Wisata edukasi rumah belajar kita

Gundana

 

 Oleh :IRIANY

 GURU  SMAN 2 Kota Ternate, Lead Organizer PGRI,Pengurus PGRI Provinsi Maluku Utara

        Manusia dan alam ternyata dapat menjadi sahabat dan guru yang saling bersimbiosis serta mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang sangat mumpuni. Kita bisa belajar dari matahari, bulan , bintang,air, tanah, udara, hewan, tumbuhan dan lain-lain. Sebagai contoh  mari kita amati matahari. Matahari  selalu terbit dari timur dan terbenam di sebelah barat. Matahari menyimpan banyak energi bagi kehidupan manusia  namun Matahari juga begitu aksiomatik; teratur dan disiplin.

             Namun sayang fenomena alam sebagai ilmu praktis ini belum diterapkan secara baik dalam iklim budaya dan karakter bangsa yang menjadi sorotan tajam masyarakat akhir-akhir ini. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak, wawancara, dialog, dan gelar wicara di media elektronik. Persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang konsumtif, kehidupn politik yang tidak produktif, dan  sebagainya.  Sehingga nilai-nilai yang tumbuh dalam berkehidupan berbangsa kita  menjadi timpang antara harapan dan kenyataan.

         Pendidikan merupakan upaya mendewasakan seseorang. Dalam proses pendidikan ini bukan hanya bagaimana cara untuk memperoleh pengetahuan. Namun, pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan pemahaman, sikap, dan keterampilan serta perkembangan diri anak dalam wujud karakter yang baik.

Pendidikan  yang baik itu seharusnya dapat mengantar peserta didiknya dapat berdiri sendiri (zelfstandig), tidak tergantung kepada orang lain (onafhankelijk), dan dapat mengatur  diri sendiri (vrijheid, zelfbeschikking) (Ki Hadjar Dewantara, 1977: 4 dalam M.Nur Wangid,(2009). Jadi pendidikan seharusnya  memperhatikan keseimbangan cipta, rasa, dan karsa bukan hanya transfer Knowledge saja tetapi sekaligus pendidikan merupakan transfer nilai atau transfer Value.

Pendidikan karakter dapat dilakukan secara terintegrasi  di dalam proses pembelajaran melalui pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung  di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran.    Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Karakter menurut kamus dalam pusat bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat,  tabiat, temperamen, watak”. Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal  yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).

Generasi pendidikan abad 21 merupakan generasi  era milenial. Ciri-ciri generasi ini adalah mereka bersekolah dengan  waktu yang terbatas, mempunyai gaya  hidup Happyness , suka traveling , mandiri, fashionable, suka berkolaborasi, serta menguasai teknologi digital. Banyak fakta di lapangan yang mengindikasikan siswa zaman sekarang memiliki gaya belajar yang berbeda. Tidak sedikit dari mereka yang merasa boring sementara gurunya mengajar di kelas. Ujung-ujungnya mereka meminta izin keluar dan tak pernah kembali alias bolos dan mengunjungi dunia mereka yang menurutnya lebih menantang daripada kelas dan guru mereka yang membosankan.

Untuk menyiapkan  kemampuan atau kompetensi peserta didik di era milenial  ini maka tanggung-jawab guru semakin bertambah berat. Guru di era abad milenial ini harus seanntiasa inovatif dan kreatif dalam mendesain  proses pembelajaran di sekolah. Salah satu proses pembelajaran yang digunakan untuk mencapai kompetensi diatas adalah melalui pembelajaran diluar kelas (Out Door).

Pembelajaran di luar kelas atau out door merupakan cara mengajar guru dengan jalan membimbing siswa di lapangan atau pembelajaran yang menggunakan sumber belajar berupa alam sekitar dan bisa memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami sendiri , kemudian mentransfer pengetahuan berdasarkan pengalaman yang dimiliki, diterjemahkan dan dikembangkan berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Pembelajaran out door merupakan proses mengasah aktivitas fisik dan social (kerja sama) serta kemampuan berkreasi.

