diperlukan sosialisasi undang-undang No 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya kepada masyarakat sekitar situs. Memberi pemahaman kepada masyarakat tentang nilai pentingnya situs lukisan. Penetapan kawasan lukisan tebing sebagai cagar budaya oleh bupati Raja Ampat. Meningkatkan peran aktif tokoh adat dan pemuka agama. Pemasangan papan informasi dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris bahwa situs dilindungi undang-undang cagar budaya.Sosialisasi ke sekolah yaitu lukisan tebing prasejarah dijadikan materi muatan lokal sekolah. Materi muatan lokal sekolah di Raja Ampat selama ini lebih kepada konservasi biota laut. Materi ini sangat sesuai dengan motif-motif lukisan tebing berupa fauna laut, sehingga tinggal penyesuaian materi saja. Fokus pada ragam biota laut Raja Ampat saat ini sudah ada sejak masa prasejarah dan patut dilestarikan baik biota laut yang masih hidup maupun tinggalan lukisan tebing prasejarahnya.Sosialisasi juga bisa dalam bentuk pameran dan publikasi kepada masyarakat luas. Pameran dapat dilakukan pada event tahunan seperti Festival Bahari Raja Ampat atau pameran pembangunan dalam rangka hari jadi Kabupaten Raja Ampat. Pameran bertujuan untuk membangun apresiasi dan kepedulian masyarakat dari berbagai ilmu, latar belakang, dan usia terhadap pelestarian lukisan tebing prasejarah yang terdapat di Raja Ampat. Selain itu pameran juga untuk membangun rasa memiliki dan kebanggaan masyarakat sehingga muncul kepedulian untuk bersama-sama melestarikan lukisan tebing demi kelangsungannya di masa mendatang.Eksistensi lukisan tebing prasejarah di masa mendatang sangat tergantung pada apa yang kita lakukan saat ini. Apa yang terjadi sekarang akan berdampak pada keberadaan lukisan tebing di masa depan. Perlindungan adalah upaya mencegah dan menanggulangi dari kerusakan, kehancuran, atau kemusnahan dengan cara penyelamatan, pengamanan dan zonasi, pemeliharaan, dan pemugaran cagar budaya.Perlindungan terhadap lukisan tebing harus dilakukan terhadap fisik benda dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Pentingnya penelitian tentang cerita-cerita rakyat yang terkait dengan keberadaan lukisan tebing. Menggali kearifan lokal tentang hukum adat, terutama penerapan sasi, yaitu batas wilayah penangkapan ikan secara tradisional. Hal ini bisa sinkronkan dengan batas wilayah konservasi lukisan tebing.Pemanfaatan adalah pendayagunaan cagar budaya untuk kepentingan sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat dengan tetap mempertahankan kelestariannya. Pariwisata Raja Ampat yang selama ini dikenal berbiaya mahal, hanya orang-orang tertentu yang bisa menikmati surga bawah air dan pesona alam Raja Ampat. Namun kini telah berubah, pariwisata Raja Ampat telah mengarah pada wisata massa, ditandai dengan maraknya pembangunan homestay oleh warga setempat. Perlu moratorium pembangunan homestay, tidak dibolehkan pembangunan homestay di sekitar kawasan lukisan tebing.Pemanfaatan dapat dilakukan dengan pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatif berkelanjutan yaitu dengan menerapkan wisata minat khusus, bukan wisata massa. Pemberdayaan ekonomi kreatif warga dengan pembuatan noken, batik motif Raja Ampat, tikar pelepah sagu dan kuliner asli setempat. Peningkatan penguasaan bahasa asing warga sebagai pemandu wisata.Pengembangan adalah peningkatan potensi nilai, informasi, dan promosi cagar budaya serta pemanfaatannya melalui penelitian, revitalisasi dan adaptasi secara berkelanjutan serta tidak bertentangan dengan tujuan pelestarian. Salah satu cara untuk menyelamatkan keberadaan lukisan tebing prasejarah yaitu dengan mengkombinasikan dengan konservasi laut.Belum seluruh lukisan tebing prasejarah di Raja Ampat telah dilakukan penelitian dan pendokumentasian, sehingga perlu penelitian lanjutan serta perlunya pembuatan peta persebaran lukisan dalam bentuk peta digital. Pemetaan kawasan karst yang di dalamnya terdapat situs-situs lukisan tebing prasejarah dan potensi alam yang ada dapat dijadikan kawasan geopark. Selain itu juga kawasan situs lukisan tebing dipetakan dalam zona rawan bencana.Keberhasilan konservasi laut di Raja Ampat perlu ditiru. Konservasi ini berupa penerapan larangan menangkap ikan untuk wilayah perairan tertentu, hal ini bisa diterapkan pada kawasan lukisan tebing prasejarah. Situs lukisan tebing dijadikan sebagai kawasan khusus, hanya aktivitas tertentu seperti kunjungan yang terbatas bagi wisatawan. Alternatif lainnya adalah pelestarian in situ, yaitu bentuk pelestarian dengan tetap menjaga keberadaan lukisan tebing di lokasi aslinya, aktivitas hanya diperbolehkan berupa penelitian dan konservasi. Dapat juga dibuat duplikasi lukisan, untuk ditampilkan di area khusus wisata atau museum, situs asli tidak boleh dikunjungi wisatawan.Untuk wilayah Misool Selatan perlu dibuat jalur lintasan baru untuk kapal penumpang arah Seram, agar kapal besar tidak boleh melintas di kawasan lukisan tebing prasejarah. Selain itu speed boat wisatawan atau perahu masyarakat perlu ditertibkan agar tidak ditambatkan pada situs lukisan tebing.Hari SurotoArkeolog di Papua