Denpasar –
Bali tengah bersiap menjadi tuan rumah dalam penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi The Groups of Twenty (KTT-G20). Salah satu persiapan yang dilakukan yakni menentukan lokasi kunjungan bagi para delegasi G20 di desa wisata.
Forum Komunikasi Desa Wisata (Forkom Dewi) Bali telah mengusulkan sebanyak 11 desa wisata di Pulau Dewata untuk menjadi lokasi kunjungan delegasi G20.
Salah satunya yakni Tempat Belajar Anak (TeBA) Majalangu yang berada di Desa Kesiman Kertalangu, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar.
Tempat wisata TeBA Majalangu mempunyai misi berupa edukasi pertanian, khususnya subak serta edukasi pertanian secara umum, baik lahan basah maupun lahan kering.
“Misi kami kan edukasi sebenarnya. Edukasi subak dan edukasi sejarah, sejarah desa kami di sini,” kata Pemandu Wisata TeBA Majalangu I Ketut Losen kepada detikBali.
Losen menuturkan, wisatawan yang hendak berwisata edukasi di TeBA Majalangu masuk melalui lokasi parkir di Desa Budaya Kertalangu yang berada di Jalan Bypass Ngurah Rai.
Usai wisatawan parkir di sana, mereka diajak berjalan hingga ke belakang melewati tracking di areal persawahan.
“Edukasi subaknya di situ langsung di alam. Apa itu subak selengkapnya kami jelaskan dengan limit waktu. Sampai di sini (TeBA Majalangu) dari parkir depan sampai di sini penjelasannya selesai,” terangnya.
Pihak pengelola mempunyai dua program dalam memberikan edukasi wisata subak. Pertama diperuntukkan bagi siswa taman kanak-kanak (TK) hingga sekolah dasar (SD). Melalui program ini, tracking dilakukan dengan mengambil jalur yang lebih pendek dan penjelasan secara singkat.
“Karena mereka kan penjelasannya juga dipersingkat. Karena kalau detail juga dia endak nangkap karena stratanya seperti itu,” ungkap Losen yang juga Pekaseh (Ketua) Subak Padanggak itu.
Kemudian pada program kedua diperuntukan bagi wisatawan dewasa. Edukasi dilakukan dengan mencari jalur tracking yang panjang atau penuh. Tujuannya untuk memperpanjang waktu sehingga materi mengenai subak dan pertanian bisa disampaikan secara maksimal.
“Seperti kemarin ada studi banding dari Desa Baha, dari Klungkung juga pernah studi visit. Itu kami ambil jalur trekkingnya yang full sampai ke selatan sehingga materi subak itu bisa disampaikan semaksimal mungkin,” ungkap Losen.
Namun kedua program itu khusus diperuntukkan bagi edukasi subak yang dilaksanakan langsung di tengah areal persawahan. Sementara untuk di dalam areal TeBA Majalangu, terdapat edukasi lain yakni berupa sejarah dan edukasi pertanian.
Edukasi pertanian yang diberikan yakni berupa lahan basah dan lahan kering. Lahan yang dipakai untuk edukasi bagi para wisatawan sudah dipersiapkan oleh pihak pengelola TeBA Majalangu.
“Selalu kami siapkan yang siap tanam, siap olah, sudah diolah. Kalau lahan basah sama juga yang seperti itu, yang setengah jadi nanti diolah sampai jadi dan nanam,” ujar Losen.
Losen mengatakan, para wisatawan yang berkunjung ke Teba Majalangu tentu dapat memilih edukasi pertanian sesuai jenis yang diinginkan. Jika mereka menginginkan edukasi subak melewati jalur trekking, maka harus masuk lewat barat melalui Desa Budaya Kertalangu di Jalan Bypass Ngurah Rai.
Namun jika hanya ingin menikmati edukasi pertanian lahan kering dan basah, wisatawan dapat masuk dari pintu sebelah timur melalui jalan Baking I, Denpasar.
Bila wisatawan ingin mendapatkan edukasi pertanian di lahan kering atau basah, pembelajaran yang didapatkan sangat spesifik hingga ke jenis tanaman yang ingin dibudidayakan.
“Spesifiknya mengerucut sekali, dia (edukasi) pertanian, kemudian setelah pertanian (secara umum), kemudian mengerucut lagi (ke) lahan basah atau lahan kering. Katakanlah lahan kering, nanti mengerucut lagi, temanya tanaman apa,” jelasnya
“Seperti kemarin kita (edukasi) empon-empon. Mengerucut dia ke empon-empon, bagaimana bercocok tanam empon-empon dari awal sampai akhir,” tambah Losen.
Awal Berdiri
Losen menuturkan, wisata edukasi pertanian TeBA Majalangu baru berdiri selama setahun, tepatnya pada 28 Maret 2021 lalu. Pihaknya baru merayakan ulang tahun wisata edukasi pertanian TeBA Majalangu yang pertama pada 28 Maret 2022 belum lama ini.
“Sudah setahun (TeBA Majalangu berdiri), kami sudah dua bulan lalu menyelenggarakan ulang tahun yang pertama. Jadi di soft opening 28 Maret tahun lalu sehingga 28 Maret yang baru lewat ini kami ulang tahun yang pertama,” ungkapnya.