BACA JUGA:   Pemandian air panas jepang onsen

Pembelajaran Out door  juga metode  untuk   meningkatkan kapasitas belajar anak. Anak dapat belajar secara lebih mendalam melalui objek-objek yang dihadapi dari pada jika belajar di dalam kelas yang memiliki banyak keterbatasan. Lebih lanjut, belajar di luar kelas dapat menolong anak untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki. Selain itu, pembelajaran di luar kelas lebih menantang bagi siswa dan menjembatani antara teori di dalam buku dan kenyataan yang ada di lapangan. Kualitas pembelajaran dalam situasi yang nyata akan memberikan peningkatan kapasitas pencapaian belajar melalui objek yang dipelajari serta dapat membangun ketrampilan sosial dan personal yang lebih baik. Pembelajaran out door dapat dilakukan kapan pun sesuai dengan rancangan program yang dibuat oleh guru. Pembelajaran out door dapat dilakukan waktu pembelajaran  normal,  sebelum  kegiatan  pembelajaran  di sekolah  atau  sesudahnya,  dan  saat-saat liburan sekolah.

Berbagai lokasi dapat digunakan untuk pembelajaran outdoor antara lain Lingkungan di sekitar sekolah dan di luar sekolah. Lingkungan sekolah kaya akan sumber belajar yang dapat dilakukan secara formal maupun non formal. Sedangkan Lingkungan sekitar di luar sekolah memperkaya kurikulum. Berbagai lingkungan yang dapat digunakan untuk sumber belajar antara lain persawahan, taman, kebun binatang, museum, kerja proyek, dsb. Pembelajaran di luar kelas  dapat menggunakan  tiga pendekatan pembelajaran yaitu : (1) Studi lapangan atau kunjungan lapangan; (2) Pendidikan menjelajah lingkungan;(3)Sekolah proyek komunitas.

1.Pendekatan Studi lapangan

Studi lapangan merupakan salah satu bentuk pembelajaran outdoor dimana terjadi kegiatan observasi untuk mengungkap fakta–fakta guna memperoleh data dengan cara terjun langsung ke lapangan. Belajar dengan menggunakan lingkungan memungkinkan siswa menemukan hubungan yang sangat bermakna antara ide-ide abstrak dan penerapan praktis  di dalam konteks dunia nyata. Bangkitnya motivasi belajar intrinsik sangat dipengaruhi oleh motivasi ekstrinsik yaitu lingkungan. Konsep dipahami melalui proses penemuan pemberdayaan dan hubungan.

Aktivitas ini akan melahirkan proses komunikasi, pemecahan masalah, kreativitas, pengambilan keputusan, saling memahami dan menghargai perbedaan.Melalui kegiatan studi lapangan siswa akan memiliki pengalaman belajar yang tinggi karena berinteraksi dengan konsep secara langsung. Selain itu, siswa dapat belajar lebih dalam dengan kegiatan lapangan daripada belajar secara tekstual melalui buku-buku. Hal ini disebabkan berbagai fenomena nyata yang tidak terdapat di dalam buku dapat diamati secara langsung.

2.Pendekatan Pembelajaran Menjelajah Lingkungan (PML)

Pendekatan pembelajaran dengan cara menjelajah lingkungan bisa dilakukan pada mata pelajaran Kimia atau mata pelajaran sains. Sumber belajar siswa adalah alam sekitar siswa yakni : lingkungan di sekitar siswa, dapat berupa lingkungan alam, sosial, budaya, agama, dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran yang dirancang dengan menerapkan pendekatan ini , siswa diajak untuk mengenal obyek, mengenal gejala dan permasalahannya, serta menelaah dan menemukan kesimpulan atau konsep tentang hal yang dipelajari. Dengan pendekatan pembelajaran ini siswa akan memperoleh pengalaman langsung dan nyata dan digunakan sebagai proses asimilasi dalam pemahaman konsep siswa nanti.

Dalam pembelajaran ini ada kegiatan observasi suatu objek sehingga semua potensi siswa akan dicurahkan untuk mencari tahu dan memberikan alasan mengapa dan bagaimana? Pembelajaran dengan jelajah lingkungan akan memberikan dampak yang positif bagi siswa diantaranya adalah: sikap, kepercayaan dan persepsi diri yang lebih baik. Selain itu pembelajaran dengan jelajah lingkungan dapat meningkatkan keterampilan sosial, kerjasama, dan komunikasi yang lebih baik. Karakter yang dapat dikembangkan di sini adalah peduli lingkungan, kerja sama, mandiri , integritas serta cinta tanah air.

Kegiatan pembelajaran ini melibatkan aktivitas fisik peserta didik yang sangat tinggi dan membuka kesempatan berkomunikasi seluas-luasnya bersama orang lain sehingga siswa dapat membangun olah raga (psikomotorik) dan olah rasa (afektif) secara baik. Pembelajaran jelajah lingkungan sekitar juga mengembangkan anak untuk belajar keamanan dan pemantauan karena belajar dalam situasi yang baru dan resiko yang lebih tinggi, mengembangkan kreativitas dan kemampuan menyelesaikan masalah, meningkatkan daya imajinasi, penemuan dan kemampuan nalar siswa. Memberi kesempatan siswa untuk kontak langsung dengan dunia nyata dan member suatu pengalaman yang unik yang tidak ditemukan di dalam kelas atau secara buku teks

BACA JUGA:   Gedung oval taman pintar yogyakarta

Pembelajaran Menjelajah Lingkungan mempunyai ciri-ciri. Ciri pertama, adalah PML memiliki kegiatan eksplorasi sehingga metode yang sering digunakan adalah discovery dan inquiry. Semenatara itu obyek yang dipelajari adalah lingkungan sekitar siswa. Kegiatan ini mengajak peserta didik aktif mengeksplorasi lingkungan sekitarnya untuk mencapai kecakapan kognitif afektif, dan psikomotornya sehingga memiliki penguasaan ilmu dan keterampilan. Ciri kedua adalah peserta didik melakukan pembelajaran dengan mengutamakan sikap ilmiah dengan pendekatan Scientific Aproach (pendekatan proses sains). Ciri ketiga adalah ada laporan untuk dikomunikasikan baik secara lisan, tulisan, gambar, foto atau audiovisual. Ciri keempat kegiatan pembelajarannya dirancang menyenangkan sehingga menimbulkan minat untuk belajar lebih lanjut. Lingkungan belajar diluar kelas sangat bervariasi dan luas. Untuk itu perlu dilakukan pemilihan tempat sehingga pembelajaran menjelajah lingkungan dapat memperoleh hasil yang optimal.

Pembelajaran PML ini sangat membutuhkan peran guru yang sangat efektif dalam mengelola pembelajaran ini. Hal ini dilakukan agar guru dapat mengelola dan mengenali serta menaksir resiko sehingga dapat membatasi pengalaman siswa yang akan diperoleh. Guru aktif untuk menentukan tempat yang akan digunakan untuk studi. Anak-anak memiliki keterlibatan dalam kelancaran pembelajaran di luar kelas. Jadi guru dapat bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan evaluator yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar dan aktif dalam pembelajaran.

3.Pendekatan Sekolah berbasis Proyek Komunitas

Pembelajaran berbasis proyek merupakan kegiatan pembelajaran dengan kegiatan-kegiatan yang kompleks.   Fokus pembelajaran ini terletak pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari suatu disiplin studi. Pembelajaran Berbasis Proyek melibatkan tantangan-tantangan kehidupan nyata, berfokus pada pertanyaan atau masalah otentik (bukan simulatif), dan pemecahannya berpotensi untuk diterapkan di lapangan yang sesungguhnya.

Proyek dapat mereduksi kompetisi di dalam kelas dan mengarahkan peserta didik agar lebih kolaboratif daripada kerja sendiri-sendiri. Proyek juga dapat menggeser fokus pembelajaran dari mengingat fakta ke eksplorasi ide. Oleh karena itu, di dalam Pembelajaran Berbasis Proyek, guru atau instruktur tidak lebih aktif dan melatih secara langsung, namun menjadi pendamping, fasilitator, dan memahami pikiran peserta didik.