Berdirinya tempat wisata edukasi pertanian TeBA Majalangu tidak terlepas dari tuntutan inovasi dari pemerintah pusat terhadap kepala desa. Sebab, desa kini mendapatkan dana dari pusat sehingga kepala desa dituntut untuk berinovasi.
Inovasi yang ditelurkan kepala desa harus mencakup berbagai aspek, baik jangka pendek, menangah dan panjang. Secara jangka panjang, desa diharapkan bisa menghidupi diri sendiri atau menghasilkan pendapatan asli desa (PAD) sendiri.
“Kalau di desa-desa kan ada BUMDes. Kalau BUMDes kan unit-unit lagi banyak, ada unit toko, ada yang punya unit simpan-pinjam. Pokoknya harus sebanyak-banyaknya punya unit. Jadi kepala desa harus benar-benar cemerlang dia,” jelas Losen.
Oleh sebab itu, Kepala Desa Kesiman Kertalangu salah satunya menelurkan inovasi wisata alam. Sayangnya, wisata alam sudah banyak di Bali, baik yang sudah berjalan maupun sedang dibangun. Karena itu, kepala Desa Kesiman Kertalangu membangun wisata alam dengan konsep edukasi.
“Kalau dia (kepala desa inovasinya) nyeberang sedikit, (membuat wisata alam sebagai) tempat belajar (atau) edukasi. Kalau edukasi baru satu, di Bali baru ini saja. Kalau wisata alam, trekking, susur sungai itu sudah banyak sekali dan sudah banyak yang mulai tidak laku karena persaingannya banyak,” papar Losen.
Simak Video “
Desa Wisata Penglipuran Bali Bersiap Sambut Delegasi G20
“
[Gambas:Video 20detik]
(kws/kws)
Dengan misi yang sangat baik ini untuk mengembangkan pengetahuan anak, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tim II Universitas Diponegoro bersama dengan Desa Kesiman Kertalangu bekerja sama memajukan wisata edukasi subak dengan melakukan promosi melalui brosur serta video profil tempat wisata yang dibuat. Video dan brosur tersebut berisikan deskripsi TeBA, gambaran kegiatan yang dapat dilakukan oleh pengunjung, dan juga daftar harga tiap kegiatan dimana target penyebaran brosur adalah sekolah-sekolah sedangkan target penyebaran video adalah masyarakat luas. Dengan kerjasama pembuatan video dan brosur ini diharapkan semakin banyak masyarakat yang mengetahui keberadaan Wisata Edukasi Subak TeBA Majalangu serta meningkatkan pengalaman, keterampilan, dan juga pemahaman mengenai lingkungan alam, utamanya kearifan lokal Bali yakni Subak.
Desa Kesiman kertalangu terletak di wilayah kecamatan Denpasar Timur, sekitar 15 km timur dari pusat kota Denpasar. Untuk terwujudnya Visi Desa Kesiman Kertalangu yang sejahtera dan harmonis dalam pembangunan yang partisipatif berwawasan budaya dan lingkungan, I Made Suena Perbekel Desa Kesiman Kertalangu telah melaksanakan berbagai inovasi, diantaranya menghadirkan program digital desa yang diberi nama “SIKEKAL” (Sistem Informasi Kertalangu), platform LogBook untuk menilai kinerja dan prestasi pegawai. Inovasi lainnya, penerbitan Mai Made (Majalah Informasi Masyarakat Desa) untuk memberikan informasi kegiatan desa satu tahun anggaran
Selain itu juga gencar dilakukan seperti menata joging track eko wisata subak Padanggalak, dan pemanfaatan bumdes pengembangan sumber air Tirta Lepang yang dijadikan air minum kemasan dan inovasi Wisata Edukasi Subak Teba Majalangu.
Tujuan pengelolaan wisata edukasi subak ini, sesuai dengan Peraturan Perbekel Desa Kesiman kertalangu No. 7 Tahun 2019 salah satunya memanfaatkan potensi lingkungan sebagai lokasi wisata berbasis alam .
Adapun arti nama teBA Majelangu adalah ‘Tempat Belajar Alam Majalangu’. Inovasi yang dikembangkan di Wisata Edukasi Subak teBA Majelangu ini, anak-anak diperkenalkan dengan alam, seperti hewan, tanaman, dan budaya Bali. Agar anak-anak mendapatkan pendidikan dini tentang alam, mengingat di era globalisasi dan digital saat ini, anak-anak cenderung beraktivitas dengan gadget. Disamping itu juga sebagai tempat warga berekreasi dimana masyarakat dapat berjalan sepanjang jogging track dan juga memiliki fungsi ekologi, fungsi ekonomis dan fungsi planologi.
dokpri
Teba majalangu” bisa menjadi pilihan. Ketika pariwisata menjadi tujuan yang terjadi eksploitasi alam dan budaya itu sendiri. Pariwisata harus memperkuat budaya yang ada seperti budaya pertanian dalam kontek kekinian. Disamping memperkuat ekosistem yang mendukung pariwisata yang menjaga alam dan budaya desa juga perlu membangun standar pelayanan minimal yang mendukung local good govermance tata Kelola pemerintahan yang baik. Sebab banyak desa yang inovasinya bagus tetapi tata Kelola pemerintahannya kurang mendukung, menjadi topik obrolan Jro Kadek dengan Made Suena, Perbekel Desa Kesiman Kertalangu.