Pembelajaran berbasis proyek melibatkan siswa dalam kegiatan investigasi dan pemecahan masalah secara otonom, serta dapat mengkonstruksi konsep mereka sendiri. Guru dapat mengajukan penilaiaan kinerja sedangkan  produk menjadi unggulan dalam proses pembelajaran ini.

Secara umum pebelajar melakukan kegiatan: mengorganisasi kegiatan belajar kelompok mereka, melakukan pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah, dan mensintesis informasi. Proyek seringkali bersifat interdisipliner.

Terdapat dua hal yang berkembang pada diri siswa selama pembelajaran berbasis proyek yaitu pengetahuan dan teknologi. Selain itu karakter yang dapat dikembangkan dalam pendekatan pembelajaran ini yaitu : percaya diri, jujur, kerja keras, gotong-royong, berkomunikasi, serta disiplin. Melalui pembelajaran ini siswa akan ditantang untuk menyelesaikan masalah secara komprehensif melalui proyek yang direncanakannya dan menjadi bagian dari masyarakat itu sendiri.

  Jenis-Jenis Aktivitas Belajar di Luar Kelas

Jenis-jenis aktivitas belajar di luar kelas dapat dilaksanakan dengan berbagai bentuk aktivitas yaitu :

Pertama, Visual Activities yakni berupa membaca, menggambar objek, memperhatikan demonstrasi dan lain-lain. Kedua, Oral Activities, merupakan aktivitas berbicara misalnya : mengadakan wawancara, diskusi, bertanya , menyatakan dan lain-lain; Ketiga, Listening Activities misalnya kegiatan membaca puisi, menyanyi, memainkan music dan lain-lain; dan yang keempat adalah Writing Activities yaitu kegiatan menulis ; contoh : membuat laporan praktikum, membuat laporan deskripsi tentang kunjungan terhadap objek  sejarah, menulis esai atau menulis yang relevan .

Selanjutnya aktivitas belajar siswa di luar kelas ini dapat dilakukan dengan cara : Penugasan, Tanya jawab, Bermain, Observasi , Dokumentasi atau game dan Quiz. Berikut kita akan membahas tentang Skenario Pembelajaran untuk Pembelajaran di Luar Kelas atau Out Door.

  1. Pembelajaran Berbasis Proyek

Secara umum lima langkah utama penerapan pembelajaran berbasis proyek yaitu: 1. Menetapkan tema proyek.Tema proyek hendaknya memenuhi indikator-indikator berikut: (a) memuat gagasan umum dan srisinil, (b) penting dan menarik, (c) mendeskripsikan masalah kompleks, (d) mencerminkan hubungan berbagai gagasan, (e) mengutamakan pemecahan masalah ill defined.

  1. Menetapkan konteks belajar.
BACA JUGA:   Taman yang bagus untuk keluarga

Konteks belajar hendaknya memenuhi indikatorindikator berikut: (a) Pertanyaan-pertanyaan proyek mempersoalkan masalah dunia nyata, (b) mengutamakan otonomi siswa, (c) Melakukan inquiry dalam konteks masyarakat, (d) Siswa mampu mengelola waktu secara efektif dan efesien, (e) Siswa belajar penuh dengan kontrol diri, (f) Mensimulasikan kerja secara profesional

  1. Merencanakan aktivitas-aktivitas.

Pengalaman belajar terkait dengan merencanakan proyek adalah sebagai berikut: (a) membaca,(b) meneliti, (c) observasi, (d) wawancara, (e) merekam, (f) mengunjungi obyek yang berkaitan dengan proyek, (g) akses internet.

  1. Memroses aktivitas-aktivitas.

Indikator-indikator memeroses aktivitas meliputi antara lain: (a) membuat sketsa, (b) melukiskan analisa, (c) menghitung , (d) mengeneralisasi, serta (e) mengembangkan prototipe.

  1. Penerapan aktivitas-aktivitas untuk menyelesaikan proyek.

Langkah-langkah yang dilakukan, adalah: (a) mencoba mengerjakan proyek berdasarkan sketsa,(b) menguji langkah-langkah yang telah dikerjakan dan hasil yang diperoleh, (c) mengevaluasi hasil yang telah diperoleh, (4) merevisi hasil yang telah diperoleh, (d)melakukan daur ulang proyek yang lain, (e) mengklasifikasi hasil terbaik.

b.Pembelajaran Menjelajah Lingkungan dan Studi Lapangan 

  Rencana persiapan pelaksanaan pembelajaran pada pembelajaran di Luar kelas yakni :

  1. Memasang papan tulis di lingkungan atau di lapangan
  2. Melakukan kerja dalam kelompok
  3. Melakukan kunjungan ke objek-objek wisata sebagai daya tarik siswa untuk belajar
  4. Membuat Quiz atau Game
  5. Guru harus membuat Guid learning untuk studi lapangan
  6. Mengecek dan menyiapkan alat dan bahan pembelajaran
  7. Membentuk panitia kecil untuk studi lapangan
  8. Membuat surat ijin dari kepala sekolah agar urusan administrasi tidak menghambat kegiatan pembelajaran
  9. Memperhatikan keanekaragaman sumber belajar contoh : pohon, herba, rumput dan lain-lain.

Untuk merancang scenario pembeajaran dengan pendekatan pembelajaran ini maka harus memperhatikan langkah-langkah pembelajaran berikut :

  1. Guru mengajak siswa ke luar kelas
  2. Guru memberi salam dan motivasi
  3. Guru membagi siswa dalam kelompok
  4. Guru membagi LKS atau mengecek persiapan alat dan bahan yang dibawa
  5. Guru menjelaskan cara melaksanakan tugas dalam kelompok
  6. Guru membagi isian format Observasi kepada siswa
  7. Guru mengawasi jalannya kegiatan pembelajaran
  8. Guru meminta siswa disiplin dan bekerja sesuai komitmen yang sudah disepakati
  9. Siswa memberikan laporan sementara
  10. Guru memandu diskusi
  11. Guru memberikan penilaian
  12. Guru memberikan Quiz atau Game agar pembelajaran tidak monoton

Kelebihan Pembelajaran Luar Kelas

Pembelajaran di luar kelas dapat dijadikan sebagai  proses pembelajaran yang inovatif karena memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut :

  1. Dapat mengubah presepsi siswa tentang pembelajaran yang monoton di kelas
  2. Membuka wawasan siswa mengenai bagaimana membangun pengetahuan dengan permasalahan yang nyata
  3. Menambah wawasan siswa dan langsung di praktekkan di lapangan
  4. Membangun kreativitas siswa
  5. Membangun semangat solidaritas dalam kelompok
  6. Membangun komunikasi antar siswa
  7. Siswa dapat memecahkan masalah sesuai dengan permasalahan nyata
  8. Siswa dapat belajar sambil berkreasi                                                            Kekurangan Pembelajaran Luar kelas

Selain kelebihan pembelajaran di luar kelas yang telah kita ketahui, untuk menyiapkan guide learning yang baik maka penting bagi seorang guru untuk mengetahui beberapa kelemahan  pembelajaran di luar kelas antara lain :

  1. Siswa akan kurang konsentrasi karena  keterbatasan guru untuk mengontrol jalannya proses pembelajaran.
  2. Pengelolaan siswa akan lebih sulit terkondisi
  3. Memerlukan banyak waktu
  4. Penguatan konsep kadang terkontaminasi oleh siswa lain
  5. Memerlukan biaya lebih
  6. Guru harus lebih intensif membimbing siswa
  7. Akan muncul minat belajar yang semu

Pembelajaran luar kelas dapat membangun karakter peserta didik melalui pengalaman belajar langsung dan konteks yang nyata. Agar proses pembelajaran ini dapat berjalan efektif maka dibutuhkan guru professional yang mau mengajarkan ilmu yang bermanfaat  kepada peserta didiknya dengan hati dan rasa cinta. Kita dapat membingkai sekolah berkarakter sebagai tempat belajar yang menantang namun menyenangkan bagi peserta didik.

 

 

 

Also Read

Bagikan: